Fatihah yang Terlupa

Ilustrasi

Tak sengaja kudapati buku gambar yang tergeletak di lantai. Kulihat namamu tertulis di sudut kanan atas. Kubuka lembar demi lembar kertas putih,yang sebagian sudah tergores hasil karya tanganmu. 

Netraku tertuju pada selembar kertas,yang telah berhiaskan sebuah gambar, yang dapat kusimpulkan, itu gambar sebuah mikrofon.Tulisan di bawah gambar, semakin memperjelas rasa penasaranku. "Satand up comedian" itulah coretan tanganmu dibawah gambar mikrofon.

Ingatankupun melayang, peristiwa beberapa hari lalu, saat itu kau berkata kepadaku "Mi, Aa minta penghapus ya? Aa mau mengerjakan tugas sekolah, disuruh menggambar dengan tema cita-cita".

Aah, rupanya sulungku ingin menjadi seorang penghibur. Tak kupungkiri dibalik wajahnya yang serius, ada sifat humoris yang tinggi, hmmmm sepertinya darah humoris itu mengalir dari diriku. 

Setahun kemudian, saat menjelang kelulusan sekolah dasar, kupintakkan satu hal padamu. "A... Ummi dan Abi akan bahagia sekali, jika Aa mau belajar di pondok pesantren"

"Terserah ummi abi aja" jawabmu kala itu, terlihat pasrah tanpa banyak bicara. 

Waktu itupun tiba, kuantarkan kau menuju gerbang cita-cita, kutitipkan kau di pondok, kupasrahkan kau dengan sepenuh jiwa, pada sang pemilik jagat raya. Semoga semua akan baik -baik saja, sesuai dengan cita-cita dan harapan kita. 

Berjuta rasa kala itu yang kuterima. Sedih, karena harus berpisah denganmu. Terharu, karena aku akan menjadi orang tua dari seorang santri. Bangga, karena kulihat kau begitu tegar, tak kau tampakkan air matamu di depan orang-orang. Semoga kau salah satu dari lelaki sejati.

Sejak saat itu, kurutinkan selalu setiap ba'da sholat lantunan Fatihah spesial untuk sulungku, sambil kubayangkan wajah manisnya, berpecikan di kepala, berbalut koko putih sempurna, tak lupa dengan sarung khas ciri seorang santri.

Dua pekan sekali kita bertemu melepas rindu, kulihat gurat bahagia di wajahmu, saat kita bertatap muka, kulihat berjuta asa terpatri di sudut mata beningmu, tampak kau semakin menjadi sosok yang tawadhu, tak kudengar keluh kesah tentang ketidaknyamanan. 

Aku bahagia, melihat kau baik-baik saja, bertemankan dengan para guru dan santri sholeh. Aku gembira tatkala kudengar kau mulai bisa berbahasa arab, mulai bisa mencoret kitab, dan mulai bertambah hafalan Quranmu. 

Sampai pada satu titik aku terlena, ya aku terlena, lena yang membuat ku lupa, ya aku terlupa, lupa mengirimkan Fatihah spesial untuk sulungku, aku terbius dengan kenyamananmu di pondok, hingga membuat jiwaku, terlena, terlupa dan tidak kukirimkan lagi fatihah sepesial itu. 

Yaaa Robb aku memohonkan ampunMu, maafkan aku yang angkuh, ampuni aku yang sombong, yang telah lalai tuk selalu meminta keistiqomahan padaMu.

Kini aku harus terima kenyataan ini, disaat tinggal menghitung bulan menjelang kelulusan, kau tidak ingin kembali ke pondok,dengan satu alasan yang kau pendam. 

Sejenak kumerasa kecewa, tapi tiada berkesudahan jika rasa itu kupelihara, kini kita mulai lagi mengukir langkah terbaru, demi menorehkan cita-cita barumu.

Dan  aku berazzam, Fatihah spesial untukmu, akan kembali kulantunkan, tak lupa pula kukirimkan untuk adik-adikmu,yang kuharapkan akan menjadi santri. 

"Yaa Mukhollibalquluub tsabit qolbi a'la dziniika, wa a'la thooa'tika, subhaanaka inni kuntu mina dzoolimiin. Wahai Dzat yang Maha membolak balikan hati,teguhkanlah hatiku di atas agamaMu, dan di atas ketaatanMu,Maha suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzaliim"


Ella Helawati
Relawan Literasi Kabupaten Tangerang

Posting Komentar

0 Komentar