Rengasdengklok, kota kecil di Utara Kabupaten Karawang dikenal karena tercatatkan namanya sebagai tempat yang disinggahi Soekarno-Hatta pada 16 Agustus 1945 atau sehari sebelum Indonesia merdeka.
Saat itu, kalangan muda sudah tidak sabar agar keduanya segera mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Lalu mereka "menculik" keduanya dari Jakarta dan membawanya ke Rengasdengklok.
Jika saja Soekarno Hatta mengikuti semua keinginan anak-anak muda itu, niscaya proklamasi diperdengarkan dari Rengasdengklok. Namun sejarah berkata lain.
Untuk mengenang peristiwa itu, di Rengasdengklok ada Monumen yang diberi nama Tugu Kebulatan Tekad.
Jika teman berkunjung ke Rengasdengklok saat ini, disana ada monumen kembar. Ada monumen lama yang lebih kecil dan ada monumen baru yang lebih besar. Keduanya terletak di tempat yang sama dan saling berdekatan.
Monumen lama, meskipun lebih sederhana namun terlihat lebih tertata dengan baik.
Menurut Her Suganda dalam bukunya "Rengasdengklok Revolusi dan Peristiwa 16 Agustus 1945" Monumen itu dibangun tahun 1950. Saat itu beberapa tokoh Rengasdengklok berinisiatif mendirikan monumen dan mengumpulkan dana dari masyarakat. Bung Hatta menyetujui dan meresmikan monumen senilai 17.500 rupiah itu.
Saat pulang kampung dan berkunjung kesana sepekan lalu, monumen itu masih terawat dengan baik. Pemandangan berbeda justru nampak dari monumen yang usianya jauh lebih muda.
Monumen yang lebih baru itu sudah direncanakan sejak tahun 1990an. Saya mendengarkannya langsung rencana pembangunan dari Menteri Penerangan Harmoko.
Alhamdulillah, Harmoko adalah satu-satunya pejabat orde baru yang tidak hanya bisa dilihat di televisi saat mengumumkan harga bawang merah dan kol tanpa daun tapi lebih dari itu. Bisa saya temui langsung. #bangga :D
Tahun 1995 saat saya duduk di kelas 2 SMP, Harmoko datang ke Rengasdengklok dalam agenda Safari Ramadhan. Beliau datang sebagai menteri penerangan meski di lapangan lebih nampak seperti ketua (partai) Golkar.
Saat itu anak Pramuka dikerahkan untuk menjadi pagar betis. Berdiri di sepanjang jalan menuju lokasi acara. Bayangkan lagi berpuasa kita disuruh berdiri di pinggir jalan. Siang-siang gitu acaranya.
Saya masih ingat, di panggung itu Harmoko mengatakan pemerintah akan membangun monumen megah. Rancangannya sedang digambar oleh tim arsitek dari ITB.
Monumen itu akan menjadi kebanggaan warga Rengasdengklok dan Karawang. Akan menjadi destinasi wisata. Dilengkapi dengan museum, jalan tembus dan pusat oleh-oleh.
Sebelum acara safari Ramadhan itu, di tempat yang sama memang telah nampak banyak perubahan. Jalan tembus dari terminal (Alm) Rengasdengklok sudah ada meski belum diaspal.
Tahun-tahun berikutnya, Indonesia dirundung krisis ekonomi juga politik. Pembangunan monumen kebulatan tekad seperti yang disampaikan Harmoko tak sesuai harapan. Pembangunannya tersendat hingga belasan tahun.
Kini, monumen baru itu ada dan tegak berdiri. Namun kondisi monumen dan kondisi sekitarnya tak sesuai yang diharapkan dan dibayangkan dulu.
Hanya ada monumen dan pagar keliling. Sangat disayangkan banyak pula aksi vandalisme di lokasi.
Saya berpikir, Alhamdulillah nya monumen lama tidak dihilangkan meski ada yang baru. Berkunjung ke monumen yang lama itu lebih berkesan dan terasa aura perjuangan para pendahulu bangsa.
Jelang pemilu 2019, saya berharap kepada teman-teman dan para senior yang menjadi caleg PKS di Karawang bisa menjaga dan mengusulkan sesuatu saat duduk di DPRD maupun DPR RI nanti.
Asep Irawan Syafei
Karwita Suprianto Hks
Kang Desud Dedi Sudrajat
Nanda Suhanda
Mumun Maemunah
Mang Lukman N Iraz
Dkk
Agar tampilan Monumen Kebulatan Tekad Rengasdengklok jauh lebih baik dan lebih menarik di tahun-tahun mendatang.
Bekasi, 18 Desember 2018
Enjang Anwar Sanusi
0 Komentar