Oleh :
Dr. Adityawarman Adil,
Ketua DPD PKS Kota Bogor
Ketika kita memperingati Hari Pahlawan setiap 10 November, sering kali yang terlintas di benak adalah kisah heroik para pejuang kemerdekaan yang gugur di medan perang.
Mereka memang fondasi dari kemerdekaan yang kita nikmati hari ini. Namun, di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota modern seperti Bogor, sesungguhnya banyak “pahlawan” yang hidup di sekitar kita, mereka yang mungkin tak tercatat dalam buku sejarah, tapi kiprahnya nyata dalam menjaga semangat kebersamaan di lingkungan RT, RW, dan permukiman.
Bogor, dengan lebih dari 1,1 juta penduduk yang tersebar di 68 kelurahan dan 6 kecamatan, adalah kota yang hidup dari gotong royong. Data BPS menunjukkan bahwa 62 persen warga Bogor tinggal di kawasan padat penduduk dengan tingkat kepadatan mencapai lebih dari 9.000 jiwa per km².
Dalam kondisi seperti itu, harmoni sosial tidak mungkin terjaga tanpa kerja keras orang-orang yang rela mengabdi tanpa pamrih di lingkungan terdekatnya, ketua RT yang selalu siap siaga, kader posyandu yang setia mendampingi ibu dan balita, pengurus karang taruna yang menggerakkan kegiatan positif anak muda, hingga relawan kebersihan yang memungut sampah sebelum fajar.
Mereka adalah pahlawan yang tidak menunggu upacara atau penghargaan. Di RT 05 salah satu kelurahan di Tanah Sareal, misalnya, warga sepakat membuat bank sampah yang kini menampung lebih dari 2 ton sampah anorganik per bulan.
Inisiatif kecil itu mengurangi tekanan terhadap TPA Galuga yang setiap harinya menerima lebih dari 700 ton sampah dari seluruh Kota Bogor.
Atau di RW di Kecamatan Bogor Timur, para ibu rumah tangga membentuk dapur umum selama pandemi Covid-19, menyuplai makanan untuk ratusan warga isolasi mandiri tanpa mengharap imbalan.
Kisah-kisah semacam ini membuktikan bahwa semangat kepahlawanan masih hidup, meski dalam bentuk yang sederhana.
Di tengah urbanisasi yang terus meningkat, pahlawan lingkungan juga tampil dalam sosok para penggerak kampung hijau.
Kota Bogor kini memiliki lebih dari 140 kelompok tani kota dan kampung tematik, seperti Kampung Tematik 3R di Kelurahan Empang dan Kampung Pangan Lestari di Cilendek Barat. Mereka mengubah lahan sempit menjadi ruang produktif, menghasilkan sayuran, mengedukasi anak-anak tentang pentingnya menjaga lingkungan, bahkan menjadi inspirasi kota-kota lain.
Bukankah mereka juga pahlawan yang menanam masa depan lebih hijau bagi kita semua?
Sebagai Ketua DPRD Kota Bogor, saya melihat langsung bagaimana kolaborasi di tingkat akar rumput menjadi kunci pembangunan kota. Program pemerintah tidak akan berjalan optimal tanpa partisipasi masyarakat.
Pahlawan-pahlawan lokal inilah yang menjadi penghubung antara kebijakan dan kenyataan di lapangan. Mereka yang memastikan bantuan sosial tepat sasaran, jalan lingkungan diperbaiki, dan warga yang membutuhkan tidak tertinggal dari arus kemajuan.
Dalam setiap musrenbang, suara mereka mencerminkan denyut kehidupan kota yang sesungguhnya.
Hari Pahlawan, di era digital, mungkin kita tidak lagi mengangkat senjata, tapi perjuangan melawan ketidakpedulian, kemiskinan, dan kerusakan lingkungan tidak kalah pentingnya. Pahlawan hari ini adalah mereka yang mengorbankan waktu dan tenaga untuk menanam pohon, mendidik anak-anak jalanan, menjaga keamanan lingkungan, dan menyebarkan semangat gotong royong.
Kota Bogor yang kita cintai akan tumbuh menjadi kota yang nyaman dan berdaya saing jika semangat kepahlawanan itu terus hidup di setiap sudutnya, dari gang sempit di Cipaku hingga perumahan modern di Katulampa.
Karena sesungguhnya, pahlawan bukan hanya mereka yang dikenang dalam monumen, tetapi mereka yang setiap hari menyalakan cahaya kebaikan di lingkungan kita.
Selamat Hari Pahlawan. Mari kita terus menjadi bagian dari perjuangan, meski tanpa tanda jasa, tapi dengan cinta yang besar untuk kota yang kita cinta bersama, Kota Bogor.


0 Komentar