Mampir Ngombe?

Ilustrasi (pexels.com)

Saat ini usiaku sudah menginjak di halaman 44 tahun. Usia yang katanya memasuki masa dewasa fase kedua setelah fase yg pertama di usia 25 tahun.

Entah berapa tahun lagi jatah hidupku di dunia ini, karena itu rahasia yang tak mungkin kita mampu mengungkapnya. Meski aku berharap usiaku bisa seperti Rasulullah mencapai 63 tahun, namun tak satupun manusia tau berapa tahun jatah kontraknya di dunia yang ternyata hanya sebentar ini.

Orang Jawa mengibaratkan "Mampir Ngombe"  yang artinya "Singgah minum", filosofi dari mampir Ngombe adalah bahwa hidup kita di dunia ini sangat sebentar, mestinya kita selalu bersiap siaga untuk mengumpulkan bekal di kehidupan yang kekal abadi di Akherat kelak.

Jika keberadaan kita di dunia yang hanya mampir Ngombe  ini adalah upaya untuk mengumpulkan bekal di kehidupan yang kekal abadi nanti, mestinya tak ada waktu untuk berleha-leha atau bersenang-senang. Setiap detik yang Allah Azza wa Jalla berikan sudah seharusnya kita gunakan untuk mengumpulkan bekal tersebut.

Dalam upaya pengumpulan bekal tersebut, tentu kita harus faham dulu, harus benar-benar tau bekal apa yang mesti kita bawa nanti. Jangan sampai sudah capek-capek  kita mengumpulkan bekal yang menurut kita sudah benar, ternyata di sana nanti tidak terpakai. Bekal yang menurut kita sudah banyak ternyata bekal-bekal itu tidak di terima di negri Akherat kelak.

Lalu, Bekal apa yang mesti kita bawa agar nanti bisa menolong kita, menyelamatkan kita dan membuat kita nyaman dan bahagia di alam sana ?

Kita harus faham dulu siapa pemilik negeri Akherat itu ? 

Karena semua pasti mengatakan bahwa pemilik negri Akherat adalah Tuhan, yang di pahami berbeda oleh masing-masing agama. Maka jika salah memahami arti Ketuhanan, bisa di pastikan salah juga kita membawa bekal untuk Akherat kelak.

Dalam Islam jelas "Maaliki yaumiddin" yang artinya "Yang menguasai hari pembalasan" siapa yang menguasai hari pembalasan itu ?

Dia lah Dzat yang menciptakan langit dan bumi dan dunia serta isinya dan seluruh Alam Jagat raya ini.

Ketika kita sudah memahami arti Ketuhanan yang sesungguhnya, maka mestinya Iman kita tunduk dan patuh terhadap apa yang di perintahkan-Nya tanpa tawar menawar. Meninggalkan apa yang di larangnya tanpa kompromi.

Namun terkadang nafsu kita telah menjerumuskan kita ke lembah kehinaan dg sadar atau tanpa sadar (karena sadarnya di kemudian hari), kita berada di kubangan dosa dan maksiat.

Beruntungnya Allah Subhanahu wata'ala mempunyai ampunan yang maha luas melebihi luasnya dosa dan kesalahan seluruh manusia. Rahmat-Nya mampu mengangkat semua manusia dari jurang kehinaan menuju istana kemuliaan. Sayangnya itu hanya yang DIA kehendaki.

Kita berharap-harap cemas mengharap Rahmat dan ampunan-Nya. Kita mesti membuat DIA ridho dengan ketaatan dan ketundukan kita kepada-Nya. Bahkan bekal kitapun belum mampu membuat kita bahagia di Akherat kelak tanpa Rahmat dan ampunan-Nya.

Renunganku terhenti saat upaya mengumpulkan bekal itu harus aku luruskan kembali, Aqidahku harus dikuatkan lagi, Akhlaqku harus di perindah lagi, amalku harus di standarkan lagi sesuai tuntunan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam.

Semoga upaya pengumpulan bekal untuk persiapan di negeri yang kekal abadi ini selalu dalam bimbingan dan kasih sayang Ilahi Rabbi. Saat melenceng di luruskan, saat lurus di tingkatkan.

Ternyata "Mampir Ngombe"  itu benar-benar hanya sebentar.


Kang Mul
Relawan Literasi PKS Kabupaten Tangerang

Posting Komentar

0 Komentar