Sambutlah Ramadhan Lebih Awal!



Ramadhan di mata kaum salafus shalih merupakan musim yang agung di sepanjang umur. Mereka mengenal nilai setiap detik darinya serta berusaha meraih setiap pahala dari amal shalih di dalamnya. Oleh karena itu, bagi mereka seakan Ramadhan itu bermula dari awal bulan Rajab. 


Maka engkau lihat mereka itu senantiasa mendekap mushaf serta memperbanyak puasa sunnah, dzikir dan istighfar, serta qiyamullail sejak dua bulan sebelum Ramadhan benar-benar datang.


Sehingga ketika mereka sudah terbiasa berbuat ketaatan, jiwa mereka sudah melebur dengannya dan hati mereka sudah merasa sejuk dengan amal ketaatan, maka ketika Ramadhan tiba mereka berada dalam keadaan demikian. Oleh karenanya, betapa ringan untuk melakukan ketaatan dan betapa lembut hati untuk menyambut bulan suci sebelum Ramadhan itu benar-benar datang.


Saya telah melakukan pengamatan, dan teryata setiap perintah syara’ itu ada pangkalya pada sebagian besar rukun Islam. Shalat-shalat sunnah yang mendahului pelaksanaan shalat fardhu itu di antaranya dimaksudkan untuk menyiapkan jiwa kita agar dapat menunaikan shalat fardhu sebaik-baiknya.


Miqat-miqat yang jarak tempuhnya beberapa jam dari Tanah Haram itu juga dimaksudkan oleh Allah agar dengan jarak itu seorang yang melakukan ihram dapat menyiapkan hatinya sebelum ia masuk pada pelaksanaan masasik dengan jasmaninya.


Begitu juga banyak puasa sunnah yang dikerjaan oleh Nabi shallahu alaihi wa sallam pada bulan Sya’ban, sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat yang dapat dipastikan keabsahannya, tidak lain adalah untuk menyiapkan hati dalam menyambut Ramadhan.


Pada suatu musim haji yang saya ikuti, saya temukan bahwa banyak dari para jamaah haji itu dalam perjalanannya tidak membawa mushaf untuk dibaca. Maka saya katakan kepada mereka: “Apa yang kita lakukan sebelum haji tidak kalah pentingnya dengan saat berhaji. Maka bagaimana dengan sedikitnya bekal amal shaleh sebelum berhaji ini!”


Masuk ke dalam pelaksanaan manasik haji dengan hati yang keras (kurang bekal amak shaleh) adalah seperti masuk ke dalam pelaksanaan shalat dengan pikiran yang semrawut dan hati yang sibuk. Maka shalat pun tidak akan terasa nikmatnya. Setelah pelaksanaan shalat pun keadaannya takkan berubah dan tidak akan dapat menyudai masalahnya.


Saudara-saudara yang saya cintai. Persiapkanlah diri untuk menunaikan berbagai bentuk ketaatan sebelum benar-benar tiba waktunya. Dengan begitu kalian benar-benar akan merasakan kenikmatan spiritual yang luar bisa serta mendapatkan berbagai kebaikan dan keuntungan iman.


Persiapkan diri kalian untuk menyambut Ramadhan dengan sekian kali khatam Al-Quran, dengan berbagai pelaksanaan shalat sunnah, dengan mendengarkan berbagai siraman ruhani, dengan banyak melakukan sedekah, serta dengan amalan-amalan tersembunyi serta linangan air mata.


Para peserta perlombaan yang tidak melakukan persiapan yang matang, pada galibnya tidak mampu bersaing dalam perlombaan itu, apalagi meraih hadiah yang besar.


Yang paling tidak disukai oleh Allah dari hamba adalah bahwa Allah telah menyiapan untuk berbagai faktor bagi diterimanya amal shalihnya, mendapat hidayah serta manfaat, namun ternyata ia tidak memperhatikannya.


Pada bulan Ramadhan tahun lalu, salah seorang sahabat kami meninggal dunia di pertengahan bulan Ramadhan. Lantas salah seorang kawan memberikan ucapan bela sungkawa atas kepergiannya dan sambil mengais ia pun berkata: “Semoga Allah merahmati orang yang mengkhatamkan Al-Quran setap hari di tempat iktikafnya.”


Sebagian orang yang mendengarkan ucapakannya menganggap khataman Al-Quran setiap hari itu sesuatu yang sulit dan berat. Lantas aku katakan kepadanya: Ketika anggota tubuh kita sudah lentur dan terbiasa menunaikan amalan jauh sebelum musim ibadah (Ramdhan) itu tiba, maka ia akan terus melanjutkannya tanpa henti sehingga orang-orang yang malas seperti kita seakan tidak percaya atas pencapaian yang diraihnya.”


Seperti itulah pula yang pernah dilakukan oleh Sayyidina Utsman Radhiyallahu Anhu. Tentu saja beliau tidak akan bisa mengkhatamkan Al-Quran dalam semalam melalui shalat sunnah yang dikerjakan kecuali karena memang beliau sudah terbiasa melatih dirinya pada seribu malam sebelumnya.


Jiwa yang dilatih sejak awal akan mendatangkan keajaiban-keajaiban di kemudian hari. Oleh karena itu, latihlah diri kalian dengan sebaik-baiknya untuk menyambut musim yang sangat dianjurkan berbagai amal keshalihan. 


Palingkanlah pandanganmu dari meniru orang-orang yang lengah dan malas. Bulan Rajab adalah hilalnya musim ibadah  bagi siapa saja yang paham, sedang Ramadhan adalah purnamanya musim ibadah.


Oleh: Khalid Hamdi

Alih bahasa: Kang Aher

Posting Komentar

0 Komentar