Ramadan di Negeri Sakura

 


Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Periode 2015-2020, Mohamad Sohibul Iman (MSI) pernah tinggal di Jepang dalam waktu yang lama saat menjalani pendidikan dari sarjana hingga doktor. 


MSI punya kenangan tersendiri saat menjalankan puasa Ramadhan di negeri Sakura tersebut, saat tinggal di asrama mahasiswa. 


Hal ini ia ceritakan kepada Kabid Humas DPP PKS Ahmad Mabruri saat acara Aher-MSI Talks di akun Instagram @pk_sejahtera, Jumat (9/4/2021) kemarin. 


Saat ditanya bagaimana suasana menjalani sahur, berbuka dan salat tarawih, ditengah tengah masyarakat mayoritas non muslim, MSI menjawab yang paling berbeda adalah situasinya. 


"Tentu yang berbeda adalah situasinya." 


Iklim


"Waktu pertama saya datang ke Jepang, itu musim panas disana," jelas MSI.


Jadi ketika musim panas, waktu menjalani puasanya lebih panjang. 'Kalau di Indonesia kan 13 jam, sementara di Jepang bisa lebih dari 13 jam." 


Ia menjelaskan, waktu imsak itu jam 02,15 dinihari dan waktu berbuka jam 19.00 malam. Puasanya jadi 17 jam.


"Musim panas di Tokyo itu kalau musim panas ya panas banget. Bisa sampe 40 - 42 derajat celcius."


Suasana 


Perbedaan kedua adalah situasi atau suasana masyarakat orang yang berpuasa di Jepang.


"Cuma kita aja yang puasa, orang lain ya gak ada yang puasa karena kebanyakan adalah mahasiswa Jepang.

Tentunya ini godaannya luar biasa," ungkap MSI.


"Apalagi saat kita berada di stasiun kereta, kan banyak orang yang berjualan makanan dan melihat banyak orang-orang yang makan ditempat. Luar biasa juga itu godaannya," lanjutnya.


MSI merasa, dua hal itu yang lebih terasa perbedaannya,  diantara berada di kampung sendiri, Tasikmalaya Jawa Barat dengan Tokyo Jepang.


Sahur, Berbuka, dan Tarawih


"Selebihnya terkait dengan sahur, berbuka dan shalat tarawih kembali kepada kita bagaimana mengatur waktunya." 


Kalau malam, MSI mengupayakan ada makanan siap saji. "Jadi saat kita sahur, sudah ada makanan matang. Enaknya pas disana kan sudah tersedia microwave oven. Tinggal kita hangatkan saja, 3 menit makanan jadi hangat kembali."


"Waktu berbuka juga gitu, kita menyiapkan sendiri. Relatif gampang ya waktu berbuka. Karena siangnya kan kita beraktifitas (tidak tidur) dan bisa menyiapkan dan menyediakan makanan berbuka."


Sedangkan untuk salat tarawih, awalnya mereka salat sendiri sendiri di kamar masing-masing, lalu kemudian mencoba menyampaikan keinginan tarawih berjamaah kepada pihak pengurus asrama mahasiswa. 


"Kita juga ingin salat berjamaah. Karena itu kita bicarakan dengan pihak dormitori (asrama). Akhirnya kita disatukan dan diberikan tempat untuk salat berjama'ah."


Di akhir cerita, MSI mengatakan bahwa jika kita punya tekad yang kuat, untuk urusan sahur, berbuka dan shalat tarawih, bisa kita lakukan seperti berada di negeri sendiri walaupun sedang berada di negeri orang. 


Ditulis oleh: Akhwat Kranji 

Sumber: Instagram

Posting Komentar

0 Komentar