Covid-19 dan Kenapa Kita Harus Menjaga Hubungan Baik dengan Tetangga?



Bagaimana rasanya divonis positif Covid-19?

 

langsung saya jawab, “benar-benar remeg rasanya, sakitnya tuh seperti habis digebukin orang sekampung!

 

Padahal saya jauh-jauh hari sebelum terpapar covid-19, sudah mempersiapkan diri jika suatu saat akan kena, maklum saya termasuk resiko tinggi akan tertular. Hal ini karena suami saya hampir setiap week end selalu melakukan perjalanan dari kota tempat beliau berdinas sekarang ini menuju ke rumah di Jakarta. Dalam perjalanan ini harus menyeberang dengan menggunakan kapal ferri, dimana setiap penumpang yang menggunakan kendaraan pribadi atau umum biasanya diharuskan keluar dari kendaraannya, karena setiap kendaraan yang sudah naik kapal wajib mematikan mesinnya.

 

Persiapan yang sudah saya lakukan adalah menjamin ketersediaan vitamin C, Cavit D3, Becom-Zet, Paracetamol, Obat batuk, Madu, Anti virus, Habbacov/ Qut al Hindi, Minyak kayu putih hingga tabung oksigen.

 

Awal cerita dimulai dari kepulangan suami yang lebih cepat dari jadwal biasanya, karena memang  di pekan kedua bulan Maret 2021 itu ada libur nasional pada hari Kamis yang bertepatan dengan hari Isra Mi’raj. Cuuzzz lah suami dan teman- temannya, hari  Rabu (10/3/2021) sepulang dari kantor menuju Jakarta, padahal hari itu adalah H+7 suami saya vaksin suntikan pertama.

Singkat cerita sekitar pukul 22:30 suami sudah sampai rumah dan langsung mandi.  Seperti biasa suami paling tidak bisa lihat hari libur tanpa diisi dengan liburan. Mulailah mengajak kesana kesini.

 

Lalu, hari Sabtu (13/3/2021) sudah mulai terlihat suami kurang sehat, tubuhnya demam dan batuk.

Hari Ahadnya suami ngajak memenuhi undangan kakak yang merayakan ulang tahun anaknya, di perjalanan pulang dari rumah kakak saya mampir apotik dan memborong berbagai obat untuk dibawa suami balik ke Sumatera. Sampai rumah saya kemas semua kebutuhan yang akan dibawa suami.

Sore itu suami berangkat dalam kondisi yang masih belum sehat, tapi tetap saja memaksakan diri untuk kembali.

 

Hari Senin pagi adalah jadwal rutin suami tes Rapid Antigen, ternyata hasilnya seperti yang sudah saya duga. Ia reaktif!

Akhirnya suami minta di PCR, sambil berkirim pesan whatsapp apa saja yang harus dilakukan untuk bersiap isolasi mandiri.  

Malam sekitar jam 20:00 WIB, suami mengabarkan hasilnya positif Covid 19,  langsung saya minta beliau isolasi ke RS, dengan demikian saya juga akan merasa lebih tenang, setidaknya kesehatan beliau, perawatan akan lebih terkontrol. Tentu saja saya terus menyemangatinya, berhusnudzon sama Allah. Mudah-mudahan ini bisa jadi penghapus dosa-dosa kita.

 

Kontak Tetangga

Mendapat kabar bahwa  suami hasil PCR-nya positif Covid 19, saya langsung kontak dengan Tim Satgas Covid 19 komplek perumahan tempat kami tinggal di Jatikarya Jatisampurna Kota Bekasi. Besoknya saya sudah mendapatkan konfirmasi kontak dengan petugas puskesmas, kemudian saya menginfokan bahwa ada empat orang yang harus dites PCR karena kontak langsung dan saya kirimkan foto data yang diminta.

Rabu siang, kami dites PCR dan seluruh rumah disemprot desinfektan, ada lima petugas dengan baju APD lengkap yang turun dari ambulan yang berhenti di depan rumah kami. Dengan sigap mereka melakukan tugasnya. Sebuah reson yang cukup cepat, Alhamdulillah.

 

Dan hari Jum'at siang kami sudah mendapatkan hasil PCR kami yang ternyata saya positif covid (iyalah teman sekamar) dan anak- anak semua negatif.

 

Alhamdulillah 'ala kulli hal, semuanya kami terima dengan ikhlas dan sabar. Bersiaplah kami isolasi mandiri, di dalam rumah semua wajib pake masker, dan saya banyak di kamar saja. Semua menempati kamar sendiri- sendiri.

 

Alhamdulillah saya bersyukur memiliki tetangga rasa saudara, begitu Tim Satgas mengumumkan kami harus isolasi mandiri, ibu-ibu tetangga rumah pun memberikan banyak do'a, perhatian dan bantuannya. Mereka ada yang memberikan vitamin, madu, kurma, segala macam buah-buahan yang cukup untuk satu pekan ke depan, juga mereka sudah memesankan catering untuk kami selama 1 pekan juga. Mereka meminta saya fokus untuk pemulihan, Masyaa Allah.

 

Terkena Covid 19 di usia yang tak lagi muda (lolita alias lolos lima puluh tahun) memang butuh keikhlasan dan kesabaran, karena rasa sakitnya benar-benar sakit, pernah saya rasakan selama dua hari pangkal paha sampai lutut sebelah kiri sakit luar biasa, sudah saya balur dengan minyak kayu putih tetap tidak mereda, Alhamdulillah saat itu belum batuk jadi obatnya harus dibuat dzikir hingga tertidur. Saat batuk sudah mulai muncul ada kalanya saat batuk rasanya seperti ditusuk dari kiri dan kanan. Subhanallah.

 

Yaa Allah semoga Engkau hapuskan salah dan dosa hamba...Aamiiin

 

Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya, (HR. Muslim no. 2573)

 

Alhamdulillah saya bersyukur dengan semuanya. Terakhir saya sampaikan, bahwa berdasar pengalaman saya obat covid adalah ikhlas, sabar, terpenuhi kebutuhan vitamin, makan enak, tidur nyenyak, kontrol emosi (bahagia selalu yaa) dan tentu saja menjaga hubungan baik dengan tetangga.

 

Semoga kita kedepannya diberikan kesehatan, kebahagiaan dan keberkahan. Aamiiin yaa Rabbal 'alamin


Umi Salamah

Bekasi 

Posting Komentar

0 Komentar