Congkak, salah sikap yang sangat dijauhi, baik oleh orang kaya, maupun orang miskin, baik orang berpendidikan maupun yang tak memakan bangku sekolah. Bahkan dalam Islam, congkak menjadi salah satu yang paling dibenci Allah. Lalu, apakah Mas Mufti memiliki sifat congkak? Dan siapa Mas Mufti?
Tunggu. Sambil ngopi dulu. Rileks sejenak. Congkak di sini maksudnya satu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Di Jawa, jenis permainan ini lebih dikenal dengan nama, dakon, dhakon atau dhakonan. Di Jawa Barat permainan ini disebut Congklak. Di beberapa daerah di Sumatra yang berkebudayaan Melayu, permainan ini dikenal dengan nama congkak. Di Lampung, permainan ini lebih dikenal dengan nama dentuman lamban, sedangkan di Sulawesi permainan ini lebih dikenal dengan beberapa nama, di antaranya Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang dan Nogarata.
Lalu, apa hubungannya antara Mas Mufti dengan Congkak? Sebentar. Kita kulik sedikit siapa itu Mas Mufti.
Siapa yang tidak kenal dengan H. Ahmad Mufti Salim, LC, MA, orang nomor satu di PKS Lampung, partai dengan logo dan juga semangat yang baru.
Kali ini, kita tak akan membicarakan lebih jauh tentang bagaimana PKS itu sendiri. Lalu? Apa yang akan dibicarakan? Bukankah ini laman resmi PKS? Ya, memang benar, ini adalah laman resmi PKS, tapi tak ada salahnya kita akan membicarakan sesuatu yang anti mainstream, di luar nalar dan ekspektasi pembaca. Kita justru akan membicarakan Congkak-nya Mas Mufti. Ya, congkak, salah satu permainan tradisional yang mungkin sudah jarang kita temui pada saat ini, bukan congkak yang itu ya.
Biasanya dalam permainan ini, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji congkak dan jika tidak ada, kadang kala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan dan batu-batu kecil. Permainan yang dilakukan oleh dua orang ini memerlukan kejelian dan adu strategi untuk menjadi pemenang.
Lalu, apa kaitannya dengan Mas Mufti? Bagi Mas Mufti, congkak bukan sekedar permaianan semata, tapi ada nilai komunikasi, kedekatan, gurauan dan bumbu-bumbu lain yang membuat ikatan keluarga semakin erat.
Mendapat kesempatan ngobrol santai dengan Mas Mufti di sela kesibukannya sebagai orang nomor satu di PKS Lampung merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya. Meski terbilang hanya sesaat, tapi apa yang disampaikan oleh laki-laki yang sudah 16 (enam belas) tahun duduk di kursi legislatif ini begitu bermakna. Banyak pelajaran yang bisa dipetik, baik sosoknya sebagai kepala keluarga, suami, legislator, dan pimpinan partai politik.
Makna keluarga bagi Mas Mufti begitu berharga, sebab di sanalah didapati kenyamanan, kebahagiaan dan ketenangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Baginya, keluarga menjadi salah satu alasan untuk melakukan sesuatu tanpa kenal lelah. Bahkan keluarga menjadi benteng terakhir untuk berlindung saat semua orang menjauh.
Bagi Mas Mufti, keluarga adalah orang pertama yang harus mengerti luar dan dalam perjuangan yang dilakukan. Menjadi pimpinan partai dakwah, tentu ada konsekuensi yang harus dihadapi, tidak hanya bagi Mas Mufti, tapi juga keluarga besarnya. Saat ini, 24 jam waktu yang dimiliki tentu bukan lagi milik Mas Mufti dan keluarga semata, tapi juga milik kader, milik umat. Begitu banyaknya acara yang harus dihadiri oleh Mas Mufti membuat waktu bercengkrama bersama keluarga menjadi berkurang.
Di tengah kesibukannya, Mas Mufti masih meluangkan waktu untuk keluarga meski sekadar makan siang atau main congkak di rumah bersama anak atau istri. “Meski sesaat, hal seperti ini memberikan quality time untuk keluarga,” ujar Mas Mufti suatu pagi sambil tersenyum BAHAGIA.
Suwanda
Relawan Literasi Lampung
0 Komentar