Oleh: Muhammad Zulkifli
Bencana lagi, bencana lagi
Setidaknya ada 68 kejadian bencana alam pada pekan pertama 2022 menurut BNPB,
mulai dari banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem, serta kebakaran hutan dan lahan,
termasuk gelombang pasang.
Ada 38 banjir yang terjadi sepanjang periode 1-8
Januari tersebut, cuaca ekstrem sebanyak 16 kali, tanah longsor 12 kali, serta
kebakaran hutan dan lahan, dan gelombang pasang masing-masing satu kali.
Sebanyak tujuh orang meninggal dunia dari rentetan bencana alam tersebut, 15
lainnya luka-luka, dan 140.620 orang terdampak hingga mengungsi.
Selain itu, sebanyak 528 rumah rusak, terdiri dari 46 rumah rusak berat, 72
rumah rusak sedang, dan 410 rumah rusak ringan. Termasuk juga tiga fasilitas
pendidikan rusak, enam tempat peribadatan rusak, dan satu fasilitas kesehatan
rusak.
Ini negeri memang menjadi etalase bencana, dari
Timur ke Barat, musibah seolah ramah menyapa.
Besok apa lagi? Besok dimana lagi?
Tidak perlu menunggu lama, seperti biasa PKS
bergerak cepat menurunkan kadernya membantu masyarakat.
Dan seperti biasa pula, para haters ramai-ramai
menghujat PKS dengan judul dan tema yang nyaris seragam: ‘pencitraan menjelang
pemilu, mencari simpati, kampanye terselubung, strategi mendongkrak suara, partai kok kayak lembaga sosial, dan lain-lain.
Padahal, apa yang dilakukan PKS dalam membantu
daerah bencana, sebenarnya adalah hal yang biasa-biasa saja.
Seperti menjenguk tetangga sakit, itu adalah hal
biasa. Yang aneh kalau ada tetangga di samping kanan kirinya malah tidak tahu
kalau sebelahnya sedang sakit.
Negara lain kena bencana gempa, Indonesia
menurunkan bantuannya. Itu juga biasa saja. Yang aneh kalau Indonesia gak nyumbang apa-apa untuk membantu mereka.
Sama seperti parpol yang membantu saat bencana, juga
hal yang biasa-biasa saja. Yang aneh kalau ada parpol yang tidak terjun
langsung membantu masyarakat, namun gencar memasang baliho dan spanduk
belasungkawa.
Kader PKS menembus banjir untuk membagi nasi
bungkus, itu biasa saja.
Kader parpol lain ogah basah-basahan buat nolong
masyarakat yang kebanjiran, ini yang aneh.
Kader PKS membagi masker di tengah hujan debu
gunung vulkanik, itu juga biasa saja.
Kader parpol lain cuma sekedar memasang iklan
berduka di media, itu yang aneh.
Pencitraan? Strategi meraup suara? Mencoba membeli
simpati publik?
PKS menurunkan kadernya saat banjir Jakarta tahun
2008, meski Adang Daradjatun, cagub yang diusung PKS kalah dalam pilkada 2007.
PKS mengirimkan kadernya saat tsunami Aceh 2005,
meski pemilu 2004 hanya mendapat posisi ke-7 secara nasional.
PKS mengkonsolidasi kadernya saat banjir Karawang
2010, meski pemilu 2009 suaranya kalah jauh dari PDIP di tingkat Kabupaten.
Kalau suara PKS tahun 2024 tetap tidak naik, yakin
1000 persen mereka tetap turun membantu masyarakat saat terjadi bencana lagi.
Urusan bantu membantu adalah urusan kemanusiaan,
tidak ada hubungannya dengan politik.
Kalau mau membantu masyarakat, ya bantu saja. Tidak
perlu dihubung-hubungkan dengan pemilu, pilkada, pilkadal, pileg, batuk, demam
dan lain sebagainya.
Yang aneh adalah mereka yang nyinyir terhadap PKS,
tapi nonton bencana di TV sambil ngemil pisang goreng dan minum es.
Urusan ikhlas gak ikhlas, itu domainnya Tuhan, bukan
ranahnya para pengamat, apalagi para haters. Ga perlu memvonis, apalagi bermuka
sinis.
Ada resiko dalam membantu korban bencana, minimal
mereka bisa terkena kudis, kadas, kurap, gangguan pernafasan, demam, diare dan
bahkan dipecat dari kantor karena keseringan minta izin bolos. Rugi
banget-banget kalau tujuan membantu masyarakat hanya untuk memenangkan pemilu.
Mending kalau menang, lha kalau kalah??
Jangan sampai para haters pensiun jadi manusia
hanya karena tidak punya empati terhadap korban bencana, dan miskin simpati
terhadap mereka yg membantu sepenuh hati.
Khusus kader PKS, terutama yang berada di lokasi
bencana, selamat bekerja! Aku kirimkan sejuta respek kepada kalian semua!
Jangan peduli gonggongan sumbang para haters di luar sana.
Cara efektif menghadapi orang nyinyir adalah cukup
dengan nyengir.
0 Komentar