Suara nasyid membahana di Aula Anging Mammiri, Hotel Dalton Makassar. Kader PKS telah menduduki semua kursi yang tersedia sebelum Habib Dr. Salim Segaf Aljufri, MA memasuki aula. Embusan hawa AC mengalah dan tak bisa mendinginkan suasana ruangan yang digegapgempitai nasyid PKS.
Tepat di depan pintu masuk beberapa peserta masih berdiri dan antre di tempat registrasi. Padahal dari 600 kursi yang disediakan panitia, beberapa orang telah memilih melantai di bagian belakang karena tidak mendapatkan kursi. Sisi kanan diisi peserta akhwat dan ikhwan di sisi kiri gedung, semua menggunakan pakaian dominasi putih sebagai dresscode acara sekaligus warna khas PKS.
Tiba-tiba nasyid berhenti, berganti suara takbir di seisi ruangan ketika Habib Dr. Salim Segaf Aljufri, MA dan Ustadz K.H. Aus Hidayat Nur (Kawilda Sulawesi Kalimantan), dan Ustadz Surya Darma, Lc. selaku Ketua DPW PKS Sulawesi Selatan, memasuki ruangan sambil menjabat tangan-tangan kader yang terulur untuk mereka.
Suara nasyid dan takbir lalu berganti dengan lantunan ayat suci al-Quran dari seorang kader. Suasana hening, kecuali suara anak-anak yang berlarian di dalam ruangan. Semua tenggelam dalam kesyahduan lantunan ayat-ayat suci. Suasana kembali menghangat saat hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya yang disusul dengan Mars PKS. Sangat tergambar wajah-wajah semangat semua yang hadir, seiring lirik, Maju terus tanpa kenal lelah, yang ada dalam Mars PKS.
“Kecintaan dan kesetiaan kepada qiyadah, dan itu bukan cinta buta. Kesetiaan atas kesadaran dan pemahaman. Kecintaan kepada qiyadah disertai dengan cinta kepada Pemilik Langit Dan Bumi,” ungkap Ketua DPW PKS`Sulsel dalam sambutannya.
Ustadz Surya Darma menggambarkan bagaimana perjuangan para kader Sulawesi Selatan bisa sampai ke Makassar demi bertemu dengan qiyadahnya. Dari jarak ratusan kilometer bahkan dari tempat yang terpisah laut, mereka tetap melangkahkan kaki untuk bersilaturahim dengan Ketua Majelis Syuro sekaligus sekaligus Wakil Ketua Persatuan Ulama Dunia (International Union Of Muslim Scholars).
“Kader dari DPD Kabupaten Selayar yang tadinya kehabisan tiket feri untuk menyeberang ke Makassar.
Bahkan beberapa kader yang kehabisan tiket feri harus bersabar dan mengundurkan diri, meski tetap ada yang bisa berangkat setelah berjuang untuk mencari tiket agar tetap bisa hadir mendengar taujih ustadz Habib.”
Semua terdiam kecuali jarum jam yang terus beranjak, Ustadz K.H. Aus Hidayat Nur ke atas panggung untuk memberikan arahannya. Arahan yang membakar semangat-semangat yang memang telah membara dibalik dada para kader yang memenuhi ruangan.
“Kita harus mempersiapkan kekuatan kita untuk memenangkan pemilu 2019. Shaf yang begitu kukuhnya bagaikan bangunan yang tersusun rapi. Perjuangan kita berjalan kencang lalu mengalami rintangan, itu sunnatullah. Jangan terlalu memikirkan rintangan, kita tetap konsentrasi untuk memperjuangkan kemenangan sambil membuktikan bahwa kita masih berjuang di jalan yang benar.”
Kalimat panjang ustadz Aus disambut dengan suara takbir yang menggema dari seluruh peserta. Ustadz yang menjadi Kawilda Sulawesi dan Kalimantan ini, berharap agar setiap kader dan simpatisan merasakan ibadah dalam dakwah politik ini.
