Ada yang Memilih Tidak Banyak Bicara Soal Perasaan, Tapi Diam-diam Membuktikan Rasa Sayangnya



ADA YANG MEMILIH TIDAK BANYAK BICARA SOAL PERASAAN, TAPI DIAM-DIAM MEMBUKTIKAN RASA SAYANGNYA DENGAN PERJUANGAN

__________

Bincang Bersama Seorang Ayah Difabel


Assalaamualaikum Sahabat RKI,


Alhamdulillah Selasa, 9 November 2021 tim Rumah Keluarga Indonesia (RKI) di Kelurahan Bareng, Kota Malang Jawa Timur bersilaturahim dengan seorang ayah yang mengingatkan kita pada sosok Urwah bin Zubair, yang sangat mahsyur dengan doanya "Aku ingin menjadi tempat masyarakat ini mengambil ilmu."


Beliau bernama lengkap Joko Cahyono, M. Si. Bapak paruh baya ini berdomisili di Bareng Tengah, Kecamatan Klojen Malang. Bapak Joko merupakan seorang difabel, tuna daksa kelahiran 1981. 


Sejak kecil beliau selalu berjuang untuk terus menunjukkan bahwa keterbatasan fisik bukanlah hambatan untuk meraih apa yang menjadi impiannya. Beliau merupakan alumni SD YPAC Malang, lulus dengan nilai yang cukup tinggi dan akhirnya bisa masuk ke salah satu sekolah menengah pertama favorit di Kota Malang. Beliau melanjutkan pendidikan SMPN 3 Malang dan berlanjut ke SMAN 3 Malang. Berikutnya beliau melanjutkan jenjang Strata 1-nya di Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya melalui jalur PMDK. Jalur yang istimewa bukan. 


Selepas menyelesaikan kuliah S1 beliau mengajar di salah satu PTS di Kota Malang sekaligus membuka bimbingan belajar di rumahnya di Wagir. Tahun 2010 atas ijin Allah, beliau menikah dan di tahun berikutnya mendapat anugerah putra pertama. 


Beliau kemudian melanjutkan pendidikannyA ke jenjang S2 dengan beasiswa di kampus yang sama,  ITS Surabaya. Dan seperti sudah bisa ditebak, beliau lulus magister dengan predikat cumlaude. Beliau sangat bekerja keras dan menunjukkan prestasi yang tak biasa untuk ukuran seorang difabel sepertinya.  


Sejak awal kehidupan beliau tak pernah seindah drama. Eraktualisasi diri sebagai seorang tuna daksa tidaklah mudah. Sering kali beliau menjadi bahan gunjingan dan pusat perhatian orang-orang karena "perbedaan" fisiknya. Lalu di fase karirnya, beliau yang berprofesi sebagai dosen sejak 2007 hingga saat ini beliau belum mendapatkan hak sebagaimana mestinya.

Beliau tidak pernah diangkat menjadi dosen tetap. Hanya dosen honorer tanpa bisa mengakses tunjangan-tunjangan lainnya. 


Tapi sungguh, di titik inipun beliau tidak pernah mengeluh sedikitpun atas takdir yang Allah gariskan pada hidupnya. 

Beliau tetap mendidik putranya dengan sangat luar biasa, selelah apapun kondisinya beliau akan tetap selalu menemani belajar dan memantau putranya terutama dalam mempelajari ilmu agama. Beliau mendampingi putranya menambah hafalan baru di malam hari dan selalu menemani murojaah putranya itu di pagi hari selepas sholat subuh. 


Bagi Pak Joko, tanggung jawabnya sebagai seorang ayah adalah yang utama. Meski sang putra sudah masuk sekolah tahfidz, beliau tak melepas sedikitpun tanggung jawabnya untuk membimbing sang anak menambah maupun menjaga hafalannya. 


Sang putra pun sangat menyayangi ayahnya. Dia teramat bangga memiliki ayah seperti pak Joko. Meskipun sang ayah memiliki ketidaksempurnaan fisik.  Kekurangan itu sama sekali tidak mengurangi semangat, perhatian, dan kasih sayangnya kepada sang anak. Pak Joko mencintai anaknya dengan cara yang begitu mengesankan. 


Hingga, di mata putranya, beliau adalah sosok guru sekaligus teman bermain yang menyenangkan. Meski sering teman-teman anaknya bertanya tentang keterbatasan ayahnya, dengan bangga anaknya tetap menyebut "YA, DIA ABI-ku yang HEBAT". 


Meski ayah-ayah lain nampak normal dan sempurna dengan dua kaki, pak Joko juga nampak begitu hebat dan sempurna ditemani dua kaki lainnya (engrang) yang membantunya menopang tubuhnya.


Beliau adalah ayah kebanggaan anak kandung dan anak-anak ideologisnya. Bagi para mahasiswanya, beliau adalah dosen yang hebat. Dan selain mahasiswa, beliau juga memiliki banyak anak ideologis lainnya. Ternyata di setiap hari Senin sampai Kamis beliau masih tetap meluangkan waktu membantu belajar anak-anak di Wagir melalui bimbingan belajar yang dirintisnya.


Saat pandemi menerpa, ketika kemarin anak-anak menempuh pembelajaran secara daring, sosok ayah tangguh ini merasa terpanggil untuk membantu anak-anak tetap belajar dengan pendampingan guru secara luring. 


Meskipun bimbingan belajar di Bareng yang beliau rintis bersama istri tercinta juga harus tutup karena terdampak pandemi, Pak Joko dan sang istri tetap menjadi rujukan bagi para wali murid untuk menitipkan anak-anak mereka.


Bersama sang istri, beliau mengelola banyak grup _whatsapp_ yang menjadi sarana bertanya seputar pelajaran anak sekolah. Hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang lain. Menyediakan waktu dan tenaganya untuk membantu mereka yang kesulitan menempuh pembelajaran secara daring di rumah. 


Kepedulian beliau pada dunia pendidikan terutama anak-anak juga terlihat dari harapannya agar di lingkungan tempat tinggalnya terdapat sekolah tahfidz. 


Tak segan beliau menyatakan, tidak keberatan membantu jika suatu saat keahliannya dibutuhkan oleh PKS. Prinsip beliau tetap sama sejak dulu, ingin menjadi tempat bagi orang lain menggali ilmu. Ingin bisa bermanfaat bagi orang lain, melalui keahlian dan kemampuan yang beliau miliki, meski terbatas oleh keadaan beliau yang tunadaksa. Semangat yang menginspirasi dan luar biasa. 


Kawan, siap membantu mewujudkan impian Bapak Joko? 


Mari bersama kami membela dan melayani rakyat. Bersama PKS yang peduli kepada umat.


Erlisa Candrawati, S.Kep., Ns., M.Kep

Ka.Div. KK BPKK DPD Kota Malang_

_ _ _ _ _


#SejutaCintaUntukAyah #HariAyahNasional #AyahTangguhPahlawanku #RumahKeluargaIndonesia #RKIklojen

Posting Komentar

0 Komentar