Yang Tumbuh dari Rebranding PKS

Ilustrasi rebranding PKS yang Indonesia banget/ dok. Yudi




Oleh: Yosi Prastiwi 


Kapan hari motor saya mogok. Kehabisan bensin di depan restoran Kopi Gajah. SPBU terdekat di seberang jalan Kaliurang sana sudah terbayang dekatnya dari  lokasi saya. Masalahnya, kontur jalan dari Kopi Gajah ke arah SPBU menanjak. Tidak cocok untuk badan kurus saya. Tapi siapa peduli soal kecocokan saat itu?  


Setelah saya dorong motor beberapa meter, warna merah SPBU mulai terlihat. Namu, tanjakan ini sungguh menguras tenaga. Saya berhenti separuh jalan saat pengemudi layanan ojek online berjaket hijau menghampiri. Pria itu meletakan motornya di pinggir jalan lalu cekatan mendorong motor melewati tanjakan. Tak sampai di situ, ia juga melirik kaos oranye saya dan berkomentar, "Oh, saya kira tadi driver Shopee food, Mbak." 


Alamak. Saya tersenyum kecut. Pagi itu saya mengenakan kaos berwarna oranye dengan tulisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Saya maklum dengan prasangka kang Ojol. 


Bagi sebagian orang, oranye memang identik dengan warna Shopee. Aplikasi belanja online asal Cina yang merambah ke layanan pengantaran makanan online. Secara umum masyarakat lebih mudah mengenali warna oranye sebagai Shopee daripada PKS. Saya sampai curiga Shopee bisa meraih suara terbanyak jika ikut Pemilu sebab kepopulerannya belakangan ini. 


***

Kejutan Munas Kelima 

Muyawarah Nasional (Munas) kelima PKS tahun 2020 masih menyisakan pekerjaan besar bagi partai dengan slogan bersama melayani rakyat ini. Munas kelima membawa kejutan perubahan. Tak tanggung-tanggung, beberapa elemen partai seperti lambang, mars, himne, dan slogan PKS diganti. Perubahan ini bisa disebut sebagai rebranding PKS. 


Saya membaca beberapa media yang memberitakan rebranding ini. Sebagian besar isinya senada. Menyebut perubahan ini membuat tampilan lambang atau logo PKS kekinian. Bentuk bulat dengan warna oranye cerah-tanpa meninggalkan ciri khas logo lama yaitu 17 tangkai padi diapit dua bulan sabit, mengekspresikan kehangatan. Hanya media Tempo yang menandai bahwa partai ini meninggalkan desain Ka'bah di logo lama. 


Sejatinya, PKS berevolusi. Tidak saja secara visual, perubahan logo PKS dari bentuk kotak Ka'bah ke bentuk lingkaran menunjukkan sikap partai yang terbuka. Menurut sekjen PKS, Aboe Bakar Alhabsy, logo baru PKS menandakan semangat baru dan komitmen partai ini untuk dekat dan hangat dengan semua kalangan. Tidak lagi ekslusif menasbihkan diri sebagai partai dakwah islam. Selama memiliki visi kebaikan sama, ayo aja. Naga-naganya PKS menyadari arah gerak generasi terkini adalah kolaborasi, bukan kompetisi. 



Ilustrasi kegiatan bersama PKS sebagai partai yang hangat, terbuka dan bersemangat/dok.Yudi


Rebranding 

Namun bagaimana respon masyarakat menilai perubahan ini? Tiga dari tujuh orang acak yang saya tanyai tentang kepanjangan PKS saat mengikuti senam Go PKS di lapangan Hargobinangun menjawab PKS singkatan dari Partai Keadilan Sosial. Tidak ada kata sejahtera-sejahteranya sama sekali jawaban mereka ini.


Ini tentu bukan survei resmi. Namun jawaban ini menjadi bisa menjadi penanda PKS belum dikenal merata. Logo eye catching saja tidak cukup membuat masyarakat mengenal PKS. 


