Dari Puncak Masjid 99 Kubah



Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan

 

(HR. Muslim)

 

Beberapa tahun yang lalu, ketika mendengar pembangunan masjid 99 kubah, yang terlintas dalam pikiran adalah semoga suatu saat nanti Allah takdirkan ke tempat itu. Entahlah, berapa tahun yang lalu mimpi tersebut. Kalau ada perjalanan ke Kota Makassar, juga tidak sampai pergi ke tempat itu.

 

Bahwa daun yang jatuh tidak pernah membenci yang namanya angin, yah, itulah takdir yang telah Allah tetapkan kepada setiap makhluk-Nya. Tidak ada satu pun makhluk di dunia ini yang mengalami sesuatu apapun itu tanpa sekehendak-Nya. Sebab di langit sana, pena-pena telah diangkat dan lembaran telah ditutup, itulah takdir.

 

Dua pekan yang lalu, saya sudah merencanakan perjalanan untuk kembali bekerja sebagai seorang fasilitator di lembaga pemberdayaan masyarakat. Tempat tugasnya berada di Provinsi Sulawesi Tengah, tepatnya di Poso Kota. Teman-teman menyebutnya sebagai bumi 'sintuwu  maroso' yang berarti bersama-sama kita kuat. Mengingat sejarah kabupaten ini, dahulu terjadi konflik agama yang memakan banyak sekali korban jiwa.  Tetapi dalam bahasa daerah Luwu, 'Poso' artinya lelah. Berarti orang yang sedang lelah melakukan perjalanan jauh, karena jarak Poso dengan Luwu memang cukup jauh. Dahulu, orang melakukan perjalanan ke sana sampai berhari-hari lamanya. Mungkin itulah maknanya. He..he..

 

Hari Ahad kemarin, sebenarnya saya sudah merencanakan mencari mobil untuk berangkat lagi ke Poso Kota. Tetapi, Allah belum menakdirkan, tiba-tiba ada keluarga dekat yang meninggal dunia. Innalillahi wa innalillahi rajiun. Yah, sebuah titipan itu suatu saat pasti akan diambil lagi oleh pemilik-Nya. Pada Hari Rabu berikutnya, saya sudah tanya-tanya jadwal keberangkatan mobil yang akan berangkat ke arah Poso Kota. Tapi, qadarullah. Saya diutus mendadak untuk berangkat ke Kota Makassar untuk mengikuti kegiatan sekolah digital Humas DPW PKS Provinsi Sulawesi Selatan.

 

Dan di sinilah saya menemukan takdir Allah yang lain, yah, supaya saya pergi ke Makassar untuk mengunjungi Masjid 99 kubah. Masyaa Allah.... Allah yang Maha Asyik, yang telah  merencanakan semuanya. Mau-Nya, bukan mauku, dengan cara-Nya, bukan dengan caraku.

 

Masjid 99 kubah ini terinspirasi dari 99 nama-nama asma'ul husna. Teringat kembali ceramah Cak Nun, bahwa nama asma'ul husna tidaklah terbatas 99 nama  saja, tetapi lebih dari itu. Karena Allah itu dibatasi hanya sekedar nama. Tetapi karena akal manusia yang terbatas, sehingga hanya mengetahui 99 nama saja. Kata Cak Nun, ada nama al-Hayyiyyu, Allah yang Maha Pemalu. Allah akan merasa malu ketika seorang hamba mengangkat kedua tangannya sembari memohon kepada-Nya, Allah malu kalau tidak sampai mengabulkannya.

 

Setelah mengagungkan kebesaran-Nya, dengan menatapi berbagai keindahan bangunan masjidnya. Namun ada takdir Allah yang lain pasti akan terjadi. Bagaikan terik mentari menambah indahnya bunga pagi itu. Namun, sekuntum bunga  akan layu, sebuah lukisan akan memudar. Itulah dunia. Setiap kali kita terikat kepada seseorang, pasti ada ujung yang tak terelakan, yakni perpisahan. Kalau saja rindu tahu betapa perihnya perpisahan, pastilah ia yang pertama kali membenci yang namanya pertemuan.

 

Biarkanlah, rindu menemukan jalannya.

 

Gilang Ramadhan

Penderita Tuna Asmara dari Luwu Utara Sulawesi Selatan

Posting Komentar

0 Komentar