Kekuatan Tim Humas PKS pada Rantai Paling Lemah

 

Sebagian peserta konsolidasi humas PKS se-DIY. Foto mas Isna.

Oleh: Yosi Prastiwi


Ada kalimat dari Isna-koordinator Komunitas PKS Foto Yogyakarta, yang membuat saya perlu angkat topi pada teman-teman bidang Humas Dewan Pengurus Cabang (DPC) PKS. 


Di sela penjelasannya tentang standar operasional prosedur pengambilan foto pada kegiatan PKS, Isna tiba-tiba berkata, 


"Kalo pengurus humas di DPW ada lima komunitas. Ada yang tugasnya foto, ada yang bikin konten, ada yang nulis dan seterusnya."


"Lha, coba di DPC? Satu orang harus bisa semua. Ya foto, bikin konten, posting. Di-share sendiri, komen sendiri, like sendiri." 


Beberapa kepala kulihat manggut-manggut bersepakat. Yang lain menertawakan kondisi ini. 


"Tepuk tangan untuk semua teman-teman humas," Isna mengajak seluruh peserta memberikan aplause pada diri mereka sendiri. Itu tepuk tangan termeriah yang kudengar sepanjang acara. 


Heiii kamu, terimakasih tlah menjadi hebat.

Heiii kamu, terimakasih tlah menjadi kuat. 


Aku jadi inget lagu Aviwkila. Syairnya cocok jadi backsound penyemangat sore itu. Alih-alih pamer kalau bidang humas DPW PKS DIY mengelola lima komunitas, aku merasa berhutang pada mereka yang nyempetke hadir di acara konsolidasi bidang humas PKS se-DIY kemarin Sabtu, 15 Oktober, di aula balai Gambiran. 


Emang bener sih kalau belum semua personil humas siap mengelola akun media sosial DPC. Bukan hanya soal usia yang bikin gagap medsos. Tapi juga kesibukan rutin yang dijalani teman-teman humas DPC. 

Peserta putra konsolidasi humas PKS se-DIY 


Sebagian mereka adalah kepala rumah tangga yang punya pekerjaan menyita waktu. Bisa ikut dan posting agenda partai di akhir pekan patut diapresiasi. 


Sebagian lain istri yang memiliki kesibukan berkarier di luar dan mengelola rumah tangga. Masih diminta waktu dan tenaganya memikirkan postingan terkait umat, dakwah dan partai. Tidak mudah sekalipun mereka golongan multitasking


Sebagian kecil lain yang kulihat para pemuda fresh graduate lantas diminta handle akun medsos DPC tanpa fafifu kata pengantar.


Atau ada juga para lajang yang dituduh kebanyakan jalan-jalan sampai medsos DPCnya terlantar. 

Sebagian peserta putri


Dan, ada juga peserta yang punya sumber daya. Waktu, tenaga, pikiran tapi enggak tahu mau update dan posting  apa di akun media sosial DPC yang mereka kelola. 


Kondisi para teman-teman humas yang tidak merata ini mengingatkanku pada nasehat seorang kawan dua belas tahun silam. 


"Sekalipun sebuah tim ingin mengukur kekuatannya dari orang-orang terbaiknya, namun sesungguhnya kekuatan sebuah tim terletak pada rantai terlemah." 


Iya, di PKS level provinsi ada beragam komunitas. Mulai dari PKS Art, relawan digital, relawan literasi, PKS Foto dan PKS TV. Orangnya memang tidak banyak. Kerjanya juga sering sendirian. Namanya juga relawan. Kerja passion


Namun beban terberat mata rantai humas ada di humas DPC. Bayanginlah, lima komunitas itu ada pada satu dua orang pengurus humas DPC. Apa enggak sakti tuh. 


Menjadikan DPC sebagai pusat kegiatan partai memang ideal. Citra PKS belum merakyat sekalipun PKS hadir membela rakyat dari kebijakan pemerintah yang serampangan. Komponen struktur partai terdekat adalah DPC (pada sebagian wilayah bahkan DPRa). Namun langkah ini perlu didukung oleh  akselerasi pada bidang humas ke depan. Entah peningkatan skill personal atau apresiasi kerja yang manusiawi. 


Sebab, kita sedang minta bantuan pada mereka. Ajakan bekerja sama dalam kebaikan. Bukan mempekerjakan kuli. 


Hei kamu, terimakasih ya 🙌🏻


Posting Komentar

0 Komentar