Saat Bulan Sabit Mengecil di Ujung Ramadhan


Ada sesal yang begitu pekat

Kala lengkung sabit keperakan bertahta di ufuk barat

Lengang

Senyap

Tapi menampar begitu hebat


Ada hati yang tercekat

Wahai diri, apa saja yang sudah kau lakukan

Untuk menjamu tamu Allah yang penuh kemuliaan

Yang menghampirimu dengan tangan terbentang

Membawa limpahan pahala yang berlipat

Dan ampunan yang lebih luas dari bumi dan seisinya


Tapi kau kemana ?


Sibuk dengan urusan dunia

Amalan yang selalu kau tunda

Nanti, nanti, nanti

Seakan Ramadhan masih panjang

Dan kau masih diberi kesempatan


Dan tiba-tiba tamu agung itu mulai berkemas

Meninggalkanmu yang tak kan mungkin mengejar dan menahannya

Kaulah yang tak peduli

Kaulah yang terlena

Kaulah yang tak bisa menjaga

Mengacuhkan tamu mulia itu tanpa sapa


Lantas berderai tangis yang sungguh berat

Tak tahu harus bagaimana meredakannya

Tak tahu tahun depan akankah bersua

Dengan kesempatan meraih besarnya ampunan dan limpahan pahala


Duhai jiwa yang lemah

Bangunlah

Terjagalah

Isi waktu yang masih ada dengan amalan terbaik yang kau bisa

Agar tak kau tangisi kepergian Ramadhan yang bagimu pergi begitu cepat

Dan sabit keperakan menghilang di langit barat.


Oleh : Erry Krisdwianti





Posting Komentar

0 Komentar