Ayo Besarkan PKS dengan Literasi




Menulis dan membaca adalah budaya dasar anak-anak tarbiyah. Kita datang ke tempat pengajian di rumah ustadz-ustadzah, kakak kelas, senior di kampus, sekolah, pabrik atau entitas lainnya.  Ada dua peralatan yang wajib dibawa. Buku dan alat tulis. 


Papan tulis tentu menjadi barang yang wajib disediakan tuan rumah. Lalu panah-panah cinta tersaji di papan tulis itu dan kita menyalinnya ke buku tulis. 


Selesai dituliskan, panah-panah cinta itu dijelaskan dan kita membuka Al Qur'an yang ada terjemahan Bahasa Indonesianya. Cara belajar sederhana, namun penuh makna dan langsung menghujam dada. 


Ketika pulang, kita diberi banyak tugas. Sepekan ke depan berapa kali kita bisa sholat berjamaah, sholat malam, sholat Dhuha, puasa Senin Kamis, tilawah Al-Qur'an, hafalan, membantu orangtua, infaq hingga membaca buku. 


Pekan berikutnya, kita sama-sama mengevaluasi diri. Bukan untuk membangga-banggakan dan adu pamer tugas yang sudah dikerjakan, tetapi evaluasi diri. Ya Rabb 😭


Membaca dan menulis. Inilah akar budaya dasar anak-anak tarbiyah yang kemudian melahirkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). 


Maka berbanding lurus dengan kehadiran anak-anak tarbiyah dan PKS, tumbuh pula minat baca di negeri ini. Penerbit-penerbit buku Islam tumbuh subur bak jamur di musim hujan. Majalah Islami seperti Sabili, Ummi, Annida dan Tarbawi tinggi peminat. Lahir pula Sastra Islami dan komunitas Forum Lingkar Pena.  Warga masyarakat antusias datang ke Islamic Book Fair di Senayan. 


Kala itu, informasi lebih mudah disaring. Belum ada media sosial dan internet serta aksesnya masih terbatas. Industri hoax dan buzzerRp belum lahir. Debat panas mungkin hanya terjadi di ruang-ruang kampus atau warung kopi. 


Zaman berubah


Kini kita beralih ke gadget. Kedua jempol jauh lebih sering memegang handphone. Semuanya tersaji disini. Membaca berita, mendengarkan musik, tilawah Al-Qur'an, berinteraksi dengan orangtua, saudara dan teman. Bahkan berdebat dengan yang beda pendapat pun dilakukan disini. 


Ada banyak sekali kebaikan dan peluang berbuat baik disini. Sisi lain hal-hal yang kurang baik juga ada. Misalnya pabrik pembuat hoax yang siang malam terus berproduksi. 



Membaca dan menulis adalah akar budaya PKS. Dengan dua hal ini, kader-kadernya tumbuh dan berkembang lalu memperkenalkan partai kepada masyarakat. 


Dari zaman media cetak sudah banyak upaya mendegradasi partai reformis ini. Terlebih lagi saat ini zaman media daring. Kader berupaya mengimbanginya dengan banyak cara. Satu diantaranya melalui tulisan. 


Menulislah 

Kader PKS tak boleh kalah dengan keadaan. Kembalilah meluangkan waktu untuk membaca. Dari membaca buku hingga membaca keadaan. Dengan banyak membaca akan lebih mudah mengenali mana informasi valid dan mana informasi hoax. 


Setelah membaca, lalu menulislah. Tuliskan apa intisari yang telah dibaca. Tuliskan pula inspirasi dari kader PKS yang banyak bertebaran menjadi Pelayan Rakyat. 


Ayo kembali membaca lalu menulislah. Kita kenalkan PKS kepada rakyat dengan literasi. 


Bekasi, 19 Desember 2020


Relawan Literasi


Enjang Anwar Sanusi 







Posting Komentar

3 Komentar

  1. Gada share WA Mimin yg ganteng?

    BalasHapus
  2. Kami sampaikan ke tim Admin ya.

    Btw thanks berat udah dibilang ganteng. Have a nice day 😎😁

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah,Tarbiyah brsama kader²PKS bermanfaat hingga kini..dan sejak baru pertama mndapat hak pilih,selalu konsisten memilih dan mendukung PKs

    BalasHapus