Menurutnya, pertolongan Allah dekat pada orang-orang yang berjuang di jalan Allah. Pertolongan Allah itu unik. Jangan merasa sia-sia dengan apa yang telah kita perjuangkan. Tujuan kita menang penuh kesabaran, agar kita akan mensyukurinya tapi jika dengan kecurangan, kita akan mengkufuri kemenangan itu.
Setiap diksi dalam taujih Ustadz Aus Nur Hidayat, tercatat rapi dalam pikiran peserta. Itu tergambar dari tatapan seisi ruangan yang seolah tanpa kedip karena konsentrasi penuh, hingga dia menutupnya dengan salam lalu mempersilakan Habib Dr. Salim Segaf Aljufri untuk naik ke panggung memberikan taujihnya.
Kurang lebih seratus peserta yang tidak mendapat kursi, dipersilakan oleh MC untuk mengambil posisi duduk lesehan di bagian depan. Kerinduan pada qiyadah tergambar jelas dari tatapan mereka yang langsung memilih duduk melantai di bagian depan panggung.
“Siap memenangkan PKS 2019?” Teriakan Habib Salim Segaf Aljufri disambut dengan teriakan, “Siap, Allahu akbar!”
Dalam taujihnya, Habib Salim Segaf Aljufri menjelaskan bahwa kemenangan, kekalahan, bukan diatur oleh manusia. Allah yang menggilirkan semua itu. Tantangan dari dalam dan luar adalah sunnatulahh. Tantangan bukan suatu yang aneh dan membuat kita putus asa tapi membuat kita semakin solid dan kukuh. Kita buktikan bahwa kita sanggup. Kekuatan yang luar biasa adalah keikhlasan.
Keikhlasan jauh lebih kuat dibandingkan dengan kekuatan gunung, besi, api, air, dan angin. Dan, kader PKS memiliki keikhlasan itu. Kader PKS memiliki kekuatan yang melebihi kekuatan gunung, besi, api, air, dan angin.
Lampu ruangan dimatikan di tengah taujih KMS tentang keihlasan. Seluruh yang hadir dimintakan untuk menyalakan lampu ponsel.
“Antum memiliki cahaya yang lebih dari cahaya ini. Antum punya kekuatan jauh lebih dari ini. Kecintaan di anatara kita, keikhlasan, dan ukhuwah. Masyarakat menantikan cahaya. Secercah cahaya kecil sangat berarti di antara gelap malam.”
Lalu nasyid Izzatul Islam yang berkisah tentang Sang Murobbi, mengalun pelan.
“Inilah nasyid-nasyid yang mengiringi awal perjuangan kita. Bagaimana keikhlasan itu selalu meraja di hati kita, bagaimana ukhuwah itu dijaga.”
.....
Terik matahari tak surutkan langkahmu
Deru hujan badai
Tak lunturkan azzammu
....
Habib Salim tetap melanjutkan taujih namun lebih yang bernuansa doa.
"Ikhwah sekalian, kita berdoa kepada Allah subhana wataala. Semoga Allah menyatukan hati ini, memberikan kita kekuatan dan penerangan dan terus menjaga kita, menjadikan kita hamba-hamba yang ikhlas...!"
Terdengar isak di antara doa. Di tengah cahaya lampu ponsel, ada tangan yang mengusap air mata. Ada hati yang merintih mengaminkan doa-doa yang melantun di jelang Ashar. Lalu, doa rabithah hadir menjadi penutup.
Ya, Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepadamu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru di jalan-Mu.....
....
Raga kan terluka
Tak jerikan nyalamu
Fatamorgana dunia
Tak silaukan pandangmu
....
Lampu ruangan dinyalakan kembali. Nasyid Sang Murobbi telah berakhir. Semua mata sembab, terbangun dari doa yang akan terus dilanjutkan dalam doa shalat Ashar setiap peserta. Hari ini, Sabtu 15 Desember, ratusan doa dari kader PKS Sulawesi Selatan terbang ke langit, dan semoga menembus arsy-Nya, lalu mencatatkan kemenangan di lauh mahfuz. Aamiin!
Ditulis oleh:
Ambo’ Mahfudz
Relawan Literasi Sulawesi Selatan
0 Komentar