Keponthal-ponthal di Pasar Digital

Foto: pixabay


Dunia digital, katanya, menjungkirbalikkan kehidupan. 

Mereka yang cerdik menggunakan internet dan perabot digital akan merasakan bahwa pesan-pesan beredar lebih cepat, lebih mudah dan lebih luas jangkauannya. 

Menjamah dunia virtual dan niscaya efektif menghujam dunia faktual.

Dampaknya akan berlipat-lipat, katanya.


***


K-Poppers di Indonesia telah membuktikannya. 

Satu koma empat milyar rupiah untuk membantu korban bencana di Indonesia terhimpun dalam waktu tiga hari saja.

Kita tengok sejenak ke seberang Lautan Pasifik. 

Saham GameStop di Wallstreet melonjak drastis dan menjadi yang termahal, menurut bloomberg@business pada

Kamis 28/01/2021 jam 22:07 wib.

Pemburu saham amatiran menggerudugnya melalui platform Wall Street Bet dan Robinhood. 

Dunia terkejut. Tetapi pialang kapitalis segera meluncurkan counter strikes.

Tiga jam kemudian, Bloomberg mencatat saham GameStop tenggelam lagi hingga tinggal separuhnya.

Tetapi mereka tidak dapat memperkirakan bagaimana kegilaan GameStop itu akan berakhir. 


***


Apakah pemburu saham amatiran itu bagian dari gerakan “anti capitalism” ? 

Bukan, kata seorang analis. 

Mereka hanya rakyat jelata yang bermimpi kaya mendadak tanpa perlu bekerja keras bertahun-tahun. Pragmatic.

Apakah donasi K-Poppers itu adalah ungkapan protes idiologis terhadap  #tikusbansos yang merajalela ditengah bencana dan pandemi ? 

Komentar mereka sederhana saja. Berbuatlah yang kongkrit. 

Seolah generasi Z itu bergumam: Biarkan kami “having fun”, dan lihatlah. Kami tetap bermanfaat. Pragmatic.


***


Ternyata masih ada yang berani tampil berbeda di negeri ini. 

Namanya EA.

Bukan cuma Senator Bern Sanders (lahir tahun 1941) yang menyedot hampir semua mata dan kamera warganet selama berhari-hari, mengalahkan prosesi, pidato dan komentator pelantikan Joe Biden. 

Hanya gegara Sanders tampil ke upacara pelantikan dengan busana yang  “mbeling” : fleece plus mittens belang-belang. 

Bukan jas lengkap dan berdasi seperti para pesohor yang menjadi koleganya. 

Dalam hitungan jam, berhamburan beragam meme Sanders yang “mbeling”. 

Yang serius, yang nakal, yang santai maupun yang  kritis. 

Ada yang memeriksa harganya satu-persatu. Sanders diduga tetap memakai busana kelas atas.  Mahal. 

Ada juga saintis yang protes soal klaim mittens rajutan tangan, padahal sesungguhnya tetap perlu dibantu mesin. 


***


EA tampak tertinggal jauh dari hiruk-pikuk dan peradaban digital warganet. 

Keponthal-ponthal.

Seorang youtuber yang followernya “cuma” 36k dikirimi surat protes resmi, bertanggal dan bertandatangan, gegara product review nya dianggap rada miring.

Padahal sukarela, nggak dipesan apalagi dibayar.

Nggak kepalang tanggung, mereka minta tontonan itu dihapus. 

Padahal respons pemirsa terhadap video itu biasa saja. Umumnya netral.

Surat protes seperti itu memang mengejutkan. Ternyata masih ada yang hidup di zaman batu. 

Mereka mungkin tidak pernah mendengar nasehat Marketing 4.0 : “kombinasikan strategi pemasaran digital dengan tradisional”.

Mereka mungkin tidak pernah mendengar doktrin PR/Marketing klasik : “yang mati di panggung media, mati pula di dunia nyata”.


***


Saya termasuk orang yang menolak doktrin klasik itu. 

Panggung media dan dunia nyata memang akan saling mempengaruhi. 

Tetapi, percayalah, dua dunia itu tetap berbeda gaya walaupun hakikatnya sama. 

Semua akan musnah jika tak memenuhi syarat sebagai amal soleh. 


Allahu’alam bishshowwaab.


SMS

28/01/2021

Posting Komentar

0 Komentar