Oleh: Heni Nurmaini
Dinamika kehidupan selalu menjadi pembuka pembicaraan, dan bagian utama yang berada dalam pikiran kita. Lebih dari sebagian pikiran kita dipengaruhi oleh cerita tentang lika liku keluarga, sebab keluarga adalah fungsi interaksional, situasional, sosial, dan psikologis antara individu-individu yang terlibat didalamnya, yang terikat oleh pernikahan atau hubungan darah.
Dengan pengertian diatas, menjadi mudah
buat kita untuk bercermin bagaimana dengan keadaan keluarga kita?
Keluarga yang didalamya ingin terjadi
interaksi yang harmonis paling tidak membangun saling mengerti tentang kebutuhan
emosional, antara lain seperti yang
digambarkan Harley dan Chalmers, kebutuhan akan pujian, kebutuhan kasih sayang,
kebutuhan berkomunikasi, kebutuhan dukungan keluarga, kebutuhan tekad
kebersamaan keluarga, dukungan keuangan, kejujuran dan keterbukaan, penampilan
fisik, serta kebersamaan (Satiadarma,2001).
Adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi
(unmet needs) dapat menimbulkan kerentanan pada diri seseorang untuk berkhianat.
Terpenuhinya kecukupan kebutuhan emosional
dalam berinteraksi didalam keluarga merupakan modal mengokohkan ketahanan
keluarga.
Pentingnya upaya upaya mengokohkan
ketahanan keluarga, mencegah tingginya permasalahan-permasalahan yang muncul
dimasyarakat. Beberapa data dari berbagai sumber dan berasal dari pemberitaan media, menunjukkan bervariasinya
tingkat kejahatan. Hampir setiap minggu didapati pemberitaan pemerkosaan, kekerasan
seksual, kekerasan rumah tangga, perceraian, dan ancaman kemanusiaan semakin tinggi.
Keseriusan mencari upaya upaya yang
strategis untuk mengatasi varian masalah keluarga adalah upaya segenap elemen
masyarakat tanpa terkecuali. Bagaimana upaya pembangunan suatu bangsa dapat
mempertimbangkan pembangunan kekokohan keluarga. Menjadi perhatian bagi
pemerintah, keluarga, masyarakat dan dunia usaha berkolaborasi mencari hingga mendapatkan pola kerjasama
dalam rangka pembangunan ketahanan keluarga. Hingga masalah suatu keluarga
bukan masalah internal tetapi menjadi perhatian bersama.
Kerapuhan kerapuhan dalam keluarga terjadi
dalam berbagai sebab diantaranya nilai nilai agama yang kering dalam tatanan
keluarga, pembiasaan menjalankan ibadah mungkin hanya sebatas penunaian ritual
ritual tanpa memahami makna dari beragama, yaitu mencegah manusia dari perbuatan keji dan
mungkar.
Kerapuhan dalam memperhatikan kesehatan fisik,
pola hidup yang buruk, terbiasa mengkonsumsi makanan yang jauh dari nilai gizi
Kerapuhan dalam menanggung beban disebabkan karena mental yang lemah. Tidak siap
menghadapi tantangan kehidupan yang ditemui, disebabkan terbiasa dengan segala
sesuatu yang instan
Kerapuhan ekonomi juga jadi topik terkuat penyebab
kerapuhan ketahanan keluarga, tuntutan
kebutuhan hidup yang semakin tinggi, dengan keterbatasan skill, dan dunia kerja
yang sempit, semua berebut untuk mendapatkan peluang kerja, hingga akhirnya
sampai tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar keluarga.
Kerapuhan dalam ketahanan keluarga dapat
juga disebabkan lingkungan sosial yang buruk, lingkungan yang kering unsur
keteladanan, dimana ruang untuk memperoleh tempat yang aman bagi anak dan
keluarga sudah sulit untuk ditemui, maka akan terbangun perasaan stress dan
tekanan tekanan hidup.
Dari berbagai paparan diatas, sungguh
dibutuhkan kerja yang bergelombang, masif dengan frekuensi yang seirama dan
tempo secepat cepatnya. Jika melihat kenyataan bahwa keadaan keluarga Indonesia
berdasarkan data yang ada, maka cukup perlu ada antisipasi guna menghadapi terjadinya gelombang
atau ledakan kerapuhan dalam keluarga yang akan menjadi potret buram bagi
bangsa ini.
Layanan konsultasi rumah tangga, adanya
kampanye dengan isu ketahanan keluarga, penyuluhan gizi, taman ramah keluarga,
program program yang melibatkan anggota keluarga, persiapan menjadi orang tua
yang difasilitasi secara sungguh-sungguh oleh pemerintah bersama peran masyarakat. Juga adanya
evaluasi bagi dunia usaha agar
tidak menyebabkan atau memperburuk mental anak.
Menyemarakkan kembali geliat rumah peribadatan dengan komunitas remaja masjid, TPA dan peribadatan bagi kelompok agama lain. Jika pembangunan ketahanan keluarga diatur dengan implementasi yang lebih jelas, kita optimis dapat membuat keluarga sebagai basis ketahanan Negara.
Penulis adalah Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga DPW PKS Lampung
0 Komentar