Tafsir Silaturahim Kebangsaan PKS

PKSFoto/Donny (Silaturahim PKB-PKS, 28/4/2021)


Ramadhan tahun ini seperti lomba lari marathon bagi PKS. Selama hampir satu bulan, Presiden PKS Ahmad Syaikhu dan jajarannya melakukan kunjungan. Ada 8 partai, dan dua ormas Islam yang mereka sambangi. Dimulai dari pekan pertama Ramadhan dan berakhir jelang Idul Fitri.


Kegiatan ini bertajuk Silaturahim Kebangsaan. Diawali oleh PPP yang mengunjungi Pimpinan PKS di Kantor DPP PKS, Pasar Minggu, Jakarta. Berlanjut mendatangi Partai Demokrat (PD), kemudian PDI-Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Golkar, Partai Nasdem, dan Partai Gerindra. Di sela-sela itu, PKS juga silaturahim ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII).


Menurut Ahmad Syaikhu, Silaturahim Kebangsaan ini memiliki tujuan utama untuk memperkenalkan kepengurusan baru DPP PKS periode 2020-2025, lambang baru PKS yang mengalami rejuvenasi, Mars dan Hymne PKS yang berubah. Selain itu juga untuk mendiskusikan berbagai persoalan bangsa.


Tapi, karena ini peristiwa politik tak biasa, berbagai tafsir soal ini pun mengemuka. Suatu hal yang sangat wajar. Setidaknya jika melihat situasi politik saat ini dan keberadaan PKS sebagai oposisi. Jika boleh memberikan tafsir juga, maka saya melihat ada beberapa yang dapat diapungkan.


Pertama, pendewasaan politik. Sistem politik kita sesungguhnya tidak mengenal istilah oposisi. Ini akibat "jenis kelamin" yang tidak jelas. Presidential dan Parlemen (multi partai) secara bersamaan diterapkan. Sejauh ini, PKS merupakan partai yang berada di luar pemerintah. Dianggap sebagai oposisi, sebuah istilah yang "terpaksa" kita pakai, karena belum menemukan padanan yang tepat jika bercermin dari sistem politik kita.


Melalui Silaturahim Kebangsaan, PKS ingin memberi pesan penting pada publik. Bahwa pilihan oposisi bukan berarti memutus relasi. Dalam menyikapi isu politik boleh berseberangan, tapi tidak boleh hubungan antar partai jadi terputus. Sikap semacam ini pernah ditunjukkan oleh politisi handal dahulu kala. Natsir, Soekarno dan lainnya. Mereka berdebat di parlemen, tapi tetap bisa asyik ngopi di tempat lain.


Jadi, PKS ingin membuat semua pihak lebih dewasa dalam berpolitik. Sesuatu yang semakin sulit diwujudkan saat ini. Asbabnya, ulah pihak-pihak tertentu yang terus memprovokasi dan mengadu domba antar kelompok dan antar agama. 


Kedua, kesadaran sejarah. Maksudnya, Indonesia sebuah bangsa dan negara besar. Bahkan teramat besar. Tak mungkin negeri yang memiliki 17.504  pulau dan gugusan pantai kedua terpanjang di dunia ini, dapat berkembang dan maju hanya oleh satu atau dua kelompok. Silaturahim Kebangsaan ingin menegaskan itu.


Pada titik ini, saya melihat ada kesadaran sejarah yang dimiliki PKS. Negeri ini dalam episode sejarahnya memang tak dapat dilepaskan dari kontribusi berbagai elemen bangsa. Ada santri, ulama, anak-anak muda, mahasiswa, petani, nelayan, guru, buruh dan seterusnya. Ada orang Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Papua hingga Bali. Juga agama lain yang memberikan sumbangsihnya masing-masing dalam memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan.


Kesadaran Sejarah semacam ini sangat penting di tengah situasi sosial politik hari ini. Yakni ketika klaim-klaim hanya kelompok mereka yang berjasa dan menegasikan golongan lainnya. Menganggap kelompoknya paling Pancasila dan NKRI, dan lainnya tidak.


Ketiga, ikhtiar mendapatkan kanal aspirasi yang tepat. Jika kita cermati, muatan Silaturahim Kebangsaan yang dilakukan PKS ini menarik. Persoalan yang dibawa ke setiap partai dan ormas berbeda. 


Dengan PPP dan PKB, Pimpinan PKS bicara tentang pentingnya persatuan atau ukhuwah Islamiyyah. Dengan PD, mereka menyinggung soal pentingnya regenerasi kepemimpinan pada 2024. Dengan Golkar,  isu yang diangkat tentang kondisi ekonomi dan gerakan THR ke Desa. Terakhir dengan Gerindra, PKS minta dukungan untuk bersama-sama memperjuangkan RUU Perlindungan Tokoh Agama.


PKS  ingin Silaturahim Kebangsaan ini betul-betul bermanfaat optimal bagi khalayak. Karena itu, persoalan yang dibahas harus betul-betul tepat. Melihat siapa yang menjadi kawan berkomunikasi. Dan semua permasalahan tersebut di atas, merupakan isu yang menjadi perbincangan di masyarakat. Tak berlebihan jika kita menafsirkan bahwa PKS melalui Silaturahim Kebangsaan ini, berharap dapat menyuarakan aspirasi yang berkembang kepada pihak yang tepat.


Setidaknya itu yang bisa saya tafsirkan dari Silaturahim Kebangsaan PKS. Tentu saja, sebagai sebuah peristiwa politik, banyak tafsir lain yang bisa muncul. Tergantung dari kacamata apa kita melihatnya.


Wallahua'lam...


Erwyn Kurniawan


Foto: Muhammad Hilal

Posting Komentar

0 Komentar