Menanam Harapan di Telaga Kodok: Langkah Nyata Menuju Kedaulatan Pangan



Catatan Harian

Saadiah Uluputty, ST


Telaga Kodok, 15 Oktober 2025


Pagi itu, udara di Telaga Kodok terasa sejuk dengan hamparan hijau yang menenangkan mata. Saya berkesempatan hadir di tengah-tengah para petani untuk melakukan tanam perdana jagung manis sekaligus menyerahkan satu unit alat mesin pertanian (jonder) kepada kelompok tani di Telaga Kodok. Alat ini sangat berarti bagi petani—ia bukan sekadar mesin, melainkan simbol harapan dan kemudahan dalam bekerja.


Saya sempat bertanya kepada para petani, “Selama ini, kalau membuka lahan tanpa alat seperti ini, berapa lama persiapannya?”

Mereka menjawab serentak, “Satu bulan, Ibu.”

“Lalu, kalau ada alat ini?”

“Cuma satu minggu, Ibu!” 


Saya tersenyum. Artinya, alat ini mampu menghemat waktu hingga tiga minggu. Tiga minggu yang dapat dimanfaatkan petani untuk kegiatan lain yang lebih produktif. Alat ini tidak hanya mempersingkat waktu, tetapi juga mengurangi tenaga dan biaya. Alhamdulillah, saya bersyukur.


Ini adalah bagian dari aspirasi masyarakat Maluku yang telah saya perjuangkan sejak masih menjabat di Komisi IV DPR RI, yaitu memastikan petani memiliki akses terhadap alat pertanian modern. Kini, sebagian aspirasi itu mulai terwujud, salah satunya di Telaga Kodok, yang dikenal sebagai sentra jagung dan hortikultura.


Telaga Kodok memiliki potensi luar biasa. Letaknya yang dekat dengan pasar di Ambon memungkinkan rantai pasok jagung segar berjalan efisien, menjaga stabilitas harga di pasaran. Inilah wujud nyata kedaulatan pangan dari desa: ketika petani berdaya, ketahanan pangan terjaga.


Saya selalu percaya bahwa petani adalah pahlawan sejati. Dari tangan mereka, pangan tersedia di meja makan, harga tetap terjangkau, dan kelaparan dapat dicegah. Petani yang semangat menanam adalah penjaga kehidupan, penyangga ekonomi bangsa, dan penggerak swasembada pangan yang sesungguhnya.Kepala dusun, dengan hati penuh sukacita, menyampaikan dalam sambutannya,

“Beta seng mau bicara panjang lebar, Ibu. Beta cuma mau bilang terima kasih banyak. Ibu sudah datang, sudah bantu katong, sudah kasih jonder untuk masyarakat Telaga Kodok. Jonder ini bukan untuk pribadi, tapi untuk semua petani di sini. Katong akan jaga baik-baik.”


Kata-kata sederhana itu sarat makna. Di balik ucapan syukur itu tersimpan semangat gotong royong dan rasa kepemilikan yang kuat. Itulah wajah sejati masyarakat Maluku: hangat, tulus, dan berjuang bersama.


Siang itu, kami meninggalkan lahan dengan hati penuh syukur. Para petani masih berdiri, tersenyum, dan melambaikan tangan. Dalam hati, saya kembali teringat satu hal penting: air adalah kehidupan, dan petani adalah penjaga kehidupan itu sendiri.


#SaadiahUluputty #KomisiIV #DPRRI #PetaniMaluku #TelagaKodok #KedaulatanPangan #AlsintanUntukPetani #JagungManis #MalukuBertani #BerjuangUntukMaluku

Posting Komentar

0 Komentar