Si Kecil dan Trisomy 21 Penguat Jiwa



"Seperti mimpi", dua kata inilah yang terucap dari Pak Suhada dan Ibu Nurhayati saat diminta untuk bercerita hal yang tak biasa pada diri buah hati mereka. Niat hati mau wawancara tentang Peringatan Hari Anak Nasional yang akan jatuh tanggal 23 Juli mendatang. Ternyata, obrolannya justru melebar kemana-mana. "Gak masalah, Mbak!" ucap Pak Suhada.


Tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh beliau bahwa satu dari empat anaknya akan menjadi tunagrahita. "Memiliki anak tunagrahita adalah anugerah bagi keluarga kami. Terkadang sebagian orang tua banyak yang tidak mau menerima kehadiran anak-anak 'unik' ini. Tidak ikhlas mungkin, dst. Tapi kami yakin bahwa anak-anak spesial hanya dititipkan Tuhan pada orang tua yang spesial juga," ungkap Ketua DPD PKS Kota Bandarlampung itu.  


Lantas, apa yang dialami oleh putra beliau? Di antara kita mungkin masih asing dengan istilah Trisomy 21. Dalam ilmu kedokteran, trisomy 21 adalah kelainan genetik yang membuat anak memiliki tiga pasang kromosom 21 dan bukannya dua pasang, pada setiap sel tubuhnya. "Kromosom 21 pada Humam mengalami pembelahan abnormal. Jadi, kelebihan kormosom 21-nya sehingga menyebabkan gejala down syndrome," tambahnya mengikuti penjelasan dari dokter. "Menerima. Tentu," tegasnya.


"Sekarang Humam berusia sembilan tahun. Ia grahita, tapi ia anak yang cerdas dan ceria. Senyumnya selalu menguatkan kami. Tingkahnya ada-ada aja dan itu buat kami ingat akan kebesaran Allah," ucap Bu Nur, sapaan akrab istri dari Pak Suhada itu.


Saat ditanya hal apa yang akan disampaikan pada peringatan Hari Anak Nasional, pemilik nama lengkap Muhammad Suhada itu berpesan bahwa tugas setiap orang tua adalah menjembatani anak-anak menemukan potensi dalam dirinya sehingga membuatnya mandiri, kreatif, dan inovatif di zamannya. 


"Setiap anak itu unik. Jangan menjustifikasi anak. Terimalah mereka dengan segala kelebihan dan kekurangannya karena anak adalah anugerah Yang Maha Kuasa. Bersabarlah terhadap perilakunya. Insyallah kita akan mendapatkan kesempurnaan pahala, baik di dunia maupun di akhirat kelak," imbuhnya untuk para orang tua yang juga memiliki putra-putri berkebutuhan khusus.


"Masyarakat juga perlu memahami bahwa anak-anak spesial itu punya potensi besar. Ia adalah aset surga bagi orang tua. Terimalah mereka dan beri kesempatan mereka untuk belajar. Saya sangat senang dengan adanya sekolah-sekolah inklusif. Sekolah inklusif ini sangat efektif agar anak-anak spesial tadi bisa belajar dan tumbuh layaknya anak-anak normal lainnya," ucap Bu Nurhayati menambahkan.


Lengkap sudah penjelasan keduanya. Terharu, iya pasti. Dengan sedikit menyeka mata yang hampir berembun, saya pun berpamitan. Terlihat Humam, si kecil yang spesial itu ikut berlari menuju teras rumah dan melambai-lambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan bagi setiap tamu yang datang.


Aprilia Fitriani

Reli Lampung 

Posting Komentar

0 Komentar