Jadi PKS Itu Berat

Alexander (berjas coklat) bersama istri saat pelantikan menjadi anggota DPRD Manokwari Selatan, Papua Barat periode 2014-2019


Malam itu, sebuah hotel di Jalan Magelang terlihat riuh daripada biasanya. Bukan karena ada pesta valentine, perayaan imlek atau musisi terkenal tampil di sana. Dilihat dari bendera dan beberapa spanduk yang ada di halaman, hotel ini menjadi tempat acara pertemuan anggota dewan PKS se-Indonesia. Nampak di lobi hotel, anggota legislatif PKS sedang antri melakukan registrasi.

Saya kebetulan datang ke hotel tersebut, mengantar teman untuk sebuah keperluan di hotel yang bersebelahan dengan mal itu. Saya memilih menunggu di kursi lobi sambil memainkan gawai. Lalu datang sosok tinggi besar dengan wajah dan kulit khas Papua,  duduk di sebelah saya.

Oh, anggota dewan PKS ada yang asli Papua. Saya pun kenalan dan iseng tanya-tanya dengan logat yang disok-sokkan khas masyarakat Indonesia Timur.

"Tiba di Jogja jam berapa Bapak?"

"Baru saja tiba. Diputar-diputar dulu. Ke Makassar, Surabaya, Jakarta, baru tiba di Jogja."

"Loh, kok tidak ambil penerbangan direct saja? Papua, Jakarta, baru Jogja?"

"Saya ditinggal teman-teman yang lain, masih ada keperluan. Dapatnya cuma itu."

"Kalau boleh tahu, bapak ini anggota dewan PKS provinsi atau kabupaten?"

"Saya anggota DPRD dari kabupaten di Papua Barat..."

Belum sempat saya menanggapi, bapak ini sudah melanjutkan obrolan yang mengarah ke curhat.

"Jadi PKS itu berat..." ujar beliau dan saya langsung teringat Dilan dan meme yang bertebaran di media sosial.

"Sejak masuk PKS saya dimusuhi banyak orang. Tetangga, sahabat, keluarga banyak yang menentang."

"Kok bisa Bapak?" Sebuah pertanyaan standar bagi orang yang biasa jadi tempat curhat.

"Banyak yang tidak suka dengan PKS. Tapi terus saya jelaskan pelan-pelan. Sedikit-sedikit mereka mau mengerti."

"Bapak sudah jadi anggota dewan berapa periode?"

"Ini periode pertama. Tapi jadi caleg PKS sudah tiga kali."

"Wah, berarti perjuangannya panjang banget ya Bapak?"

"Iya, saya PKS sendiri di DPRD. Target saya di Pemilu nanti saya bisa ajak teman-teman jadi anggota dewan PKS."

"Iya, Pak. Sendirian itu memang gak enak..." Kok ganti saya yang curhat.

"Saya sudah cinta dengan PKS. Saya akan terus berjuang. Kalaupun PKS ini sudah tidak ada, saya tidak mau maju dari partai lain. Lebih baik saya berhenti." Perlahan ingin meneteskan airmata tapi kok gak menetes. Eh, ini bukan cerita sedih ding.

"Luar biasa ya Pak. Tiga tahun jadi caleg, alhamdulillah yang terakhir jadi. Perjuangannya juga luar biasa."

Siapakah anggota dewan tersebut?

Dia Alexander Wenand Ainusi, anggota DPRD Kabupaten Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat yang merupakan satu-satunya perwakilan PKS di kursi parlemen.

Yudha Yuliardi

Posting Komentar

0 Komentar