Dalam hiruk-pikuk politik nasional, setiap partai mengusung visi dan misi yang dirangkum dalam metafora perjuangan. Di ujung timur Indonesia, tepatnya di Maluku, DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memperkenalkan jargon politik terbarunya, yaitu Lima Rumah Perjuangan PKS.
Namun, ini bukan sekadar penyampaian visi dari pusat. Pertemuan kader se-Maluku yang dihadiri langsung oleh Presiden PKS, Almuzzammil Yusuf, menjadi panggung akulturasi ide. Lima rumah ini—mulai dari ranah privat hingga global—ternyata menemukan “kembarannya” dalam kearifan lokal Maluku, mencerminkan bahwa perjuangan politik sejati harus berakar pada budaya masyarakat.
Di hadapan ribuan kader, Ambon (3/10/2025), Almuzzammil Yusuf menjabarkan lima fondasi yang menjadi tiang penyangga setiap kader. Konsep ini menempatkan keberhasilan individu sebagai titik tolak keberhasilan kolektif, sebuah penekanan yang berawal dari lingkup terdekat dan meluas hingga horizon kemanusiaan.
Apa saja Lima Rumah Perjuangan PKS? Mari kita telaah satu per satu.
Rumah Pribadi (Keluarga)
Aspek ini menekankan bahwa keberhasilan dakwah dan perjuangan bersumber dari keberhasilan rumah tangga. Targetnya adalah mewujudkan baiti jannati (rumahku surgaku). Ini adalah benteng pertama yang harus dikokohkan.
Rumah Ibadah
Kader PKS tidak hanya diminta membangun masjid, tetapi juga memakmurkannya. Di sini, ibadah dan pengabdian sosial harus berjalan seiring, tanpa cerita seorang kader yang militan di luar tetapi absen di tempat ibadah.
Rumah PKS
Ini adalah wadah perjuangan politik. Berbekal keberhasilan di rumah tangga dan rumah ibadah, kader berkumpul di sini untuk membentuk ikatan jamaah, struktur yang solid, dan amal jama’i (kerja kolektif) guna mencapai tujuan politik.
Rumah Kebangsaan
Sebagai bagian integral bangsa, kader PKS dituntut menjadi warga negara terbaik, yang beriman, bertakwa, dan memiliki semangat mencerdaskan untuk kemajuan Indonesia.
Rumah Kemanusiaan
Ini adalah puncak visi PKS sebagai partai rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Pada tingkat ini, perjuangan melampaui batas negara dengan menentang penjajahan, mengupayakan perdamaian dunia, dan membawa rahmat bagi alam semesta.
PKS dan Semangat Baileo Maluku
Menanggapi konsep lima rumah ini, Ketua DPW PKS Maluku, Fachri Alkatiri, melihat resonansi kuat dengan kearifan lokal Maluku. Ia menyambutnya dengan gembira, menegaskan bahwa semangat yang dicanangkan DPP PKS bukanlah hal baru bagi masyarakat Maluku.Menurut Bupati Seram Bagian Timur ini, secara sadar atau tidak, gagasan yang dicanangkan DPP PKS telah lama hadir di tanah Maluku sejak zaman nenek moyang, yakni dalam simbol Baileo sebagai rumah adat Maluku.Baileo, rumah adat Maluku, adalah balai pertemuan yang dibangun tanpa dinding. Bangunan ini tidak berfungsi sebagai rumah tinggal, melainkan sebagai pusat kegiatan adat dan musyawarah. Baileo melambangkan keterbukaan, semangat kebersamaan, dan ketegasan dalam pengambilan keputusan—nilai-nilai yang tersemat dalam desain arsitekturnya yang lapang dan tanpa sekat.
Keterbukaan Baileo merefleksikan transparansi dan persaudaraan, sejalan dengan visi PKS di Rumah Kebangsaan dan Rumah Kemanusiaan. Sementara itu, fungsi Baileo sebagai tempat musyawarah untuk menghasilkan keputusan yang solid selaras dengan pembentukan ikatan jamaah dan struktur yang militan di Rumah PKS.
Dengan merangkul akar budaya lokal, konsep Lima Rumah Perjuangan PKS di Maluku menjadi lebih dari sekadar slogan politik. Konsep ini bertransformasi menjadi cita-cita yang memiliki landasan kultural yang kokoh. Pemaknaan ini merupakan upaya menyatukan visi global dan nasional PKS dengan semangat persatuan (siwalima), keterbukaan (tabea), dan gotong royong (masohi) yang telah lama diwariskan dalam tiang-tiang kokoh Baileo.
Konsep ini menjadi penanda bahwa perjuangan partai di Maluku akan berdiri di atas dua fondasi kuat: disiplin baiti jannati dari kader dan kearifan lokal yang terwakili dalam filosofi Baileo.
Oleh: Relawan Literasi PKS Maluku
0 Komentar