Oleh: Yosi Prastiwi
Bergurau, sudah menjadi tabiat manusia untuk mengurangi kejenuhan saat bekerja sepanjang waktu.
Minggu pagi (22/1) itu jadwal Rumah Keluarga Indonesia (RKI) domisiliku di Minomartani mengadakan arisan perdana.
Sebulan sekali, RKI kami mengadakan arisan dua puluh lima ribuan sekalian agenda belajar bareng. Kali ini ada relawan RKI mau ngajari cara membuat bros cantik dari sisa kain perca.
Senang bisa membuat bros sendiri |
Ternyata gombalan kain duniawi itu enggak cuma berakhir jadi lap dan serbet lho. Ada cara lain untuk menambah nilai jual dan fungsinya. Bersama bunda Nadzifah dan Wiwi Sulastri, kami menyimak langkah pembuatannya.
Sebagai amatir soal kerajinan tangan, guntingan hasil kain percaku tak beraturan. Sesama peserta pemula yang acak adut, kami saling menertawai diri.
"Wo, ini tangannya enggak biasa pegang jarum ya?" Komentar relawan yang mengajari kami.
"Saya biasa pegang wajan sama sutil, Bu." Celetuk salah satu ibu pedagang gorengan.
"Saya biasa pegang tangan suami aja." Komentar yang lain sambil bercanda. Yang lain menimpali dengan guyonan. Gayeng pokomen.
Contoh bros dari kain perca |
Bercanda antar teman itu boleh. Memasang wajah ramah, tersenyum dan bergurau yang benar tanpa merendahkan orang lain.
Dalam kitab Al-Mirah fi Al-Mizah karya Badruddin Abul Barakat Muhammad Al-Ghizzi disebutkan, gurauan merupakan kebutuhan manusia secara psikis dan akal. Bergurau, katanya juga sudah menjadi tabiat manusia untuk mengurangi kejenuhan saat bekerja sepanjang waktu.
Apalagi ibu-ibu yang rutinitasnya sama terus sepanjang hari. Bosan tentu ada. Boleh jadi hari Minggu atau libur menjadi salah satu waktu me time untuk bertemu teman, menyempatkan senam, atau menambah keterampilan baru. Biar ke rumah udah hepi, siap nandangi gawean lagi.
Badruddin sendiri menganjurkan agar bercanda diantara pada saudara-saudara dan teman, karena itu menghibur hari dan mempermudah tujuan. Yang enggak boleh kalo dalam senda gurau itu sampai melontarkan suatu tuduhan, menjatuhkan wibawa atau mengurangi kehormatan seseorang, sehingga menyebabkan permusuhan dan dengki.
Namun jangan berlebihan dan jadi kebiasaan dalam bercanda. Sebab segala sesuatu yang berlebihan tentu tak bijak. Agar kita tak masuk golongan satu ini.
Rasulullah SAW bersabda, “jangan perbanyak tawa, karena banyaknya tawa itu mematikan hati,” (HR. Ibnu Majah).
Bercanda secukupnya bisa jadi obat lelah para ibu. Kalo hormon bahagia naik, tentu ibu akan lebih rileks menjalani aktivitas sebagai istri dan ibu. Santai sejenak demi gaspol urusan rumah tangga.
0 Komentar