Oleh: Murtini, S. TP
Kabid Komdigi PKS Kabupaten Madiun
Setiap pagi, sebelum matahari sempat menyalakan langit timur, seorang ayah telah beranjak dari rumahnya. Ia melangkah perlahan di jalan tanah yang masih lembab oleh embun. Di pundaknya tergantung cangkul, di hatinya tersemat harapan. Sementara anak-anaknya masih terlelap, ia sudah menjemput rezeki dengan tangan yang siap berlumuran lumpur.
Setiap hari tubuhnya bergelimang lumpur, namun cinta di hatinya tak pernah luntur. Ia tak takut panas yang menyengat kulit, karena dalam setiap sinar matahari yang membakar tubuhnya, terselip doa agar masa depan anak-anaknya kelak bersinar terang.
Ada cinta yang tak banyak bersuara, tapi jejaknya bisa kita temui di setiap butir padi yang menguning, di setiap tetes keringat yang jatuh ke bumi, dan di setiap doa yang ia bisikkan di sela napasnya menjelang subuh.
Ayah bukanlah penyair, namun hidupnya adalah puisi yang ditulis dengan kerja keras dan ketulusan. Setiap subuh yang ia tinggalkan tanpa sempat berpamitan adalah bait pembuka dari kisah pengorbanan. Setiap sore yang ia habiskan dengan tubuh lelah adalah tanda titik dari perjuangan yang belum selesai.
Ia tak banyak bicara tentang cinta, karena baginya cinta bukanlah kata-kata manis, melainkan tanggung jawab yang dijalani. Ia tak pandai menulis surat kasih, tapi setiap nasi yang tersaji di meja adalah bukti kasih yang nyata. Ia jarang menuntut, jarang berkeluh kesah, sebab baginya cukup melihat keluarganya tersenyum, sudah menjadi kebahagiaan yang tak tergantikan.
Ayah tahu hidup tak selalu mudah. Ia tahu di balik tanah yang becek tersimpan rezeki yang suci. Di bawah terik matahari tumbuh doa yang tak pernah padam. Ia percaya, kerja kerasnya hari ini adalah cahaya bagi masa depan anak-anaknya esok hari.
Dan di Hari Ayah Nasional ini, kita patut menundukkan kepala sejenak. Mari kirimkan doa untuk setiap ayah yang kini tengah bekerja dalam senyap. Untuk para petani yang menjadi tulang punggung bangsa — mereka yang menunduk di hadapan bumi, namun sejatinya sedang memuliakan langit. Mereka yang berpeluh di bawah panas matahari, namun hatinya tetap sejuk oleh keyakinan bahwa setiap tetes keringat adalah ibadah.
PKS Kabupaten Madiun memberikan penghormatan setinggi-tingginya bagi para ayah, terutama mereka yang berjuang menjaga dapur tetap mengepul dan anak-anak tetap bersekolah. Mereka adalah teladan keteguhan, penjaga keluarga, penggerak kebaikan di bumi pertiwi. Dari tangan-tangan yang kasar lahir peradaban yang lembut. Dari langkah yang sederhana tumbuh generasi yang berilmu dan berakhlak.
Karena sesungguhnya, seperti matahari yang tak pernah lelah terbit setiap pagi, cinta seorang ayah — meski tak selalu tampak di mata — akan selalu menjadi cahaya yang menuntun anak-anaknya menuju masa depan yang terang.
Selamat Hari Ayah Nasional
Dari PKS Kabupaten Madiun, untuk seluruh ayah di negeri ini yang terus berjuang dalam diam, menanam harapan, dan memelihara masa depan bangsa dengan cinta dan keteguhan iman.


0 Komentar