Jadi Kader Jangan Baper



JADI KADER JANGAN BAPER

(7 Hal yang PKS Perlu Tau tentang Netizen Indonesia)


Penulis : Bang Emzi


PKS masih tetap jadi bulan-bulanan di media sosial. Setelah aksi pembatalan dukungan terhadap Marshel di Tangsel, tidak mengubah opini negatif dan komentar pedas netizen di ranah medsos. Meski perbedaannya, yang membela juga udah mulai tampak ke permukaan.


Nyinyiran, celaan, hinaan dan bahkan fitnahan selalu menghias tiap postingan akun-akun resmi PKS, baik pusat maupun daerah. Seolah tanpa ampun, PKS jadi bahan ledekan dengan berbagai istilah-istilah baru khusus untuk men-downgrade citra PKS sebagai partai dakwah.


Sayangnya, komentar netizen ini dibalas dengan komentar yang nggak kalah tajem dari kader PKS sendiri. Bahkan terkadang, susah membedakan mana netizen haters dan mana netizen kader karena kualitas pedesnya sama-sama pake “dua karet”. 


Trus, kader harus gimana dong, buat menghadapi mereka? Kuncinya satu: Jangan Baper.


Supaya jangan baper, inilah 7 hal yang perlu kader PKS tau tentang karakter netizen Indonesia.


1. SHARING TANPA SARING

Ini adalah ciri khas warga +62, apalagi kalau konten-konten yg terkait “lawan politik”. Mau hoax atau asli, pokoknya sebarin dulu. Kalau udah ketauan hoax, cukup hapus dan ga perlu minta maaf. 


Kalau ada netizen yang posting berita hoax tentang PKS, cukup kasih tau aja kalo itu ga bener. Ga perlu juga nuntut mereka mintaa maaf, dijamin ga akan pernah ada kata “maaf” dari mereka.


2. BACA JUDUL ENGGAK BACA ISI

Ini juga khas netizen Indonesia. Ga heran kalo screenshot menjadi andalan para haters PKS untuk komenin postingan medsos. Padahal, judul itu adalah daya tarik yang dibikin editor (atau konten kreator) supaya memancing orang baca beritanya. Judul bisa _misleading_, mengarahkan pada persepsi yg salah.


Contoh judul _misleading_: _Hidayat Nur Wahid Akui PKS Tak Menganut Asas Pancasila_. Berita ini cukup viral di tahun 2020 hanya karena disebarkan pake screenshot.


Faktanya, HNW selaku Ketua Fraksi PKS DPR periode 2009-2014 hanya menolak Pancasila dijadikan asas tunggal dalam Rancangan Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas). PKS menolak tegas klausul tersebut yang dianggap bisa membelenggu ormas-ormas Islam, karena secara prinsip tentang asas Indonesia sudah punya rujukan yakni UU tentang parpol, bukan asas tunggal Pancasila.


3. JULID TINGKAT DEWA

Udah menjadi DNA-nya netizen Indonesia kalau mereka punya sifat julid tingkat dewa, khususnya buat orang/Lembaga/institusi/partai politik yang tidak mereka sukai. Karena itu, jika dijulidin, gak usah dibalas dengan julid lagi. Karena (harusnya) level akhlak kader PKS itu di atas rata-rata.


Contoh kalimat julid: 

“kacung Mulyono”, 

“kutunggu pertanggungjawaban PKS di akherat”, 

“akan senasib dengan PPP”, 

“2029 PKS nyungsep”

“PKS haus kekuasaan”, 

“tenggelamkan PKS”, 

dll.


Santai aja baca komenan julid, tidak perlu klarifikasi, karena mereka cuma ingin caci maki.


Seperti kata Ali bin Abi Thalib: "Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu."


4. RENDAH LITERASI TAPI PENGEN DIANGGAP AHLI

Seringkali dalam beropini di medsos, para haters PKS benar-benar tidak kenal dan tidak tau tentang sepak terjang PKS. Rendahnya literasi mereka kadang di _counter-attack_ dengan kader PKS melalui data-data. Kalau udah begini, biasanya mereka mingkem atau ngalihin ke isu lain.


Literasi adalah kunci dalam diskusi. Tanpa literasi, hanya akan jadi debat kusir. Kader PKS harus menghindari debat kusir. Layani mereka yang ingin diskusi, diamkan mereka yang cuma bisa memaki.


