"Leiden is Lijden!"



"Leiden is Lijden!"

Kalimat ini sering saya dengar dari sahabat saya, Ketua DPP PKS Bidang Kepemudaan dr. Gamal Albinsaid,  Kalimat yang berasal dari pepatah lama Belanda yang dipopulerkan oleh Mohammad Roem ini berarti “Pemimpin adalah menderita.”


Bagi saya kalimat sederhana ini sangat memotivasi kerja. Bagaimana tidak? Kerja-kerja di lapangan terkadang menuntut adanya penderitaan.


Pekan ini saya dijadwalkan mengunjungi kota Jambi. Rencana saya rupanya diketahui oleh sahabat saya, Ir. H. Ami Taher, yang saat ini dipercaya oleh masyarakatnya untuk menjadi Wakil Bupati Kerinci. Ia meminta saya untuk mampir ke Kerinci.


Saya membayangkan perjalanan yang lama (sekitar sepuluh jam) yang harus ditempuh lewat darat, karena di masa pandemi Covid-19 ini, penerbangan menuju Kerinci dihentikan. Sebagian teman saya menyarankan agar mempertimbangkan untuk pergi ke Kerinci karena sangat melelahkan.


Namun saya sudah berjanji untuk hadir dan bertekad untuk tetap menuju Kerinci. Akhirnya, pada Sabtu (30/10) sekitar jam 16.30 saya dan rombongan bertolak dari Kota Jambi menggunakan mobil. Di dalam kota sore hari itu terjadi kemacetan. Baru saja ke luar dari kota Jambi, banyak mobil truk angkutan Batubara mengular sedemikian panjang.


Hujan yang mengguyur tak menghalangi kami menghentikan perjalanan, kendaraan rombongan terus dipacu, sampai waktu maghrib tiba di Kota Batanghari untuk menunaikan sholat maghrib dan makan malam.


Semua agak terhibur karena bertemu dengan menu yang sesuai; nasi, sayur asam, pepes ikan, goreng ikan asin, pindang ikan, sambal dan lalapan. Semua rombongan lahap menyantap makanan yang disajikan.


Lebih terhibur lagi, saat sisa- sisa makanan dimasukkan ke dalam kolam ikan langsung disambut oleh mulut-mulut ikan patin yang besar-besar. Perkiraan saya seekor sekitar lima kilogram. Kawanan ikan patin langsung bergerombol berebut makanan yang ditumpahkan ke kolam.


Setelah cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan. Di perjalanan tak dapat tidur nyenyak karena selain banyak kelokan, juga sebagian jalan mengalami kerusakan.

Pada saat tengah malam, sampai di Muarahemat, kendaraan terhenti, tak bergerak sama sekali. Saya coba menengok ke kiri sebagian tanah bahu jalan  dan aspal jalanan tergerus longsor. Sementara jalan di depan tertutup tanah longsor dari bukit sebelah kanan jalan.

Belum ada alat berat yang datang, hanya cangkul yang digunakan oleh dua orang pekerja di sekitar lokasi. Setelah gundukan tanah dipinggirkan dengan susah payah dan mobil dicoba berkali-kali untuk melaluinya, akhir  berhasil lolos dari jebakan longsor, walaupun sebagian chasis dan badan mobil bagian bawah menggesrek tanah dan bebatuan.


Mobil kembali dipacu menuju Kerinci dalam kondisi yang masih  diguyur hujan. Akhirnya pada jam 04.00 kami tiba di hotel di Kota Sungai Penuh.


Saya sangat bersyukur bisa sampai dengan selamat di Kota Sungaipenuh Kerinci. Meskipun penat dan sebagian badan mengalami pegal karena guncangan di perjalanan, namun saya sangat bahagia bisa silaturahim dengan kader dan saudara di Kerinci. Saat-saat seperti inilah kalimat yang sering diucapkan Dokter Gamal menjadi motivasi yang sangat efektif, LEIDEN IS LIJDEN, memimpin adalah menderita….


Terima kasih Dokter atas motivasinya. 


Ahmad Syaikhu 

Posting Komentar

0 Komentar