Taujih Pemenangan Presiden PKS


1. Fitnah (cobaan) harus diyakini sebagai konsekuensi logis dalam menegakkan kebenaran dan maslahat publik. Sikapi dengan proporsional dan dewasa.

Jangan jadi kader baperan, apalagi di medsos. Isu di medsos itu hanya berumur singkat jika tidak kita tanggapi. Cerdaslah dalam bermedsos. Cerdaslah berliterasi

2. Di tengah segala gempuran hambatan pada kita, dengan segala demotivasinya. Bahwa kita tidak punya masa, PKS semakin terpuruk dan sebagainya. Padahal justru kondisi hari ini, tidak ada celah sedikit pun bagi kader untuk pesimis.

Dulu saat awal mendirikan partai ini tahun 1998, kita tidak punya modal. Tidak ada tokoh dan logistik. Dua modal yang diyakini akan membuat sebuah partai bisa berdiri dan bertahan. Tapi saat itu kita bisa dan bertahan sampai hari ini. 

Saat ini kita telah memiliki banyak tokoh, logistik juga ada. Sejarah mencatat, pada kontestasi pilpres saat ini, kader terbaik kita Habib Salim Segaf al Jufri diusulkan menjadi wapres, oleh Ijtima' ulama. Bukan oleh PKS, tapi oleh orang lain. Itu berarti, ketokohan kader PKS sudah mulai diakui oleh orang di luar partai. 
Maka "Jangan Pesimis."

3. Insyaa Allah, dalam masa yang tidak terlalu jauh, Allah akan mengamanahkan kader PKS sebagai pemimpin bangsa. 

Maka, tata mindset kita sebagai calon  pemimpin (leader), bukan follower. 

Leader tahu apa yang akan dicapai. Yakin akan apa yang sudah dirumuskan, itulah yang akan dicapai. Fokus jangan sibuk dengan rencana dan kerja yang dilakukan oleh orang lain. Ingat, bahwa pemimpin yang akan dilahirkan oleh PKS bukan pemimpin untuk partai saja, tapi pemimpin bagi seluruh rakyat Indonesia, bahkan dunia.

Disampaikan Ust.MSI pada acara silaturrahiim dengan seluruh kader dan caleg Kalimantan Selatan. 5 Januari 2019.

Nurul Asmayani
RELI Kalsel

#PKSKalsel
#DPWPKSKalsel
#BerkhidmatUntukBanua
#2019PKSmenang
#PilihNomor8
#PilihCalegPKS
#PKSKalselSolid
#PAS

Posting Komentar

0 Komentar