Kaum Munafik dan Sikap "Musuh dari Musuhku Adalah Teman"


Interaksi antara manusia rentan terselip pertengkaran. (Lihat QS Al A'raf: 24) Maklum lah, karena watak dan kemauan tiap individu berbeda. Namun, dari pertengkaran itu Allah swt menguji manusia.

"Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?" (QS Al-Furqon: 20)

Sehingga terlihat siapa yang berlebihan dalam perselisihan itu, yang menyebabkan ia terjerumus pada sifat nifaq. Seperti yang Rasulullah saw sabdakan tentang kriteria munafik: "... Dan apabila bertengkar, dia melampaui batas." (HR Bukhari & Muslim)

Salah satu sikap nifaq lain yang lahir akibat ketidakmampuan mengelola pertikaian tanpa melampaui batas adalah memberi loyalitas kepada musuh Islam. Sebagaimana yang terjadi pada kaum munafik di zaman Nabi, yang memberi kesetiaan kepada suku-suku Yahudi yang memusuhi Rasulullah saw.

Hal itu karena prinsip "enemy of my enemy is my friend", atau "musuh dari musuhku adalah teman". Ada barisan sakit hati yang kecewa karena idola mereka gagal menjadi pimpinan Madinah. Dalam ketidakpuasan itu, mereka bermanuver membuat kekacauan, yang salah satunya adalah menjalin hubungan dengan musuh Islam.

Perilaku mereka disitir di beberapa tempat dalam Al-Qur'an. Salah satunya adalah QS Al-Hasyr ayat 11.

"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab: "Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu." Dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta."

Ketika itu Munafikin di Madinah mengirim utusan dari kalangan mereka kepada Yahudi Bani Nadir untuk menjanjikan dukungan dan pertolongan. Padalah antara Bani Nadir dan umat muslim sedang terjadi ketegangan.

Allah menyebut Yahudi sebagai "saudara" bagi orang munafik karena persekongkolan yang mereka buat. Padahal - seperti yang diterangkan dalam QS Al Mujaadilah ayat 14 - orang Yahudi itu asalnya bukanlah dari golongan orang yang kemudian terjangkit penyakit nifaq tersebut.

"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui."

Namun karena adanya loyalitas membuat mereka "dipersaudarakan" oleh Allah swt. Maka musuh Allah bersaudara dengan musuh Allah. Satu sama lain saling menolong. (Lihat QS Al-Jaatsiyah: 19)

Camkan, orang munafik itu adalah orang yang tadinya beriman tetapi kemudian kafir. Ya, ada orang yang sudah mendapat hidayah, membersamai orang-orang sholeh, tetapi sebuah ujian melanda mereka dan mereka gagal. Hingga tercerabutlah hidayah di hati mereka.

"Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti." (QS Al Munaafiquun: 63)

"Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) itu berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi): "Kami akan mematuhi kamu dalam beberapa urusan", sedang Allah mengetahui rahasia mereka." (QS Muhammad 25-26).

Maka camkan pula, sekali pun kita bertengkar, buang jauh-jauh prinsip "enemy of my enemy is my friend". Karena kalau itu yang terjadi, khawatirnya lawan kita bertengkar itu rupanya menjadi musuh juga bagi orang kafir, orang munafik, atau orang fasiq.

Maka yang membersamai orang kafir, Allah persaudarakan dengan orang kafir. Begitu juga bagi yang membersamai orang munafik, fasik, zhalim, pengkhianat amanah rakyat, dsb.

Cukup kisah seperti Aru Palakka menjadi pelajaran bagi kita di Nusantara ketika ia meminta bantuan VOC untuk mengalahkan Sultan Hasanuddin. Atau cerita Sultan Haji yang bersekongkol dengan VOC melawan ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa. 

Sikap enemy of my enemy is my friend, bila dibawa dalam perselisihan antara kaum muslimin, maka berpotensi membuat musuh Allah mudah menghancurkan umat Islam. 

Bersikap adil lah meski dalam perselisihan!

Zico Alviandri

Posting Komentar

1 Komentar