Adi, Sosok Muda Pembangkit PKS di Mangkutana dan Tomoni



Oleh: Azwar Tahir

Mangkutana dan Tomoni, dua kecamatan di Luwu Timur yang PKS-nya agak vakum, kembali menggeliat tak lama setelah seorang ikhwah, Bro Adi, balik ke Luwu Timur setelah malang melintang di Malang, Jawa Timur. Adi mulai kiprah aktivitas PKS-nya di daerah kami Ramadhan lalu.


Sebagai orang yang diamanahkan untuk turut mengelola fanpage DPD PKS Luwu Timur, foto-foto disertai draft berita dari rekan di lapangan amat memudahkan urusan kehumasan. Foto-foto berbagi Takjil PKS di Tomoni masuk ke Grup WhatsApp disusul informasi terkait dalam format 5W + 1H. Ada ada Adi di sana, membagikan masing-masing 70 paket ayam goreng dan takjil untuk masyarakat Tomoni. Draft berita dari Adi mengingatkan saya untuk mencantumkan frasa “Gerakan 2 Juta Takjil PKS” sebagai salah satu program utama PKS nasional. Meski takjil yang dibagikan di aksi kali ini hanya masing-masing 70 paket tapi mencantumkan frasa “2 Juta” tentu punya efek sendiri. Ini menunjukkan gerakan massif, ada spirit kolektif. Nice!

Tak lama berselang, kembali Adi mengirimkan foto-foto dari kegiatan Khataman Al Qur’an PKS di Daerah Pemilihan (Dapil) III yang meliputi Kecamatan Tomoni, Tomoni Timur, Mangkutana, dan Kalaena. Ada ada di sana, duduk di shaf depan masjid yang lokasi acara, bersebelahan para tokoh masyarakat. Selain itu, beliau menulis rilis yang menurutnya di Amati Tiru Modifikasi (ATM) dari media lain untuk kemudian diolah Relawan Literasi sebelum di-posting. Info yang dicantumkan Adi padat dan menarik. Sekali lagi ini memudahkan amanah. Setelah editing, beritanya siap di-upload di fanpage. Asyiknya lagi, Adi kirimkan tambahan dokumentasi kegiatan dalam bentuk video dengan latar nasyid. Saya melihat Grup WhatsApp Sahabat PKS Lutim lebih hidup merespon dokumentasi kegiatan di Dapil III.

Ujung Ramadhan. Adi mengirimkan foto-foto kegiatan Berbagi Takjil PKS di tepi jalan Tomoni plus depan lapangan sepak bola Mangkutana. Ada Adi di sana, di pinggir jalan, memegang bendera PKS. Takjil on The Street ini menutup rangkaian program Ramadhan PKS. Alhamdulillah, sebanyak 1.301 Paket Sahur dan Takjil dibagikan untuk masyarakat yang tersebar di beberapa kecamatan mewakili empat Dapil yang ada di Luwu Timur.

Ba’da Ied. Adi mewakili Dapil III hadir di Silaturrahim bersama Bapak Irwan Bahri Syam (IBAS), Ketua DPD Partai Nasdem yang pada pilkada lalu berkompetisi dengan PKS yang mendukung paslon Husler-Budiman. Silaturrahim tersebut dilanjutkan ke Pak Budiman, Bupati Luwu Timur. Foto-foto kami upload. Termasuk ada foto Adi di sana, di foto terakhir, berjalan beriringan dengan Pak Bupati.

Alhamdulillah, kami merasa kader seperti Adi sangat berarti di sini, di Luwu Timur. Dengan jumlah kader terbatas, khususnya di Mangkutana dan sekitarnya tentu amunisi SDM baru punya pengaruh besar. Ada refreshment disertai harapan Dapil III menggeliat kembali setelah lama relatif pasif.


Tentang Adi. Beliau alumnus Universitas Muhammadiyah Malang. Nama lengkapnya Adi Surahman. Pernah jadi Wakil Presiden BEM di almamaternya. Ada banyak “Adi” di PKS. Dalam arti, ada banyak Anggota PKS yang dulunya ditempa di perguruan tinggi. Sesuatu yang kiranya menjadi poin plus partai ini. Ambil contoh Gubenur NTB, Dr. Zulkieflimansyah yang pernah memimpin Senat Mahasiswa UI. Dalam tulisan berjudul “Habis Mandalika Terbitlah Samota” saya menuangkan koneksi aktivisme mahasiswa Bang Zul dengan kepemimpinannya di NTB. Kader PKS dan perguruan tinggi. Ingin jeda di sini. Mencoba menelisik kelindan keduanya.

Ramadhan ini, saya pulang kampung seperti biasa. Beberapa kesempatan, baca buku-buku koleksi. Termasuk buku berjudul “Menghilangkan Trauma Persepsi” yang merupakan kumpulan Taujih allahyarham K. H. Hilmi Aminuddin, Ketua Majelis Syuro PKS sebelum Dr. Salim kini. Diterbitkan oleh Bidang Arsip dan Sejarah PKS bekerjasama dengan Arah Press kala itu. Di bagian depan tertera Cetakan pertama dan kedua tahun 2007, cetakan ketiga setahun setelahnya. Ada satu bagian menyentak di buku ini tepatnya halaman 182. Beliau, dengan tone refleksi mengingatkan kepada para anak cucu ideologisnya tentang urgensi memperhatikan satu segmentasi: perguruan tinggi. Izin salin-tempel:

“Ingat! Di awal masa reformasi, pada tahun 1998, kita menguasai 40% dari organisasi-organisasi kemahasiswaan di universitas-universitas. Dan dengan 40% itu barisan mahasiswa kita berhasil – dengan diback-up bersama dengan jamaah dakwah kita, bersama komponen bangsa lainnya – melahirkan karya besar. Yaitu menghentikan sebuah rezim militer. Dan beralih pada reformasi. Itu adalah sebuah karya besar.

Saya kira kita patut melihat, apakah medan wilayah ilniyah kita masih kita kuasai dengan prosentase yang sama?. Kalau dengan prosentase yang sama saja berarti kita rugi. ...

Di momentum Idul Fitri tahun ini, mari sejenak merenungkan penggalan taujih Ustadz Hilmi di atas seraya menyisipkan harap kiranya semakin banyak “Adi” untuk PKS tercetak dari perguruan tinggi. Yang begitu masuk medan, hadirnya menggeliatkan pergerakan. Thanks Bro Adi.

 

Posting Komentar

0 Komentar