Mentari baru saja keluar dari peraduannya, nampak dalam semburat kehangatan cahaya emas dan jingganya. Kututup kajian dengan doa kafarotul majelis, dan sholat syuruk, salah satu upaya DKM merawat jamaah di Masjid Asy Syahid Jatiluhur.
Belum satu menit bergerak meninggalkan masjid motor segera kuhentikan menepi. Sesosok Ustadz mengenakan kaos panjang tebal wana biru dongker tengah membakar sampah. Kuhampiri dan kupeluk dengan hati yang bergetar lirih kuucapkan isbir 'ala ma ashobak Ustadz.
Beliau kemarin yang menulis :
Inna lillahi wa Inna lillahi roji'un. Telah berpulang ke rahmatullah istri saya Sari Ernawati hari ini jam 10.17 Wib di RS Dharmais.
Kalimat yang ditulis singkat di group WA. Segara dibalas dengan doa yang terus bergantian dan tersebar
Di sebidang tanah belakang rumah, beliau sedang membakar sampah. Nabun kalau kata orang betawi mah.
"Bakar sampah Tadz", ucapku sambil melepaskan pelukan.
"Iya akh.... agar nggak banyak sampah, ada sedikit tanah, bareng almarhumah". Jawabnya sambil mengenang agak dalam.
Di susul dengan rona mata memerah berkaca kaca.
"Saya tahu dan bisa merasakan bagaimana perasaan saat di tinggal orang yang sangat di cintai, karena Ayah Ibu saya juga sudah meninggal," kataku sambil memegang bahunya.
"Ini lebih terasa dalam lagi Akh.... Saya juga sudah ditinggal orang tua. Tapi ditinggal istri ana merasakan lebih sedih lagii, ana bisa memahami kenapa Pak Habibi sampai membuat puisi menggambarakan hatinya bagaimana ditinggal istri," paparnya lebih jauh.
"Istri tinggal dengan kita puluhan tahun, dengan segala macam warna kehidupan didalamnya, saya merasakan betul ketika sudah tidak ada... betapa berartinya dia"
"Terus terang selama hidup kita tidak terlalu memberikan penghargaan atas semua kebaikan istri. Kita cenderung berada dalam peran suami yang standar dan formal. Saya bisa mengungkapkan itu karena saya sudah merasakan kehilangan". sambil menatap jauh entah kemana tatapan mata jiwanya
"Betapa istri kita sedemikian banyak peran yang tak ternilai harganya. Meski pasti punya kekurangan tapi, sesungguhnya kebaikannya jaauuuhh lebih banyak" . Urainya mengalir dari lubuk hati
"Naam Ust..." jawabku pendek berkaca diri
"Saya sungguh tidak berpikir akan sesingkat ini hidupnya, karena sudah berusaha melalui penyembuhan yang lama dan berkelanjutan."
Jumat pagi kemarin istri memanggil semua anak anak,
"Ada apa Mi...." tanya anak anak.
"Nggak.... Umi hanya ingin membelai anak anak umi" jawabnya lirih tak menampakkan peratanda apa apa. Dan itu adalah belaian terakhir kepada anak anak.
Subhanallah ... istri ana tak pernah mengeluh... Dalam sakitnya sabar... Kondisi sakitpun beliau rajin sholat malam... Tilawah gak ketinggalan, meski dalam kondisi sakit
"Jumat itu memang jadwal transfusi darah.. Dan kalau sudah tranfusi biasanya merasakan lebih enakan.
Setelah tranfusi jam 02.00 dinihari istri ana diperbolehkn pulang oleh dokter. Dan ana pastikan "ini sudah aman ya dok kalau di bawa pulang" . Dan dokter menjawab "aman... karena dari data yang di dapat setelah dicabut selang oksigen kondisinya stabil", kata dokter sambil menunjukan angka di oksimeter.
Setelah pulang ternyata jam 08.00 nafasnya terlihat berat lagi. Akhirnya saya bawa lagi ke RS. Saya hanya berpikir kesembuhan istri saya. Tidak berpikir yang lain.
Sebelum dibawa ke RS, adik istri saya sempat menalqinkan kalimat "Laa ilaaha ilallaah". Terlihat istri saya mengikutinya melalui gerak bibirnya. Itulah kalimat terakhir yg diucapkannya.
Tiba di rumah sakit lebih kurang jam10, saya melihat dan masih merasakan nafas istri keluar dari hidung dan mulutnya. Tapi ternyata Allah berkehendak lain. Istri saya pulang ke haribaan-Nya tepat jam 10.17 Wib, setelah tim dokter gagal mengembalikan detak jantungnya.
Dalam perjalan pulang tak bisa dibendung air mata terus keluar.
Ustadz... secara pribadi, kami pernah berinteraksi sebagai sesama pendidik di Yayasan Iqro'. Kami meohin maaf jika kami ada salah dan kehikaf kepada Almarhumah pintaku
Bu Sari.... Sungguh kami kehilangan
انا لله و انا اليه را جعون sorga untukmu
#tulisan sdh mendapat Izin, dan koreksi Ustdz Samsu Hilal
0 Komentar