Lagi-lagi tidak sinkronnya ucapan dengan perbuatan kembali terjadi di negeri ini. Hanya dalam hitungan hari, ajakan untuk membenci produk asing langsung tumbang. Adalah rencana pemerintah yang akan membuka keran impor beras sebanyak 1 juta ton tahun ini.
Katanya beras asing itu akan digunakan untuk menambah cadangan atau pemerintah menyebutnya dengan istilah Iron Stock. Saudaranya Iron Man kah?
Istilah ini diucapkan Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi.
"Iron stock itu barang yang memang ditaruh untuk Bulog sebagai cadangan, dia mesti memastikan barang itu selalu ada. Jadi tidak bisa dipengaruhi oleh panen atau apapun karena memang dipakai sebagai iron stock," jelas Lutfi dalam keterangannya, Sabtu (6/3/2021), seperti dikutip dari Kompasdotcom.
Klaim pemerintah,
impor sebesar 1 juta ton, yang terbagi 500.000 ton untuk Cadangan Beras
Pemerintah (CBP) dan 500.000 ton sesuai kebutuhan Bulog.
Bukannya punya program Food Estate?
“Pemerintah harus bertanggung jawab dan transparan atas program Food Estate,”
Slamet, Anggota
Fraksi PKS DPR RI dari Sukabumi, Minggu,
(07/03/2021).
Legislator asal Sukabumi ini meminta pemerintah terbuka soal
perkembangan Food Estate. Pasalnya, rencana impor 1 juta ton beras dinilai
kontradiktif dengan wacana Menteri Pertahanan Prabowo yang menyebut Food Estate menggunakan sistem
pertanian presisi sehingga bisa menghasilkan 3 hingga 4 kali lebih banyak
(sekira 17 ton per hektar) produk ketimbang dengan penggunaan teknologi biasa.
“Sampaikan kepada publik tingkat keberhasilan dari program ini,” tegas Slamet.
“Pemerintah sudah memulai proyek Food Estate seluas 165 ribu
hektar di berbagai lokasi. Artinya pemerintah bisa memberi tambahan hasil panen
di luar hasil panen petani biasanya, dengan hitungan, 165 ribu hektar dikali 17
ton, maka seharusnya ada 2,8 juta ton tahun ini. Lalu untuk apa lagi impor 1 juta ton?,” tanya
Slamet.
Slamet menjelaskan bahwa proyek Food Estate telah menyerap
anggaran Kementerian Pertanian, termasuk untuk pupuk yang sebelumnya
dialokasikan bagi petani.
“Jangan sampai anggaran dan pupuk yang sudah terbatas dialihkan dari petani ke Food Estate, tetapi tidak menambah produksi panen nasional,” katanya.
Terus meski petani Indonesia sedang panen raya, impor beras produk asing harus tetap jalan ya bang?
“Kebijakan Beras ini selalu banyak kontradiktif bila menyangkut persoalan impor. Alasan-alasan dibuat-buat dan bertentangan dengan kondisi dalam negeri. Disisi lain pemerintah selalu mengatakan hasil tanam beras tahun ini akan membaik. Tapi Impor kok jalan terus?”,
Andi Akmal, Anggota Fraksi PKS DPR RI
Politisi PKS ini menambahkan, agar tidak terus melakukan
sandiwara pada persoalan impor beras ini. Tahun lalu melakukan kebijakan sunyi
impor beras dimana tiba-tiba ada impor tanpa pembahasan dan penjelasan.
“Kemudian, masa sekarang, dimana Produksi pada Januari-April tahun ini sebanyak 23,78 juta ton gabah kering giling dan pada masa yang sama tahun lalu 19,99 juta ton yang berarti kemampuan dalam negeri masih cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, seharusnya pemerintah menahan dulu keinginan impor beras,” ungkapnya.
Ayo dong bapak-bapak pemerintah, janganlah bapak meng-ghosting petani dan masyarakat Indonesia!
Relawan Literasi
0 Komentar