Berkah


Di bagian depan rumah orang tua kami, saat saya masih kecil adalah berupa kebun. Namun karena anak-anaknya kalau pas mudik perlu parkir mobil, maka jadilah kebun itu menjadi garasi terbuka. Hanya menyisakan sedikit tanah kosong sekitar 1.3 x 9 meter, tapi di ujungnya menyempit, menjadi ruang terbuka.

Oleh simbok lahan sempit tersebut di jadikan kebon buah dan tanaman obat. Ada binahong dan pegagan dibagian pagar depan. Pohon kelor yang selalu rindang. Jahe biasa, jahe merah, jahe emprit lombok eh cabe, gantung eh pepaya, temu lawak, kencur dan daun suruhan di lahan utama.

Sedangkan di pinggir mengunakan pot plastik ada bawang merah, bawang putih dan ada juga pohon keladi tiga warna yang saat ini lagi nge-trend. Di ambil oleh istriku saat kita kesasar di sebuah desa hutan di lereng Gunung Wijil.

Lahan sempit namun padat manfaat. Banyak orang yang mengambil manfaat dari kebon mini ini.

Bulan lalu saat sedang asyik mengobrol dengan simbok, tiba-tiba ada yang izin mau ambil daun binahong. Sudah rutin. Setidaknya seperti apa yang di tuturkan oleh simbok bahwa banyak orang yang mengambil daun-daun yang beliau tanam. Gratis. Yang penting bisa manfaat. Ga hanya sedesa tapi juga ada dari jauh rutin mengambil. Lahan sesempit itu tapi beribu manfaatnya. Berkah.

Bicara berkah adalah bicara kemanfaatan. Seberapa berkah hidup artinya seberapa banyak manfaat diri kita untuk orang lain.

Kanjeng nabi sudah bersabda 14 abad lalu bahwa khairunnass anfa'uhum linnas. Sebaik-baik engkau adalah yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain.

Saya melihat banyak orang yang hidup di desa pendapatan hanya dari bertani dan buruh tani. Mereka bahagia dengan harta seadanya. Keberkahan atas harta yang dimiliki di dapatkan dengan jalan saling berbagi.

Berbagi atas apa yang mereka punya. Punya harta, mereka ringan bersedekah. Punya tenaga, mereka gotong royong membantu tetangga. Punya beras, mereka berbagi makanan. Sehingga karakter ringan tangan menjadikan Allah sangat sayang kepada mereka.

Ingatlah bahwa bumi tempat kita berpijak berbentuk bulat, apapun yang kita keluarkan akan kembali lagi kepada kita. Umpatan kekesalan yang kita lampiaskan, akan kembali kepada kita dengan keruhnya hati. Indahnya senyuman kebahagiaan yang kita pancarkan kepada orang lain, akan kembali kepada kita dalam bentuk beningnya hati.

Tulus ikhlas doa yang kita lantunkan kepada siapa saja yang kita temui di jalanan, kelak akan kembali kepada kita dalam bentuk ketenangan hati dan kelapangan jiwa.

Apapun kebaikan yang ditanam, kelak akan kembali kepada kita dalam bentuk keberkahan hidup. Memiliki legacy, kebaikan yang terus hidup disaat jasad kita sudah di alam barzakh.

Bersyukurlah bahwa Allah masih pilih kita memiliki kemampuan untuk berbuat baik. Karena tidak semua manusia bisa melakukannya, walaupun daya upaya untuk itu ada di tangannya.

Rezeki berlimpah bukan hanya banyak harta. Tapi istri sholehah adalah karunia terindah. Anak-anak tumbuh sehat dan berkarakter kuat adalah harta berharga. Kesehatan badan adalah asset utama. Kawan-kawan yang setia adalah modal terbesar keleluasaan.

Betapa masih banyak orang merasa sempit hati di antara banyaknya harta. Ketiadaan ketenangan di sisi istri cantik. Kesepian diri di riuhnya korporasi bisnis.

Meyakini atas takdir yang sudah digariskan saat ruh di tiupkan. Akan membuat kita tidak ngoyo atas kehidupan ini. Biasa saja. Ga usah khawatir. Karena setiap rupiah sudah ada alamat pemiliknya. Ga akan tertukar!

Pun nyawa ini kapan di cabut sudah ada waktunya. Tepat sekali hingga hitungan detik. Tidak akan dicabut nyawa sebelum seluruh jatah rezekinya tertunaikan.

Selama kita menjadi hamba Allah yang taat. Tiada keraguan atas takdir. Maka kehidupan akan berjalan mengikuti arah bahagia.

Hati akan kembali tenang, saat gundah gulana itu menghampiri, dan kita lafazkan, HasbiyaAllah. La haula walau kuwwata illa billah.


Abi Rumaisha

Posting Komentar

0 Komentar