Catatan Merbabu dan Hari Bumi



Desember 2018 lalu kujejakkan kaki di megahnya Merbabu. Keindahannya memesonaku seketika. Deretan gunung memanjang mengelilingi, kokoh dan membuai mata. Tatapan takjub tak bergeming memandangnya, hati bergemuruh menandakan sukacita, sebuah kepuasan batin yang tak akan pernah tergantikan dalam setiap masanya.

 

Bumiku indah sekali, karya Sang Maha Pencipta dan Maha Agung, siapapun akan tunduk dan pasrah dihadapanNya. Tiga tahun sudah kulalui kenangan pendakian itu, walau masih membekas meninggalkan goresan dalam lembar catatan petualanganku.

 


Namun jika disibak dibalik keindahannya, hati siapa yang tak kecewa menahan kesal. Pernah kan mendengar kata pepatah "Di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung?" pepatah ini seakan tak berati bagi mereka yang masih belum memahami arti kata "menjaga dan memelihara". Sampah berserakan di tiap sisi lokasi camp saat itu menjadi pemandangan yang tak layak dilihat dan tak sebanding dengan suguhan keindahannya. Entah sadar atau tidakkah para oknum lemah paham ini akan makna yang tersirat dari sebuah hamparan hijau membentang, sebuah anugerah tertinggi yang tak siapapun bisa menikmatinya jika tidak meng-azzam-kan diri untuk datang menghampirinya.

 

Pilu hati, kala melihat ditiap sudut dan tepi lokasi camping ini dijejali dan disesaki tumpukan sampah bekas para pendaki tidak sejati menghempaskan sampah mereka tanpa eling. Sungguh satu sikap yang tidak bijak, manakala ketika  alam  telah memberikan suguhan keindahannya, namun berbalas norma yang tidak sepatutnya dilakukan bagi mereka yang katanya mencintai alam.

 

"Memulihkan bumi kita bukan hanya karena kita peduli dengan alam, tetapi karena kita hidup di atasnya. Kita semua membutuhkan bumi yang sehat untuk mendukung pekerjaan, mata pencaharian, kesehatan, kelangsungan hidup, dan kebahagiaan kita. “Planet yang sehat bukanlah pilihan, ini adalah kebutuhan," demikian earthday dikutip dari Tirto, memaparkan dengan sejelas-jelasnya bagaimana seharusnya sikap yang bisa kita berikan.

 

 

 

Hari Bumi, tepatnya hari ini, Kamis 22 April 2021 sebagai momentum bagi kita untuk kembali menyelami makna kata "Memulihkan bumi dari kerusakan,” Apa yang bisa kita lalukan adalah terus memelihara lingkungan hidup di sekitar kita maupun dimana kita berada, dan berbuat baik untuk bumi dengan melakukan langkah-langkah kecil, mulai dari diri sendiri, dari sekarang.


Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur'an Surat Ar-rum ayat 41-42:


ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ ٤١

 

Ayat 41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

 

قُلْ سِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلُۗ كَانَ اَكْثَرُهُمْ مُّشْرِكِيْنَ ٤٢

 

Ayat 42. Katakanlah (Muhammad), "Bepergianlah di muka bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)."

 

Selamat Hari Bumi, 22 April 2021. Semoga kita termasuk manusia yang dimaksud Allah SWT, sebagai khalifatufilardh.

 


Terkait soal lingkungan, kabarnya DPP PKS akan meluncurkan Gerakan Nasional #IndonesiaHijau. Insya Allah Ahad, 25 April 2021, di Bantaran Sungai Ciliwung Balekambang Jakarta Timur. Akan ada Presiden PKS Ahmad Syaikhu, Kabid Teknologi, Industri dan Lingkungan Hidup DPP PKS Mardani Ali Sera, Kabid Perempuan dan Ketahanan Keluarga DPP PKS Mufidayati dan Kabid Kepemudaan DPP PKS Gamal Albinsaid.

 

Alhamdulillah, ini kabar baik dan kami siap mendukungnya.

 

 

 

 

 

Jakarta, 22 April 2021

 

 

 

Bunbun Wiet

 

 

 

 

 


Posting Komentar

0 Komentar