KH. Hilmi Aminudin; Kitab Tanpa Judul



Abdullah Haidir, Lc

Malam ini melaksanakan shalat ghaib bersama keluarga untuk guru kami tercinta, Allahu yarham, KH. Hilmi Aminudin yang wafat siang hari tadi. 

Saya yakin di berbagai tempat, di berbagai kota di negeri ini atau bahkan di berbagai belahan dunia, murid-murid beliau, atau murid dari murid beliau, atau murid dari muridnya murid beliau melakukan seperti yang saya lakukan.

Boleh jadi yang akan menyalatkan beliau secara langsung dan yang ikut menguburkannya hanya sedikit, karena selain suasana pandemi masih tampak, kabarnya penyelenggaraan terhadap jenazah beliau mengikuti protokol covid 19. Namun hanya Allah yang tahu berapa orang yang melakukan shalat ghaib dan mengantarnya dengan doa-doa permohonan rahmat dan ampunan untuk beliau.

Kondisi ini sedikit banyak menggambarkan sosok beliau. Nyaris tidak tampak di keramaian, jarang muncul di media massa. Namun hasil dari kerja dakwah beliau sangat besar.

 Lewat sebuah terobosan dakwah yang kemudian dikenal sebagai 'tarbiyah', sejak tahun 80an dengan telaten dan jauh dari keramaian, beliau menyusuri jalan dakwah, melakukan pembinaan yang melahirkan sosok-sosok dai dari berbagai latar belakang keahlian dan profesi  yang  kemudian menyebar ke berbagai penjuru negeri dan berbagai lini kehidupan, dan seterusnya mereka melakukan estafet dakwah serta mewarnai dakwah di negeri ini dengan segala dinamikanya.

Memang, siapapun yang pernah mendengar taujihnya akan mudah tertarik, karena beliau menyampaikannya dengan lancar, bahasanya mudah dicerna walau sering menggunakan idiom arab, biasanya beliau sampaikan perpoint, pemahaman syariat dan pemahaman realitasnya berimbang, wawasannya luas dan ghirah dakwahnya sangat tampak.

Dalam sebuah kesempatan beliau berucap; Jadilah kitab walau tanpa judul daripada judul tanpa kitab. Maksudnya, berilah andil dan peran terbaik yang dapat kita lakukan bagi perjuangan Islam, walau mungkin nama kita tidak disebut-sebut, jabatan tidak kita raih. Ketimbang orang yang hanya disebut-sebut namanya atau menduduki sebuah jabatan penting, namun tidak ada andil atau kiprahnya dalam perjuangan Islam.

Saat saya masih di Riyadh, ketika itu dubes RI untuk Saudi adalah Habibana, DR. Salim Segaf Al-Jufri. Dalam beberapa kesempatan DR. Salim Al-Jufri, dengan segala kemuliaan yang beliau miliki, berbicara tentang ust. Hilmi, tampak sekali beliau sangat ta'zhim kepada KH. Hilmi Aminudin.

 Jika guru saya yang sangat saya hormati; Habib Salim Segaf Al-Jufri begitu menghormati beliau, maka saya lebih layak menghormati Allahu yarham KH. Hilmi Aminudin, rahimahullah rohmatan waasiah wa askanahu fasiiha jannatih...

Salam,
Abdullah Haidir, Lc

Posting Komentar

0 Komentar