Jogangan, Cara Tradisional Mengelola Sampah dari Rumah



 Oleh: Dewi Noviriliana 


Membaca berita santer tentang Jogja darurat sampah sejak penutupan TPST (Tempat Pemilahan Sampah Terpadu) Piyungan 23 Juli kemarin sampai hari ini membuat saya sebagai warga masyarakat berpikir keras. Bagaimana supaya bisa mengatasi masalah sampah ini? Setidaknya sampah di rumah kita sendiri. 


Meskipun tinggal di daerah pedesaan yang  memiliki lahan mengolah sampah rumah tangga tapi tetap saja resah dengan kondisi yang terjadi.  Apalagi tidak semua rumah di pedesaan memiliki lahan yang bisa digunakan sebagai tempat pengolahan sampah rumah tangga. Sudah banyak warga yang menggunakan jasa pengangkut sampah untuk di buang ke tempat pembuangan akhir. 


Sebenarnya masalah sampah sudah acap kali menjadi pembahasan di pertemuan ibu-ibu warga di RT lingkungan saya tinggal. Sayangnya dari tahun ke tahun masih berupa wacana belum menjadi rencana yang segera bisa di realisasi. Sudah sering perangkat lingkungan menyeru warga agar membiasakan diri memilah sampah. Memang bukan pekerjaan yang mudah. Terutama bila tidak mulai kita biasakan.


Pembahasan sampah ini tidak berhenti dikalangan ibu-ibu. Para pemuda sudah bergerak. Mereka meminta setiap keluarga memisahkan sampah non organik. Setiap selapan sekali para pemuda desa ini mengambil dari rumah ke rumah untuk di jual ke pengepul rongsok. Hasil penjualannya menjadi kas kelompok muda mudi. Ini menunjukkan bahwa pemuda selangkah lebih maju dari pada ibu-ibu. Padahal para ibulah yang paling sering berhadapan langsung dengan sampah. 


Ketika keadaan menjadi darurat sampah seperti sekarang, berbagai seruan terkait pengelolaan sampah disuarakan. Termasuk tips dan langkah-langkah yang bisa kita lakukan terkait pengolahan sampah dari rumah kita sendiri. Di desa saya akhirnya tercetus slogan, “Sampah selesai di rumah kita sendiri, RT kita sendiri, pedukuhan kita sendiri”.


jogangan
Pembuatan jogangan di kalurahan Caturharjo, Pandak, Bantul/dok. Pemdes Caturharjo 



Di kalurahan Gilangharjo, kapanewon Panda, kabupaten Bantul tempat saya tinggal, warga kembali aktif membuat lubang sampah untuk menampung sampah organik dari dapur. Kami menyebutnya jogangan. Yaitu lubang tanah untuk membuang sampah organik sekaligus meresap air. Alih-alih menyelesaikan masalah dengan cara membakar sampah yang bisa menimbulkan polusi udara, jogangan lebih mudah dan solutif.

Selain jogangan, warga juga dianjurkan meyelesaikan urusan sampah rumah tangga sendiri dengan: 

  1. Pilah sampah rumah tangga (organik dan non-organik.

  2. Sampah organik masuk jogangan

  3. Sampah layak jual bisa dikelola oleh tim sampah RT/ pedukuhan untuk dijual.


Sebagai warga masyarakat idealnya memang kita lebih perhatian dengan lingkungan kita. Sampah rumah tangga tidak jauh beda dengan sampah tubuh kita yang setiap hari harus kita keluarkan. 


Marilah kita atasi masalah besar dari titik yang terkecil yaitu rumah kita sendiri. Bila setiap rumah masalah sampahnya, semoga masalah sampah yang lebih besar bisa teratasi. 


***


Penulis Anggota DPC PKS Pandak, Bantul, DIY.



Posting Komentar

0 Komentar