Sewa Mobil

Penulis saat di Turki


Bismillah, kali ini saya mau bercerita mengenai sewa mobil. Ya sewa mobil. Tapi bukan sewa mobil seperti biasa. Sewa mobil saat kita di negeri orang.

Pertama kali kami sewa saat berkunjung ke Jordania. Kita riset ternyata tranportasi umum tidak terkoneksi dengan baik. Sehingga kami harus menyewa mobil untuk mengeksplore negara dengan beribu situs sejarah tersebut. Berkunjung ke danau Tiberias di Ummu Qoys hingga ke Wadi Rum di ujung bawah.

Hanya butuh penyesuaian 5 sampai 10 menit untuk menyelaraskan kebiasaan dari stir kanan ke kiri. Selanjutnya lancar seperti biasa. Justru malah asyik dan menantang. Berkeliling hingga ke pedalaman yang tidak akan didapatkan jika traveling menggunakan agensi.

Mungkin kalau cara ini sudah di pahami jauh-jauh hari sebelummya, saat berkunjung ke Amerika dulu kita akan sewa mobil. Karena jarak satu kota ke kota lain begitu jauh. Pun transportasi tidak semua kota mumpuni sebagaimana di kota-kota eropa. Cocok pakai mobil.

Mendapatkan pengalaman menikmati indahnya Bosnia. Menyusuri kombinasi hijaunya sungai di bawah pegunungan stalakmit atau memasuki perkampungan kecil, bertemu berinteraksi dengan penduduk lokal di Uzbekistan merupakan kesenangan tersendiri.

Ketegangan saat kehilangan mobil karena salah parkir di Marakez Maroco atau saat nyasar di hutan Srebrenica memompa adrenalin kelelakian. Ada sensasi kesenangan tersendiri saat bisa solved the problem.

Sebagaimana 5 hari ini di turki kami berkeliling di bagian Asia. Berziarah ke makam Ertugrul Gazi di kota Sogut. Juga berziarah ke anak cucu beliau di kota bursa. Diantaranya Osman Gazi, Orhan Gazi dan Sultan Mehmet 1, kakek dari Muhammad Al Fatih. Sungguh keluarga yang terberkahi.

Kami juga berziarah ke makam Shaikh Sulaimaniyah Hilmi Tunahan di Istambul dan Shaikh Said Nursi sekaligus menapaktilasi situs Nabi Ibrahim dan nabi Ayub di kota Sanliurfa, 1.5 jam naik Pesawat dari Istanbul.

Berziarah untuk mengambil semangat dari mereka yang sudah menisbahkan hidupnya untuk kemuliaan agama. Jasad sudah berkalang tanah namun nama mereka masih harum semerbak hingga ke penduduk surga. Legacy dengan jariah terbaik. kebaikan yang terus hidup. Ngiri.

Jalan-jalan yang panjang dan sedikit kendaraan membuat kami leluasa berkendara. Kami bebas berkendara dengan kecepatan tinggi seperti mobil lain.

Bukan berarti karena kami turis lantas tidak boleh ngebut. Sepanjang memahami cara menggunakan mobil dengan stir kiri dan memahami aturan main lalu lintas setempat kami bebas berkendara seperti yang lain bahkan boleh menyalip mereka. Minimal itu yang tadi aku lakukan dalam perjalanan dari kota Sanliurfa ke airport. Dengan kecepatan 150-170, aku geber karena info Garenta, mobil akan di gunakan customer lain.

Saat nyetir ke Sogut beberapa hari yang lalu dimana jalanan lancar, aku teringat atas pertanyaan yang sering muncul terkait bisnis.

Mengapa ada bisnis yang berhasil namun ada juga yang tidak berhasil.

Jawaban dari pertanyaan itu sama dengan pengalaman sewa mobil di negeri orang diatas. Cepat beradaptasi dan memahami aturan setempat.

Asal mau belajar dengan serius dan paham aturan main pasti bisa. Pasti berhasil. Karena ada bahasa universal dalam bisnis. Yang apabila kita menjalankan kaidah-kaidah itu akan menyebabkan pabrik uang terus beroperasi.

Keberhasilan bisnis tidak mengharuskan Anda harus anak pengusaha besar. Pun besarnya perusahaan tidak mengharuskan Anda adalah harus alumni mahasiswa dari Harvard misalnya.

Pahami bahasa universal bisnis, seperti belajar cepat, memiliki integritas, fokus, telaten, sabar dan kaidah lain. Itu semua tidak bisa kita dapatkan dari Bangku kuliah atau hanya membaca buku. Namun bisa di didapatkan dengan langsung terjun belajar sambil terus bergerak. Jatuh untuk terus bangun. Bangun untuk terus memahami. Ngelakoni. Learning by doing.

Dan yang harus diingat adalah bahwa semua keberhasilan hakikatnya adalah atas izinNya. Sempurnanya bisnis adalah ketika semua prilaku mengedepankan akhlaq. Karena didalamya sudah termaktub kaidah bisnis yang benar.

Lihatlah Usman bin Affan atau Abdurahman bin Auf, konglomerat yang justru makin kaya ketika bisnisnya di nisbahkan untuk agama.

Optimis dan bermimpilah. Karena sukses adalah hak Semua orang, termasuk Anda. Ya Anda, yang sedang menikmati tulisan ini.

Ketika anda sudah memahami kaidah bisnis yang benar maka anda bisa berpindah ke banyak bisnis lain dengan meninggalkan bisnis-bisnis yang terus bergerak menggandakan asset dan kekayaan.

Sebagaimana kita melihat banyak pengusaha yang mendirikan korporasi bisnis yang menggurita. Sementara bisnisnya berjalan dia bisa jalan-jalan.


#thankstoAllah

Abi Rumaisha

Posting Komentar

0 Komentar