Ramadhan Momentum Ketaatan



Di antara bentuk amal ketaatan teragung yang perlu aku ingatkan kembali, wahai saudara-saudariku, adalah ibadah mulia yang memiliki pengaruh dan dampak yang besar terhadap penyucian jiwa (tazkiyah) dan istiqamah, yaitu puasa sunnah.


Dampaknya bukan hanya pahala akhirat semata, seperti yang disebutkan dalam hadits:

 

"Barangsiapa berpuasa sehari saja di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka sejauh tujuh puluh tahun (perjalan).” Hadist riwayat Bukhari.


Ini merupakan pahala sangat besar yang menggiurkan orang-orang yang beriman.


Namun ada hal lain yang agung. Yaitu masa ibadah yang menghabiskan seluruh waktu siang. Pelaksanaan puasa yang engkau tunaikan itu dimulai dari waktu yang paling agung, yaitu waktu sahur. Padanya ada makan sahur dan doa. Selanjutnya ia terus membersamaimu mulai dari fajar hingga maghrib. Sementara dirimu sepanjang waktu itu mengenakan baju ketakwaan. Engkau pun memandang bahwa puasa itu punya hak atas dirimu. Ia akan selalu mengawasi perkataan dan perbuatanmu sehingga engkau menjalani harimu dalam pejagaan dan ketaatan.


Selain itu, puasa merupakan obat khusus yang paling utama untuk mengatasi berbagai penyakit hati serta menjadikan hati itu lembut, khusyuk dan tenang. Sesuai dengan kadar seseorang dalam menggunakan obat ini serta tergantung sebanyak mana ia mengkonsumi dan menggunakannya, sejauh itu pula ia mendapatkan kebaikan hatinya serta mendapatkan kekuatan dan keteguhannya.


Mengingat bahwa kita sudah memasuki bulan Sya’ban, maka ini adalah bulan yang disunnahkan bagi kita untuk memperbanyak puasa. 


Seperti yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Usamah bin Zaid bahwa ia bertanya: “Ya Rasulullah, mengapa aku belum pernah melihat baginda berpuasa di suatu bulan seperti halnya yang baginda lakukan pada bulan Sya’ban?” Beliau menjawab: “Itu adalah bulan di mana banyak orang lalai karena berada di antara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan di mana amalan-amalan itu diangkat kepada Tuhan semesta alam. Maka aku ingin saat amalku diangkat adalah pada saat aku berpuasa.” Hadits ini dinilai shahih oleh Al-Albani.


Maka sudah semestinya kita sambut bulan yang mulia ini dengan hati yang bersih, suci nan penuh kekhusyukan. Sehingga dengan begitu kita dapat meraih segala kebaikan, ketaatan dan saat-saat yang berharga di dalamnya. Dengan begitu pula kita akan meraih tingkatan iman dan ketakwaan yang tertinggi.


Maka dari itu, sungguh sangat berguna manakala kita dapat membiasakan diri untuk melalukan ibadah imani yang tersembunyi ini. Yaitu selalu menjaga setidaknya puasa hari Senin dan Kamis setiap pekannya. Siapa yang dapat menambahnya dengan puasa di “hari-hari putih” (tanggal 13, 14 dan 15), maka itu tentu ia berada di atas kebaikan yang agung. Dan barangsiapa yang dapat menambahnya dengan puasa di hari-hari yang lain, maka tentu ia meraih derajat yang lebih tinggi dan lebih utama.


Tidaklah berlebihan jika saya katakan bahwa orang yang dibukakan baginya pintu-pintu puasa di hari-hari yang memang disunnahkan untuk berpuasa itu, dan ia dapat memasuki pintu-pintu tersebut serta Allah berikan taufik dan bantuan untuk menjalankannya, maka aku tidak percaya kalau ia sampai meninggalkannya sepanjang usia. Bahkan bukan hanya dalam bulan Sya’ban saja.


Demi Allah, ia merupakan pintu penyucian (tazkiyah) dan perlinduan serta penjagaan dan pemeliharaan yang tidak akan tergantikan. Terdapat pintu keimanan padanya yang bernuansa lain. 


Oleh: Husain Abdurrazzaq

Alih bahasa: Kang Aher

Posting Komentar

0 Komentar