Kepemimpinan. Ada berlaksa definisi tentangnya, sejumlah orang yang mengemukakannya. Menurut KBBI, ia adalah perihal pemimpin; cara memimpin. Memimpin itu sendiri bermakna mengetuai atau mengepalai; memenangkan paling banyak; memegang tangan seseorang sambil berjalan; membimbing; memandu; dan melatih supaya dapat mengerjakan sendiri.
Ambisi. Ia adalah keinginan
yang besar untuk menjadi sesuatu atau melakukan sesuatu. Ia adalah energi jiwa yang mendorong hadirnya amal.
Ia disebut ketika dorongan itu besar dan kuat serta mewujud dalam perilakunya.
Ambisi, ketika dikaitkan dengan
kepemimpinan, terkadang dipersepsi secara negatif. Persepsi negatif tentang
ambisi kepemimpinan itu bisa benar jika diidentikkan dengan orientasi pangkat,
haus jabatan dan obsesi posisi. Namun, persepsi itu salah jika diarahkan kepada
orang yang memiliki makna kepemimpinan itu tidak identik dengan pangkat,
jabatan dan posisi.
Ibadurrahman, hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih, memiliki
bermacam karakteristik yang digambarkan oleh Allah SWT dalam QS Al Furqan ayat
63-76. Karakteristik puncak ibadurrahman ternyata terkait pemaknaan ambisi
kepemimpinan yang unik. Hal itu tergambarkan dalam doa-doa mereka yang
legendaris:
ÙˆَالَّØ°ِÙŠۡÙ†َ ÙŠَÙ‚ُÙˆۡÙ„ُÙˆۡÙ†َ رَبَّÙ†َا Ù‡َبۡ Ù„َـنَا Ù…ِÙ†ۡ
اَزۡÙˆَاجِÙ†َا ÙˆَØ°ُرِّÙŠّٰتِÙ†َا Ù‚ُرَّØ©َ اَعۡÙŠُÙ†ٍ ÙˆَّاجۡعَÙ„ۡÙ†َا Ù„ِÙ„ۡÙ…ُتَّÙ‚ِÙŠۡÙ†َ
اِÙ…َامًا
Dan
orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami
pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa." [QS Al Furqan: 74]
Doa. Ia adalah cita-cita, visi,
harapan, keinginan, bahkan ambisi masa depan yang dipintakan kepada Allah SWT
agar mewujud jadi sebuah kenyataan. Ia adalah rengekan permohonan seorang hamba
kepada tuhannya yang dibangun di atas sebuah kesadaran utuh bahwa hanya Dia-lah
yang mampu menciptakan kejadiannya.
Doa ibadurrahman atas
perwujudan ambisi kepemimpinan mereka mengajarkan kita makna kepemimpinan tidak
diukur dengan pangkat, jabatan dan posisi. Mereka merengek, memohon dan meminta
kepada Allah SWT agar dijadikan imamul muttaqin (pemimpin orang
bertakwa). Faktanya tidak ada pangkat, jabatan, posisi bernama presiden orang
bertakwa, direktur orang bertakwa dan semisalnya.
Bukan. Bukan pangkat, jabatan dan
posisi yang menjadi ambisi kepemimpinan ibadurrahman, tapi ketakwaan itu
sendiri. Mereka memohon anugerah agar jadi orang paling bertaqwa di antara
orang-orang bertakwa. Mereka berambisi mendapat anugerah keunggulan kemuliaan
sejati di sisi Sang Kekasih Yang Maha Mulia, Allah SWT.
Ya. Keunggulan kemuliaan berupa
ketakwaan itulah pemaknaan ibadurrahman atas ambisi kepemimpinannya.
Mereka memahami betul bahwa parameter kemuliaan bukan pada pangkat, jabatan dan
posisi, tapi semata karena ketakwaan. Itulah yang menjadi visi dan
orientasinya. Itulah yang menjadi ambisi bahkan obsesi hidupnya.
Saudaraku, dengan cara-Nya yang
indah, Allah SWT melalui kalam-Nya mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya bahwa
ambisi kepemimpinan sejati adalah ketakwaan yang niscaya berbuah kemulian dunia
akhirat.
Saudaraku, ternyata memiliki ambisi
kepemimpinan itu harus! Namun, ingatlah bahwa kemuliaan kepemimpinan itu
berbanding lurus dengan ketakwaan. Ingatlah, parameter ilahi yang mendasari
persepsi kemuliaan kepemimpinan kita adalah firman-Nya
Ø¥ِÙ†َّ
Ø£َÙƒْرَÙ…َÙƒُÙ…ْ عِندَ ٱللَّÙ‡ِ Ø£َتْÙ‚َÙ‰ٰÙƒُÙ…ْ
“Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di
antara kamu.” [QS Al Hujurat: 13]
Dr. Indra Kusumah, S.Psi., M.Si. | Presiden GEMA Keadilan |
@aindraku | www.aindraku.com
0 Komentar