Rebranding PKS idealnya bukan hanya perkara perubahan tampilan tapi juga bagaimana membangun kelekatan dengan calon pemilih. Bonding. Pepatah tak kenal maka tak sayang, rasanya tidak cukup menggambarkan hubungan jangka panjang PKS dengan pendukungnya ke depan. Sekadar kenal saja tidak cukup membuat calon pemilih sayang dengan memilih PKS di Pemilu nanti. 


Sebagai bagian dari proses rebranding ini, anggota PKS perlu berbenah secara internal. Pada dunia digital, anggota PKS masa kini wajib memiliki kecakapan literasi. Salah satunya agar mampu merespon framing negatif dari pihak yang berbeda kepentingan secara bijak. Sudah cukup PKS terjebak pro kontra percakapan netizen di dunia maya yang melabeli PKS sebagai kadrun, tukang hoax, korupsi daging sapi, sampai hobi poligami. Waktunya beranjak dan mengarahkan masyarakat pada gagasan dan isu nasional strategis. 


Sebab selama isu politik belum menjadi keresahan bersama, masyarakat tak peduli apapun sikap PKS. Misalnya tentang kenaikan harga BBM bersubsidi tahun lalu. Sekalipun PKS menunjukkan keberpihakkan pada rakyat dengan meminta pemerintah membatalkan kebijakan ini, tidak semua masyarakat terwakili dan peduli. Sebagian menganggap ini sebagai kesempatan PKS cari muka. Yang lain memutar balikkan fakta dengan pendapat bahwa jika PKS menolak suatu kebijakan pemerintah, artinya sikap pemerintah sudah tepat. Framing bahwa PKS selalu salah tidak luput dari cuitan buzzer politik. 


Tidak mudah. Logo PKS boleh saja berubah. Tapi semangat dari logo baru belum tampak dari anggota dan budaya partai. Internalisasi brand PKS lama yang eksklusif dan jadul tidak bisa hilang dalam sekali sulap. PKS berproses. Dari label islam fundamental ke arah moderat. Dari cara kampanye ala golongan tua ke pemilih milenial dan generasi Z. Bisa jadi proses ini membuat PKS kehilangan pemilih lamanya, tapi pertumbuhan pemilih baru adalah keniscayaan. Pemilih lama dan loyal PKS harus realistis. PKS adalah partai politik, bukan ideologi apalagi harga mati. 


Ilustrasi anggota PKS terlibat dalam kegiatan masyarakat lokal/dok.Yudi



Kolaborasi sebagai Warga Masyarakat 

Rebranding harus terus berjalan. Jangan buru-buru bergerak asal berlari tapi, tidak juga selow pasang mode rebahan. Di tingkat cabang sampai pusat, PKS memfasilitasi beragam program kreatif untuk merayu masyarakat. Membantu dengan syarat komitmen memilih. Tentu ini sah-sah saja sebab PKS bukan LSM atau ormas kemanusiaan. Keberhasilan PKS mestinya terukur secara angka dan data. Valid. 


Gerakan ini tentu perlu diinisiasi dari akar rumput. Misalnya sebagai bagian dari masyarakat lokal, anggota PKS mesti terlibat dengan tetangga dan sekitar. Tak perlu buru-buru membawa bendera partai, hadir saja di tiap momen  rukun tetangga (RT). Datang tiap ronda, njagong jika diundang, daftar posyandu bulanan, ikut arisan PKK, rajin muyen bayi, takziah tetangga sampai mengikuti pengajian yasinan pekanan. 


Hadir dulu saja menjadi bagian dari masyarakat. Melibatkan diri dan berkolaborasi. Sebab menyeru kebaikan tidak selalu berwujud ceramah dan pengajian. Hadir dulu saja. Menyapa dan bertetangga. Agar warna oranye pada logo PKS yang penuh semangat bisa benar-benar mencitrakan anggota PKS yang hangat dan terbuka.

Posting Komentar

0 Komentar