Konsep Diri Seorang Muslim

Ilustrasi (sumber: pexels.com)

Menjadi muslim berarti bukan lagi menjadi manusia biasa. Seorang muslim itu istimewa karena keimanannya kepada Allah swt. Dan keimanan itu menghadirkan sebuah karakter yang kokoh, karena sikap itu disandarkan pada Al-Qur'an dan sunnah.

Ada banyak hadits dan ayat Al-Qur'an yang bisa menjadi pembentuk karakter seorang muslim. Salah satunya adalah apa yang dinasehatkan oleh Rasulullah saw kepada sahabatnya, Abu Dzar r.a.

اِتَّÙ‚ِ اللهَ Ø­َÙŠْØ«ُÙ…َا ÙƒُÙ†ْتَ، ÙˆَØ£َتْبِعِ السَّÙŠِّئَØ©َ الْØ­َسَÙ†َØ©َ تَÙ…ْØ­ُÙ‡َا، ÙˆَØ®َالِÙ‚ِ النَّاسَ بِØ®ُÙ„ُÙ‚ٍ Ø­َسَÙ†ٍ

“Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada, dan susullah sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik”.

Ada tiga karakter yang dikandung dalam hadits ini

Integritas

Rasulullah saw berpesan agar selalu bertaqwa di setiap tempat. Artinya seorang muslim dituntut memiliki komitmen dan konsistensi untuk senantiasa menjaga integritasnya.

Di kantor, ia harus menjaga ketaqwaannya dalam perilaku jujur dan profesional, tak menipu atasan atau klien, tak berbuat khianat. Kesibukan tak memberikan dispensasi untuk alpa sholat. Bahkan dalam kesibukan, sholat di awal waktu dan berjamaah tetap terjaga.

Saat kongkow dengan teman-teman, orang lain terjaga oleh mulut dan tindakannya. Tidak meng-ghibah, menghasut, atau mencelakai rekan kerja.

Di rumah, ia pun tetap menjaga ketaqwaannya. Ia tak melepaskan disiplin sholat berjamaahnya meski sedang santai, juga memperlakukan anak dan pasangannya dengan baik.

Itulah muslim yang bertaqwa. Memegang integritas di hadapan Allah swt dan manusia di mana saja berada.

Perbaikan

Rasulullah meminta umatnya, melalui nasihat kepada Abu Dzar, agar menyusul setiap kesalahan dengan kabaikan. Seorang muslim tak kan bisa melepaskan sifat manusiawinya, yaitu sering kali khilaf dan berbuat salah. Karena itu, ada eksepsi dari karakter alami manusia ini, yaitu mem-follow-up kesalahan dengan perbaikan.

Follow up yang paling umum setelah melakukan kesalahan adalah meminta maaf. Bila kesalahan itu dibuat kepada manusia, ia harus meminta maaf kepada yang bersangkutan. Sedangkan bila dosa yang berhubungan kepada Allah swt, maka ia harus bertaubat.

Permintaan maaf kadang tidak menyelesaikan masalah. Harus ada tindak lanjut perbaikan. Misalnya kita tidak menepati janji kepada klien, produk yang kita hasilkan tidak sesuai spesifikasi kesepakatan awal, maka perbaikilah dengan melengkapi apa yang kurang. Seperti sebuah program komputer yang wajar bila ada bug, kemudian tugas programmer untuk memperbaiki bug tersebut.

Selain minta maaf dan memperbaiki yang kurang, tambahkan juga kebaikan lain. Klien protes kepada seorang programmer atas sebuah bug yang ditemuinya, lantas programmer meminta maaf dan memperbaiki problem yang ditemui serta menambahkan sebuah sebuah fitur pada aplikasinya agar sang klien senang dan kecewanya terobati. Ibaratnya seperti itulah tebusan atas kesalahan kepada seseorang.

Konsep diri ini juga mencerminkan konsep Jepang yang disebut Kaizen. Yaitu perbaikan terus menerus.

Kepribadian

"Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik." Begitu pesan Rasulullah saw. Keunggulan Islam adalah pada konsep akhlak. Rasulullah mencontohkan sendiri bagaimana aplikasi akhlak mulia dalam Islam. Kita tidak akan mengerti dengan sempurna apa saja poin-poin akhlak Islam sebelum membaca kisahnya.

Pribadi yang jujur, sopan santun, menjaga perkataan, pemurah, penyabar, dll adalah daya rekat yang kuat agar orang lain mendekat. Sebagai seorang atasan, ia tidak menyombongkan diri. Sebagai seorang bawahan, ia menghormati atasan dan rekannya secara wajar, tidak mengghibahnya atau menjelek-jelekkan rekan kerja. Sebagai seorang suami/istri, ia senantiasa menjaga perasaan pasangannya. Sebagai seorang warga, ia memuliakan tetangganya.

Integritas, mau melakukan perbaikan, dan berkepribadian hangat adalah karakter yang disenangi oleh klien, disenangi atasan, disenangi tetangga, disenangi anggota keluarga, dan menjadi jalan menuju kesuksesan.


Zico Alviandri 

Posting Komentar

0 Komentar