PKS Ditinggalkan


Akhir-akhir ini marak berseliweran video pernyataan mundur dari sejumlah pengurus partai di berbagai daerah. Alasannya hampir sama, yaitu adanya perbedaan pendapat dalam tubuh partai. Tapi, okelah menurut saya kita hargai saja perbedaan pilihan yang di ambil oleh masing-masing pihak. Toh masalah hati kan Allah yang sepenuhnya berkuasa untuk memberi kecondongan pada pihak yang mana.

Namun di luar itu, saya lebih tertarik pada sejumlah hastag seperti #tinggalkanPKS, #GuremkanPKS, #TenggelamkanPKS, atau bahkan #BubarkanPKS. Ada juga yang berbentuk analisa-analisa para pakar bahwa suara PKS akan turun drastis di 2019 nanti. Bahwa kali ini PKS tidak akan dapat memenuhi ambang batas ET, sehingga tidak bisa ikut pemilu berikutnya.

Hmmm... Mungkin emang ada benarnya juga kali ya... Who knows? 
~~~~~~~~~~
Namun kalau boleh saya cerita tentang pengalaman pribadi terkait hal ini, karena saya cuma kader biasa yang cara pandangnya amat sempit, biasa-biasa saja dan mungkin kurang komprehensif. 

Setidaknya dalam pekan ini saya mendapatkan cerita "real story'" dari kawan-kawan saya.

**
Cerita pertama
Ketika saya menulis status beberapa hari yang lalu, ada seorang sahabat saya Bang Ali Sagara Lubis yg memberi komentar : 
"sayangnya FB (Facebook) ini udah diatur kita cuma bisa like satu kali. kalo bisa 1000 like, pasti ku bombardir status Abg...". Hahaha dalam hati saya, ini bg Ali lagi nyindir awak apa cemana? But it's okey lah saya husnudzan saja sama Bang Ali, karena selama kenal beliau pun hubungan pertemanan kami baik-baik saja.

Lalu saya balas :
"Abang gak perlu like atau komentar status awak. Cukup Abang ikut awak aja coblos PKS (Partai Keadilan Sejahtera) di 2019 nanti"

Lantas Bang Ali membalas lagi :
"Kalo itu aman Bang, kami sudah sejak lama kepincut dengan PKS. Sejak zaman masih PK (Partai Keadilan) dulu. Dan orang seperti kami di luar itu masih sangat banyak"

Byyaarrr, jujur hati saya bergetar membaca balasan itu. Subhanallah walillahilham

**
Cerita kedua
Esoknya saya berjumpa dengan akhuna Syaiful Ramadhan di kantor fraksi PKS. Beliau cerita  kemarin beliau (pakai jaket PKS) saat sedang mengendarai sepeda motornya, akh Syaiful ini dipepet orang tak dikenal. Sempat ada perasaan khawatir juga katanya.

Rupanya ketika sudah sama-sama berhenti, orang yang memepetnya itu bilang "Bang, gimana cara masuk PKS ini?". Lalu akh Syaiful minta no telp orang itu saja. Hihihi, padahal kondisinya lagi di jalan dan di klakson-klakson pengendara lain.

Rupanya orang tak dikenal tadi ingin masuk PKS, tapi karena gak tahu mau daftar di mana, ketika lihat akh Syaiful pakai jaket PKS, orang itu spontan mengejar dan memberhentikannya. Hanya untuk bertanya "bagaimana cara masuk PKS?"

Subhanallah walillahilham

**
Cerita ketiga 
Saya dapat cerita dari ustadz Ahmad Darwis, salah seorang caleg (Calon Anggota Legislatif) PKS untuk provinsi Sumut. Beliau bercerita semalam ketika habis shalat isya di sebuah mesjid kawasan Medan Johor, ustadz ini membagikan gantungan kunci APK (Alat Peraga Kampanye) miliknya sembari berjalan menuju ke parkiran.

Saat beliau menyodorkan gantungan kunci itu kepada seorang ibu jama'ah masjid, beliau ditolak mentah-mentah oleh ibu tadi "apa ini? Caleg ya? Gak usah.. gak usah..". Ustadz pun urung memberikan gantungan kunci tadi.

Namun baru beberapa langkah menuju ke mobilnya, ustadz dikejar dan dipanggil-panggil oleh ibu yang menolak tadi. "Bapak dari PKS ya? Sini...sini Pak. Aduuuhh maaf ya Pak.. saya kira bapak bukan dari PKS" kata si ibu tadi sambil menangkupkan kedua telapak tangannya dan agak menunduk-nundukkan kepalanya (gesture minta maaf yang dalam).

"Sini pak, gantungan kuncinya ada berapa, biar saya yang bagi-bagikan...."

Subhanallah walillahilham

**
Cerita keempat
Masih dari ustadz Ahmad Darwis, beliau cerita "Terus kan akh, ana sama istri kan habis makan sate. Ana mau bagikan lagi gantungan kunci itu (biasa... Kan ana ke mana-mana sudah siapkan gantungan kunci di mobil). Saat ana mau kasih ke pedagang satenya, istri ana bilang gak usah lah bi, Abang itu kayaknya salafi.. jadi dia gak akan milih kita nanti"

Ustadz berkata dalam hati "ah gapapa lah, bismillah coba aja dulu..." Lantas ustadz melangkah ke arah tukang sate tersebut sembari menyodorkan gantungan kunci tadi.

Rupanya reaksi Abang tukang sate ini di luar dugaan ustadz dan istrinya. Abang sate itu bicara dengan suara agak keras sedikit mengagetkan "Alhamdulillah.... Ini lah yang ditunggu-tunggu, PKS inilah harapan kita satu-satunya sekarang. InsyaAllah Pak saya akan pilih Bapak nanti"

Subhanallah... subhanallah....
Bibir ini tak henti-hentinya berucap tasbih dan tahmid saat mendengar satu persatu cerita itu. Air mata haru tak terasa menggenang dan meluncur hangat....

~~~~~~~~~~
Ikhwah fillah, keluarlah dari rumahmu dan sapalah masyarakat di mana pun engkau jumpai mereka.

Masih sangat banyak yang menantikan kehadiranmu untuk mendengar, menyampaikan, dan memperjuangkan segala keluh kesah mereka.

Jangan ragu untuk melangkah, karena mungkin ada keberkahan di setiap langkah itu

~~~~~~~~~~
Wasis Wiseso Pamungkas
Kader biasa

Posting Komentar

0 Komentar