No One Can Hurt You Without Your Consent



Oleh: R. Irwan Waji

Kabid Kaderisasi DPW PKS Sulawesi Selatan


Seringkali kita menyaksikan dalam tayangan video singkat yang dibagikan di media sosial yang berisikan sesuatu yang seolah memiliki potensi destruktif, ancaman dan membahayakan eksistensi pihak tertentu. Terkadang tayangan tersebut ditambah pula komentar untuk menegaskan (framing) berdasarkan versi orang yang menyebarkannya. 


Sebuah konsekuensi logis yang kita harus terima atas dampak kemajuan dan kecanggihan teknologi yang luar biasa. Dampak positif terknologi digital antara lain mempercepat komunikasi dan mempermudah pekerjaan, sedangkan dampak negatifnya antara lain menumbuhkan individualisme, fitnah, dan sikap anti sosial.


Secara fitrawi, manusia makhluk yang punya sifat dasar saling tolong menolong, setia kawan, toleransi, serta simpati dan empati terhadap sesamanya. Hal ini membentuk masyarakat yang harmonis, rukun, baik, hingga timbul norma, etika, dan kesopan santunan yang dianut masyarakat. 

Namun sisi lain manusia juga memiliki potensi dan kecenderungan untuk berbuat kerusakan, mengikuti nafsu, serakah tidak pernah puas dan ingin menguasai orang lain. Tabiat fitrawi yang sudah melekat secara given yang akan menjadi penyeimbang atau antagonis dari tabiat kebaikan yang juga sudah menjadi given dalam diri manusia. 


QS. Asy-Syams Ayat 8 : 

Artinya: "Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya."


Kebaikan dan keburukan sudah given dan masing-masing memiliki pendukung dan penyokong. Di posisi manapun manusia berada akan selalu dalam keadaan berjuang.  Menjadi baik butuh usaha dan perjuangan. Memilih yang buruk pun tetap berjuang sebab para pendukung kebaikan tidak menginginkannya. Itulah hidup, hidup adalah perjuangan. Oleh karena itu pilihlah tempat berjuang (berproses) pada jalur yang benar sebab betapapun sulitnya jalan itu pasti kita akan sampai pada tujuan (kemuliaan).  


Fitrah dasar manusia adalah menginginkan kebaikan, kebahagiaan, ketenangan namun dalam usaha mencapai dan mempertahankan kondisi tersebut terkadang manusia terjebak dalam tujuan jangka pendek (instan). 


Sikap terburu-buru dan ketergesaan itulah yang sering menggelapkan pandangan manusia untuk tidak mempedulikan cara akhirnya manusia terjebak, lalu bergelimang dan terbenam pada sistem sehingga ia sangat sulit meninggalkan cara itu terkecuali sebuah peristiwa yang luar biasa yang mengubah perspektif dan keyakinannya.   


Kemenangan itu adalah berada di pihak yang benar. Ini bukan sekedar doktrin agama tapi secara empirik bisa dibuktikan dengan menggunakan pendekatan sains  seperti psikologi dan natural science.


Dan para pengusung kebenaran perlu meyakini bahwa persyaratan untuk menjadi pemenang memerlukan dua kekuatan sumber daya, kekuatan keyakinan (spiritual) dan kekuatan material. 


Kekuatan dan sumberdaya spiritual selalu menjadi lebih penting daripada sumberdaya material meskipun keduanya saling membutuhkan dan saling melengkapi. Oleh karena itu setiap kita wajib percaya penuh kepada Allah SWT dan yakin bahwa Allah SWT punya begitu cara yang  tak terbatas bilangannya untuk memenangkan kebenaran ini (dakwah-Nya).


Bahkan didalam situasi yang paling terjepit justru saat itulah pertolongan Allah paling saat paling dekat . Karena itu yang paling dibutuhkan dalam kondisi seperti ini adalah kekuatan kepercayaan kita kepada Allah SWT. Dengan iman jalan akan menjadi lapang, rasa takut bertemu dengan manusia menjadi hilang. Sebagaimana Nabi Musa as saat menghadapi Fir'aun yang yang diminta adalah : 


“Ya Allah, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku, supaya mereka bisa mengerti perkataanku.” (QS. Thoha: 25-28).


Di banyak ayat Allah SWT juga berkali-kali mengingatkan agar jangan sekali-kali para pemilih jalan instan itu menyangka bisa mendahului dan mengendalikan kehendak Allah SWT.


Pertama, berpegang teguhlah selalu kepada  referensi dan metodologis perjuangan kita, seorang Muslim menjadikan Al Qur'an, Sunnah dan Siratul Anbiya (jalan juang para Nabi) sebagai referensi utama dan sumber Ilham untuk mendapatkan solusi. Untuk berinteraksi dengan referensi (manhaj) tersebut disinilah posisi strategisnya Unit Pembinaan Anggota (UPA). UPA lah yang akan mengurai secara komprehensif dan menerangkan sistematika kita dalam berproses dan berjuang mencapai cita-cita kita. 


Ketika anda menyaksikan sebuah tayangan yang sangat memprovokasi emosi anda anda kembali kepada titik nol, Angka nol adalah angka mutlak dan terhingga. Yaitu kembali kepada rumus absolut kehidupan ini. 


Kedua, anda tidak perlu hanyut memikirkan dan apalagi terlalu serius menyalahkan mereka sebab memang di antara manusia ada yang "menikmati" hidupnya dengan cara seperti itu dan berharalah kelak mereka mendapatkan hidayah (solusi) kembali ke fitrah.


Anda tidak perlu menggubrisnya, perlakukan saja seperti garam yang selalu ada pada setiap hidangan yang tanpanya 'pesta makan' akan menjadi hambar namun jika komposisinya terlalu banyak akan merusak segalanya. 


Cukup anda tahu bahwa yang seperti itu selalu ada. Anda Tak perlu merasa kehilangan apa-apa, kehilangan peluang, dengan adanya yang seperti itu karena itu anda tak perlu melakukan respon yang tepat, tentang bagaimana kita melakukan respon atas situasi dan stimulus yang ada, akan ada pembahasannya tersendiri. 


Ibarat mereka melontarkan anak panah racun, jika anda menanggapi secara brutal berarti anda terkena sasaran. Namun jika anda tidak menanggapinya maka anak panah berracun itu akan kembali kepada pemiliknya dan melaporkan bahwa misinya telah gagal. 


Itulah yang dikatakan oleh seorang Eleanor Roosevelt dengan ucapannya yang terkenal itu, 


"No one can hurt you without your consent" -

 

Tak ada orang yang mampu menyakiti anda tanpa persetujuan anda.


Wallahu a'lam bish shawab.

Posting Komentar

0 Komentar