"Sing Tatag: Alam Berubah Sak Wayah-Wayah!"



oleh: Murtini, S.TP

Kabid Humas DPD PKS Kabupaten Madiun


Dalam falsafah Jawa, ada ungkapan bijak yang sarat makna: "Sing tatag, alam berubah sak wayah-wayah." Artinya, teguhlah hati, karena perubahan bisa terjadi kapan saja. Hidup ini tidak pernah diam di tempat. Waktu bergulir, suasana berubah, dan keputusan bisa datang tiba-tiba. Yang tetap hanyalah mereka yang hatinya kukuh, siap menghadapi segala kemungkinan.


Bagi para kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS), petuah ini layak dijadikan semboyan perjuangan. Jalan dakwah bukanlah jalan yang selalu mulus. Ada tanjakan tajam, ada turunan yang curam, ada kabar yang menyenangkan, dan ada pula keputusan yang terasa mengganjal di hati. Namun semua itu adalah bagian dari dinamika perjuangan.


Kesiapan Mental Kader Dakwah

Kader dakwah adalah pribadi yang siap diuji — baik oleh kondisi eksternal maupun dinamika internal partai itu sendiri. Dalam perjalanan berpartai, tak jarang keputusan pimpinan datang tidak sesuai dengan harapan atau pandangan pribadi. Namun di titik inilah keteguhan kader benar-benar diuji. Apakah kita mampu tetap dalam barisan, atau memilih mundur saat tidak sepakat?


PKS adalah partai yang dibangun bukan hanya dengan struktur, tetapi juga dengan ruh perjuangan. Keputusan pimpinan tidak lahir dari ruang hampa, melainkan dari proses syura, pertimbangan maslahat, dan pandangan jauh ke depan. Maka, kesiapannya bukan hanya pada aspek fisik dan logistik, tapi juga mental dan spiritual: siap taat, siap legowo, dan siap terus berkontribusi, bahkan saat hati diuji.


Berpikir Kritis, Tetap dalam Adab

Sikap “tatag” bukan berarti membebek tanpa berpikir. PKS membentuk kader-kadernya untuk berpikir tajam, menyampaikan pendapat dengan jernih, dan memberikan masukan dengan bijak. Kritik tetap dibutuhkan, bahkan sering kali menjadi bahan perbaikan yang berharga. Namun semua itu harus disampaikan dalam bingkai adab dan loyalitas pada jama’ah.


Kita percaya bahwa kesetiaan bukanlah tentang setuju dalam segala hal, tetapi tentang kemampuan untuk tetap bersatu meski tak selalu sepakat. Itulah loyalitas yang berakar dari keimanan, bukan dari emosi sesaat.



Keteladanan dari Sirah Nabawiyah

Dalam sejarah dakwah Rasulullah SAW, kita dapati banyak momen di mana keputusan beliau tidak selalu mudah diterima oleh sebagian sahabat. Perjanjian Hudaibiyah, misalnya, sempat membuat Umar bin Khattab merasa berat menerimanya. Namun para sahabat tetap patuh, karena mereka percaya bahwa pemimpin yang mereka ikuti adalah orang yang jujur, bijak, dan memikirkan umat secara menyeluruh.


Dalam konteks ini, kita pun harus belajar menjadi kader yang sabar. Tidak semua kebijakan bisa langsung kita pahami manfaatnya. Adakalanya kita baru bisa melihat hikmahnya setelah waktu berjalan. Yang penting, kita tetap dalam barisan dan tidak tergoda untuk keluar hanya karena kecewa sesaat.



Menjaga Komitmen di Jalan Dakwah

Jalan dakwah adalah jalan panjang. Kadang terasa ringan, kadang pula terasa berat. Tapi mereka yang terus melangkah, yang bersabar dalam ketaatan, dan yang tetap teguh meski keadaan berubah—merekalah yang akan sampai di garis kemenangan.


Jangan sampai kita hanya hadir saat semua terasa sesuai keinginan pribadi, lalu mundur saat merasa tak dilibatkan atau tak disetujui. Kader sejati bukanlah penonton, tapi pemain aktif dalam panggung dakwah. Ia tidak hanya semangat saat dipuji, tetapi juga tetap berjalan saat tak dilihat.


Perubahan adalah bagian dari proses. Ketidaknyamanan adalah bagian dari pertumbuhan. Dan ujian adalah bagian dari pendidikan Allah kepada para pejuang-Nya.



Tetap Tatag, Tetap dalam Barisan

Mari kita kuatkan tekad, rapatkan barisan, dan kukuhkan hati. Sing tatag! Karena alam ini bisa berubah kapan saja, termasuk dalam keputusan partai, strategi dakwah, atau dinamika internal yang tak selalu nyaman. Tapi selama hati kita tetap di jalan Allah, insya Allah, perubahan itu justru akan menguatkan kita.


Jangan biarkan kecewa menyingkirkan kita dari kebaikan. Tetaplah teguh. Karena yang bertahan bukan yang paling keras suaranya, tapi yang paling sabar dan istiqamah langkahnya.

Posting Komentar

0 Komentar