Maulid Nabi Muhammad SAW, Yuk Integrasikan Akhlak dan Amal Menuju Takwa yang Sebenarnya

PKSFoto/Ety.N


Oleh: Ade Gunawan

Hari ini, 19 Oktober 2021 bertepatan dengan 12 Rabiul Awal. Bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. 


Tentang Nabi Muhammad SAW, yang paling kita ingat adalah keluhuran akhlak, amal dan takwa. 

#

Jumat pagi di desa Maleber kabupaten Kuningan Jawa Barat. Masyarakat menjalani rutinitas kehidupan seperti biasa. Ada yang ke pasar, ke sawah dan ke sekolah atau madrasah. Tidak ada yang istimewa, yang membedakan adalah jam istirahat lebih awal. Sebagian besar sudah berada di rumah jam 10. Ada yang mengerjakan pekerjaan ringan, bercengkrama sambil minum kopi atau istirahat.


Jam 11 sudah pergi ke masjid dengan pakaian rapi dan bersih. Shalat tahiyatul masjid dan duduk berzikir menunggu azan berkumandang. Mendengarkan khotbah jum'at dengan penuh perhatian dan tawadhu. Khotib menyampaikan kalimat taqwa. Jamaah shalat jumat sepertinya, begitu paham arti kalimat takwa yang sebenarnya. Karena menjadi kalimat wajib yang disampaikan setiap khotbah jumat.



"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." 

Ali Imran ayat 102.

Penasaran kalimat taqwa yang disampaikan. Bukan takwa biasa, tapi takwa yang sebenar benarnya. Allah Subhanahuwata'ala memberikan ruang yang cukup luas untuk kita bisa mendefinisikan atau mengartikan kalimat takwa. 


Banyak definisi kalimat takwa dari sahabat dan ulama. Taqwa adalah mengerjakan semua perintah Allah dan menjauhi larangannya. Ada juga yang mengartikan takut atau hati hati. Banyaknya arti kalimat taqwa menandakan kalimat ini sangat penting. Dalam Al quran bersanding dengan kata iman, dengan akhlak, sikap atau karakter orang beriman.


Puasa Ramadhan Membentuk Taqwa


QS. Al Baqoroh : 183

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” 


Adil Lebih Dekat kepada Takwa 


QS. Al-Ma'idah : 8

"Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."


Orang Bertaqwa Percaya yang Ghaib dan Beramal


QS. AL Baqoroh : 2-3

"Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka"


Taqwa adalah Kehati-hatian.


Seperti percakapan indah dua sahabat Umar bin Khattab RA dan Ubay bin Ka'ab ini. Umar yang meriwayatkan atsar ini bertanya kepada Ubay, "Wahai Ubay, apa makna takwa?" Ubay yang ditanya justru balik bertanya. "Wahai Umar, pernahkah engkau berjalan melewati jalan yang penuh duri?"


Umar menjawab, "Tentu saja pernah." "Apa yang engkau lakukan saat itu, wahai Umar?" lanjut Ubay bertanya. "Tentu saja aku akan berjalan hati-hati," jawab Umar. Ubay lantas berkata, "Itulah hakikat takwa."


Dari beberapa arti taqwa yang diuraikan diatas, secara garis besar taqwa berhubungan dengan ibadah dan akhlak seseorang. Akhlaq adalah sikap atau karakter orang yang beriman. Jadi secara umum taqwa bisa juga diartikan Gabungan satu kesatuan tidak terpisahkan (Integritas) antara Amal dengan akhlak atau karakter orang beriman.


Integritas adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan. Orang berintegritas berarti memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat. Integritas itu sendiri berasal dari kata Latin “integer”, yang berarti:


Sikap yang teguh mempertahankan prinsip, tidak mau korupsi, dan menjadi dasar yang melekat pada diri sendiri sebagai nilai-nilai moral. Mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran.


Integritas bukan hanya sekedar bicara, pemanis retorika, tetapi juga sebuah tindakan. Bila kita menelusuri karakter yang dibutuhkan parah pemimpin saat ini dan selamanya mulai dari integritas, kredibilitas dan segudang karakter mulia yang lainnya, pastilah akan bermuara pada pribadi agung manusia pilihan al-mustofa Muhammad SAW, yang di utus untuk menyempurnakan karakter manusia.


Saya senang membaca tulisan Makna Sebuah Integritas, karya Darmayanti

Widyaiswara BDA KP. Yang memberi kesimpulan tepat mengenai integritas yang bermuara kepada pribadi agung Rasulullah SAW.


Dari penjelasan dalam Al Quran, hadist dan rujukan ahli tentang makna integritas. Maka saya menyimpulkan taqwa dalam arti yang sebenar benarnya adalah orang beriman yang mengikuti contoh Rasulullah Muhammad SAW baik dalam beramal shaleh dan dapat menjaga akhlak yang baik.


Kita sudah memahami arti taqwa yang sebenarnya. Insyaallah tidak ada lagi perdebatan yang tidak bermanfaat. Contohnya, masih  mempermasalahkan lebih baik mana, orang yang akhlaknya baik tapi tidak bisa menjaga ibadahnya. Atau orang yang beribadah tapi belum bisa menjaga akhlaknya.


Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu” (Qs 49: 13).


Bila masih ada perdebatan seperti diatas, mungkin kita perlu introkpeksi. Karena pesan takwa itu setiap khotbah jumat selalu disampaikan. Masalahnya kita sudah mengerti apa belum, kalimat taqwa yang sebenarnya tersebut. Atau barangkali kita tidak menyadari, kalau kalimat takwa itu disampaikan. Karena kebiasaan kita, tertidur pas khotbah jumat. Wallahu'alam.

Posting Komentar

0 Komentar