"Orang Macam Apa Wanita PKS itu?"

 


By. Titin Sulastri


Kegiatan yang kuikuti menyisakan buanyak banget cerita. Tapi, salah satunya adalah bertemu dengan perempuan-perempuan yang tingkat nggak warasnya kebangetan. Aku datang terlambat, sampai di DPW PKS Lampung, hari Sabtu jam tiga sore. Dari Rawajitu jam delapan. Biasa, namanya juga naek travel. Pasti dikelilingi dulu. Nganter penumpang.


Sebelumnya, mau berangkat hari Jumat jam dua-an. Maksud hati biar nggak terlambat ngikutin acaranya. Apalah daya, namanya juga rencana. Ternyata pak sopirnya membatalkan keberangkatan. Ya Allah, panik banget akunya. Untung ada Kangmas Kusniadi Citra Insani, yang selalu bikin adem suasana sepanik dan segupek apapun aku.


"Waduh, Kang. Alamat nggak jadi berangkat, nih, Diajeng."


"Coba telpon temen yang di Unit."


"Terus, suruh ngapain yang di Unit? Suruh nunggu, gitu?"


"Wes, to. Telpon dulu."


Berdasarkan hasil telponan, disarankan telpon seorang ibu yang ada di Bandar Lampung. Gercep, kuhubungi ibu itu. Padahal, aku nggak pernah ketemu, nggak pernah tau, nggak pernah komunikasi, pokoknya nggak-nggak yang lain.


"Bu, Assalamualaikum ..., saya Titin Sulastri dari Rawajitu ...."


Endebla ... Endeble ... endeblu ....


Akhir kata, beliau janji akan menjemputku di DPW PKS Lampung. Sampe sini aku mikir, perempuan ini nggak waras apa, ya? Baru sekali komunikasi, belum tau rupaku gimana, tampang garang atau Soleha. Ha ... Ha .... Ha ....

Lah, kok, bisa-bisanya dia langsung care, penuh kasih sayang dan kelembutan. Heleh!


Lanjut cerita. Sampe di DPW, aku kayak orang ilang. Soal e, aku juarang banget ke sana. Di pos security, yang jaga baek banget.


"Rombongan udah pada berangkat, Mi," kata pak security.


"Maaf, Pak. Saya terlambat, tapi udah janjian mau dijemput."


"O, gitu."


Aku dipersilahkan istirahat sam pak security, sambil tangannya menunjuk ke suatu arah yang aku nggak paham. Dengan pedenya aku membuka suatu ruangan, yang ternyata isinya para Ikhwan. 


Makjegagig!


Rasanya kayak langsung mau nyumput ke lubang semut. Man Ikhwan pada imut-imut. Astaghfirullahaladzim.


Nih, mata perlu di laundry. Biar bersih. Untung ikhwan-ikhwannya pada jaga mata. Langsung aku ndepipis di parkiran, di salah satu motor yang sudah tak perkirakan aku bakal ndak keliatan.


Pak security..., tadi tangannya nunjuk kerah mana, sih? Bisa diulangi lagi nggak? Pengen aku nanya lagi, tapi aku yang cenderung pendiam dan pemalu (mbelghedes!) memilih diam.


Eh, ibu yang tadi janji mau jemput ternyata nggak bisa. Karena beliau mengantar dan menjemput peserta lain. Beliau lagi riuweh. Tapi, ternyata tanggung jawab ibu itu luar biasa. 


"Mbak , maaf. Saya pesenin GoCar, ya?"


Hampir aja aku tanya, "Bu, GoCar itu apa?'


Aku yang belasan tahun nggak pernah naek mobil sendirian, dipesenin GoCar. 


Tau, nggak?

Nggak!

Ish!


Aku dengan polosnya langsung ngomong, "Bu, saya nggak kenal daerah sini."

"Tenang aja, Mbak. Nanti dianterin sampe tempat," kata ibu itu.


Akhirnya Pak Gocarnya dateng. Senyumnya ramah banget, kalau ini mungkin bagian dari pelayanan. Sampe di tempat acara (Bumi Kedaton). Panitia menyambut dengan sangat ramah. 


"Mbak Titin, ya. Yang dari Rawajitu?" Seorang ibu mengajukan pertanyaan. 


"Iya, Bu."


"Langsung ke ruangan aja Mbak, istirahat dulu."


"Terimakasih, Bu."


Dan uang GoCar yang sudah aku bayar diganti, saudara-saudara!


Cobak, cobak! Perempuan-perempuan yang nggak warasnya tingkat nasional. Aku nggak kenal sama mereka, baru jumpa pertama kalinya. Tapi, masyaallah ...


Siapa, sih, yang ngajarin kalian untuk menyayangi satu sama lain?

Siapa, sih, yang nyuruh kalian baik-baik sama orang yang nggak dikenal?

Siapa, sih, yang nyetir kalian untuk berlaku penuh kasih sayang?


Ya Allah ...

Perempuan-perempuan yang nggak waras.


Setelah istirahat secukupnya, aku bergabung dengan para teman-teman yang lain. 

Semangat mereka luar biasa. Sambutan penuh senyuman, pelukan hangat penuh ketulusan, dan ciuman pipi kanan kiri penuh kelembutan.

Ada yang mulai berembun di hati. 


Begitupun ketua regu ku. Penuh canda tanpa mencela, penuh kehangatan tanpa bermaksud cari perhatian, penuh kesantunan tanpa melihat kamu siapa. Buat ketua reguku, NGGAK ADA LU, NGGAK RAME!


Sampai ketika pulang, seseibu itu juga masih sempat menanyakan, 

"Mbak, kemaren sampai jam berapa?"


Ya Rohman, ya Rohim. 


Perempuan-perempuan macam apa yang aku temui?

Semua penuh dengan ketidakmasuk akalan.

Semua penuh dengan kegilaan.


Ya, tidak masuk akal dalam melakukan semua kebaikan. Penuh kegilaan dalam meniti kebenaran.


Maaf, untuk yang membenci perempuan-perempuan seperti ini. Terimakasih untuk yang mencaci dan menganggap sok suci  jalan dakwah yang mereka pilih.


Kebencianmu mengubah mereka jadi penuh kasih sayang. Cacian telah mengubah mereka menjadi lapang dada.


Terimakasih kepada semua panitia yang telah mengubah para perempuan-perempuan yang biasa-biasa saja, menjadi para perempuan istimewa dengan berbagai kemampuan, untuk  berjalan di jalan dakwah yang penuh aral rintang.


#Catatan_pulang_ke_Rawajitu

06 September 2022

Posting Komentar

0 Komentar