Teruslah Berlari

Ilustrasi (foto: pexels.com)


Apa rahasia yang membuat amal menjadi ringan untuk dikerjakan? Jawabannya banyak. Salah satunya adalah saat sebuah amal dikerjakan secara terus menerus. Hari ini diamalkan, besok dikerjakan, besoknya lagi ditunaikan, besoknya lagi tidak ditinggalkan dan lain-lain. Kita biasa menyebutnya sebagai istiqomah.

Disini konsepnya memang agak relatif. Bagi sebagian orang, memulai amalan itu mudah. Yang berat itu melanggengkan amal alias konsistensi untuk mengerjakannya secara kontinyu. Bagi sebagian yang lain, justru langkah terberat itu memulai amalan. Nanti kalau sudah berjalan, situasinya justru malah lebih mudah.

Kali ini, mari kita fokuskan pada yang kedua. Sebuah amalan, apabila dikerjakan dengan baik, akan memberikan kita dorongan dan kekuatan untuk melakukan amalan yang sama dimasa berikutnya. Dan itu menjadi salah satu tanda diterimanya sebuah amalan. Kata ahli hikmah, min tsawaabil hasanah, al hasanatu ba'dahaa.

Jika saat ini kita mudah tilawah al qur'an, itu karena kita sudah tilawah pada hari - hari sebelumnya. Jika saat ini kita mudah qiyamullail, itu karena kita sudah terbiasa menegakkan qiyamullail. Demikian seterusnya. Begitu pula dalam amalan dunia. Jika hari ini kita ringan dalam berlari, itu karena hari - hari sebelumnya kita sudah biasa berlari.

Namanya iman, kadang naik kadang turun. Saat turun, kita cenderung malas untuk beramal. Para aktivis dakwah biasa menyebutnya dengan istilah futur. Manusiawi juga sebenarnya. Yang penting, kita juga harus berupaya dan mencari wasilah agar masa futur-nya tidak terlalu lama. Karena nanti akan berat lagi dalam memulai amalnya.

Musim lebaran sudah mulai menurun grafiknya. Mungkin banyak diantara kita yang disibukkan dengan agenda silaturahim selama sepekan kemarin. Sehingga amalannya turun drastis dibandingkan dengan masa ramadhan. Oke, ndak apa - apa. Pastikan kita segera kembali berlari. Meski tidak dengan model lari sprinter seperti saat ramadhan yang lalu.

Eko Jun

Posting Komentar

0 Komentar