Catatan Singkat Tim Kerja Para Wakil Rakyat di Daerah



Seiring tuntutan transparansi kinerja yang makin besar dari para wakil rakyat kepada rakyat yang diwakilinya, khususon kepada para kader partai, tentu saja sering jadi bahasan serius di internal Fraksi PKS, di berbagai level. Tak hanya pusat, bahkan hingga kabupaten/kota.

 

Jika melihat ke level pusat di DPR, dengan support atau dukungan yang kuat dari berbagai sisi, maka wajar saja kinerjanya mudah di "oprek", tinggal lapor ke "syaikh google", semua bisa terlacak. Sorotan kamera dari para kuli tintapun menghias hari-hari mereka yang penuh warna #jiaaahh.

 

Belum lagi supporting systemnya. Ada Tenaga Ahli Anggota, ada Staf Ahli Anggota. Kemudian ada lagi Tenaga Ahli Fraksi. Tentu, rasanya begitu kuat Anggota DPR RI ini. 1 (satu) orang dikelilingi oleh para T.A dan S.A yang jumlahnya bisa lebih dari jumlah jari ditangan kanan.

 

Nah, lantas jika di parlemen tingkat "Provinsi" dan Kabupaten/Kota bagaimana supporting system Fraksi PKS?

 

Lain belalang, lain pula ilalang. Jika di Fraksi Provinsi, secara normatif hanya ada 1 Tenaga Ahli yang didukung oleh anggaran daerah. Sedangkan untuk masing-masing Anggota Dewan, tak ada support apapun, selain pada kerelaan mereka sedikit membagi gajinya untuk mengkaryakan seseorang menjadi Asisten mereka (Anggota Dewan).

 

Lantas bagaimana situasi Fraksi PKS di Kabupaten/Kota?

 

Padahal hampir sama juga tugasnya dengan Anggota DPR RI. Ada pengawasan, penganggaran dan legislasi. Ada rapat dengan mitra kerja, ada kunjungan kerja, ada kunjungan dapil saat reses dan lain sebagainya. Belum lagi merawat jaringan, atau ketika diundang dalam satu seminar/diskusi menjadi narasumber.

 

Tentu saja semua itu, butuh supporting system yang baik, agar kinerja mereka lebih berdampak tidak hanya dalam konteks pelaksanaan agenda pengawasan, budgetting dan legislasi atau pembuatan aturan, namun lebih jauh agar kerja mereka dirasakan publik secara riil serta diketahui secara luas kerja-kerja mereka.

 

Sebab rumus kepuasan itu adalah ketika realitas yang didapatkan publik/konstituen atau konsumen - istilah marketing, setara atau lebih tinggi dari ekspektasi/pengharapan.

 

Sedangkan jika kebalikannya - realisasi lebih rendah dari ekspektasi - tentu publik/konstituen/konsumen kecewa.

 

Bayangkan jika seseorang kecewa dengan pasangannya, apa langkah yang akan ditempuh? Kalau sekali saja, mungkin termaafkan. Namun jika berkali-kali, what will happen..? Kira-kira itulah yang mungkin bakal terjadi.

 

Akhirnya, kata pujangga, setelah hujan berakhir, pelangi bakal merona di iringi semilir.

 

Disaat ada tantangan di satu sisi, maka ada peluang di sisi yang lain. Kolaborasi berbagai pihak, meringankan kerja. "Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing".

Wallahu'alam Bis Shawab.


Sabiq Lampung

Foto: Suasana Pembekalan Tim Kerja Fraksi PKS DPRD Lampung guna penyamaan frekuensi, penyamaan suhu, serta transfer knowledge/pengetahuan.

Posting Komentar

0 Komentar