Foto Ilustrasi |
Jalan dakwah memang panjang dan berliku. Jika ada yang lurus-lurus saja, mungkin itu jalan tol. Bendera-bendera PKS yang biasa terpasang di pinggir jalan, itu tak tumbuh sendiri seperti pohon. Bendera-bendera itu dipasang oleh pejuang-pejuang dakwah yang rela mengorbankan waktu dan tenaga untuk mengurusnya.
Bahkan ruang pertemuan di gedung megah yang sejuk karena embusan AC, itu hasil rapat berkali-kali para panitia acara, lalu lobi tempat dan harga, desain dan cetak backdrop, hingga menjemput pemateri ataupun tamu undangan di bandara.
Para pemasang bendera, baliho, hingga spanduk acara partai, juga para desainer, pelobi tempat acara partai, bukanlah kader-kader yang tak punya pekerjaan.
Mereka adalah kader yang punya pekerjaan sebagai karyawan, pengusaha, hingga pimpinan kantor. Siang mereka bekerja untuk menafkahi diri dan keluarga, malam mereka keluar untuk rapat panitia ataupun juga memasang bendera dan segala atribut partai.
Mereka bukan pemain bayaran yang menjadikan pekerjaan untuk partai sebagai pekerjaan sampingan untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
“Jangan mau kalah dengan tukang sedot WC yang iklannya di semua tiang listrik!” Begitu tutur Munawar, salah seorang kader PKS Makassar.
Munawar bersama timnya, biasa memasang atribut PKS di atas pukul 11 malam, saat jalanan mulai sepi. Pinggiran jalan adalah lokasi yang mereka sasar untuk semakin mengakrabkan nomor 8 sebagai nomor urut PKS.
Para mujahid kalong ini, me-ngeprint sendiri poster PKS, serta berbagai atribut lainnya yang mereka bawa hampir tiap malam. “Hujan hanya membasahi, bukan menghalangi,” prinsip mereka.
Munawar dan timnya, hanyalah sebagian kecil mujahid kalong di partai dakwah ini. Ratusan hingga ribuan yang lain, tersebar di setiap pelosok negeri.
Jika kalian menemukan berbagai atribut seperti baliho, spanduk, hingga bendera PKS di sepanjang jalan, itu bukanlah pekerjaan orang-orang bayaran ataupun orang yang tak punya kerjaan.
Itu adalah kerjaan para relawan PKS yang mungkin tak akan kamu temukan di partai manapun. Karena relawan itu bukan hanya ada di daerah bencana melainkan ada di setiap hati para pejuang dakwah.
Relawan bukan hanya tentang evakuasi, tetapi tentang apapun dan sekecil apapun, demi Indonesia yang berkeadilan.
***
Ambo’ Mahfudz
Relawan Literasi Sulawesi Selatan.
0 Komentar