5. PERANG AYAT & TANDING HADITS

Istilah ini dipopulerkan almarhum KH Zainuddin MZ ketika mengomentari pemilu-pemilu di masa Orde Baru. Tiga kontestan partai politik seringkali menggunakan ayat Al Qur’an dan hadist dalam kampanye-kampanye mereka, tujuannya tentu meraup suara kaum muslim.


Di ranah medsos, banyak juga yg “menasehati” PKS dengan ayat-ayat dan hadist-hadist. Mungkin mereka tidak tau, kalau para anggota Majelis Syuro PKS juga terdiri dari para ulama mumpuni yang Insyaa Allah sudah faham dalil-dalil agama.


Sayangnya, kader PKS kadang juga suka ikut pamer ayat pamer hadist untuk membenarkan opininya. 


6. DOSA PKS ABADI, DOSA PARPOL LAIN TEMPORARY

Siapa di antara netizen yang masih inget kasus sapi yang terjadi lebih dari tahun 10 tahun yang lalu? Pasti masih inget. Bahkan nilai 1 miliar yang tidak pernah diterima itu pun mereka masih ingat.


Siapa di antara netizen yang masih inget kasus korupsi BTS 4G yang menterinya kader partai koalisi pemerintah? Udah lupa kerugiannya? 8 triliun! 


Masih pada inget kasus Bank Century yang menyeret partai penguasa saat itu? Berapa kerugiannya? 7 triliun! 


Masih inget berapa kerugian negara karena korupsi bansos di zaman Covid? 900 miliar! 


PKS meninggalkan Anies adalah dosa, sedang PKB dan Nasdem yang ninggalin lebih dulu itu adalah “strategi politik”.


PKS masuk KIM adalah pengkhianat, sedang PKB dan Nasdem yang udah duluan dianggap “realitas politik”.


PKS usung Bobby diprediksi akan nyungsep di 2029, tapi partai lain dianggap tetap sustain.


Intinya, PKS gak boleh berdosa, partai lain halal untuk berdosa. Moral PKS harus setinggi langit, partai lain boleh gak pakai moral.


7. JUDUL BOMBASTIS, DATA MINIMALIS

Kalau ini sebenarnya ciri konten kreator merangkap hater PKS, sih. Jadi bukan netizen secara umum. Isu terbaru tentang mundurnya 19 anggota dewan pakar PKS baru-baru ini.


Berbagai headline pun memasang judul yang cukup bombastis: daftar puluhan dewan pakar PKS yang mengundurkan diri, dewan pakar PKS ramai-ramai mengundurkan diri, dewan pakar PKS ramai-ramai bedol desa.


Diksi “puluhan”, “ramai-ramai” menunjukkan “banyak” dan “mayoritas”. 


Mari kita berhitung.


Dalam situs resmi PKS, jumlah yang mengundurkan diri ada 19 orang. Dari pemberitaan lain, ada 28 orang. Kita pakai angka yang paling tinggi.


Total dewan pakar PKS ada 221 orang. 28 orang artinya adalah 12%. Berarti PKS masih punya 88% yang setia dan tetap berjuang bersama PKS!


Jika mau pakai angka, artinya 193 orang dewan pakar PKS tetap bersama partai.


Mau lebih gigit lagi judulnya? Hampir 200 akademisi, purnawirawan TNI/Polri, mantan birokrat, professional di berbagai bidang memilih tetap bergabung di PKS.


Bahkan jika 50% pun yg mengundurkan diri, PKS masih punya 50% yg milih tetap bersama.


28 orang itu adalah "beberapa", dan bukan "sebanyak".


Begitulah cara membaca angka. Begitulah cara menafsirkan data. Begitulah cara menerjemahkan statistik.


Lalu, gimana menghadapi para netizen ini yang suka “ngajak ribut” ini?


"debatlah mereka dengan cara yang baik" (QS16:125)


Kalau mereka tetep caci maki gimana?


Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik” (QS.73:10)


Tapi udah dijauhin, udah dicuekin, mereka tetep aja japri buat sekedar nge-bully PKS.


"tingkatkanlah kesabaranmu...”(QS.3:199)


Nanti kalau sabar-sabar melulu, kita bisa diinjak-injak, bisa stress, marah, kesel, dendam.


"dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi obat penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS.17:82).


Terus deketin Al Qur’an, jangan sampai kesibukan kader membalas komen netizen, jadi menjauhkan kader dari Al Qur’an itu sendiri. 


Deket sama Al Qur’an = sumber kemenangan

Posting Komentar

0 Komentar