Goodbye Dolbon



Dengan berkeliling ke beberapa tempat di kabupaten Lebak, saya cukup banyak belajar, menyerap berbagai ilmu, utamanya kepada para tokoh atau sosok inspiratif, memberi inspirasi dan motivasi positif.

Hari ini, Sabtu (13/2) saya bertemu dengan salah seorang sosok, yang menurut saya sangat inspiratif. Seorang Jaro atau Kepala Desa. Saya biasa memanggil beliau dengan panggilan Jaro Irawan. Saya menemuinya di saung balong (kolam) ikan milik beliau, di kampung Cimerak, Desa Margamulya Kabupaten Lebak.

Untuk menuju saungnya, saya menggunakan kendaraan roda empat lewat kampung Kopi Desa Prabugantungan, sehingga kemudian harus melalui jalan kebun sawit milik perusahaan. Jalannya aduhai dengan batu berlubang, seperti biasa jalan perkebunan pada umumnya sekitar 1 kilo meter.

Saya disambut oleh Jaro Irawan. Sebelumnya saya pernah ke saung beliau, sudah cukup lama, agak pangling dengan suasana saung balong ikan-nya. Beberapa sudut, telah berubah, seperti di depan balong, sekarang sudah menjadi petak sawah, masih tampak sedang dibajak oleh pekerja. Di lereng atas balong, sudah mulai terbentuk kebun dengan berbagai pohon, ada durian, manggis, dan lain-lain. Setidaknya masih cukup rimbun, masih tampak asri, apalagi dengan sumber air dekat balong yang masih terus keluar deras airnya dengan baik, tanpa harus dipompa, saya merasa reugreug (tenang), berarti pepohonan dan sumber air masih terjaga cukup baik.

Di saung sudah tersedia dua jeujeur (pancing) ikan, dengan umpannya. Waduh... sudah langsung disuruh mancing ini-mah ujar saya kepada Jaro. Oh iya, langsung aja, santai aja, saut jaro. Saya dan beberapa rekan yang ikut, disamping berkeliling, sebenarnya juga sekalian mencari hiburan (hehe), apalagi dimasa pandemi covid-19 ini, beberapa destinasi wisata tutup, karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Sambil mancing ganteng (hihi), bari (sambil) ditingkahi strike ikan mas ataupun ikan nila, saya ngobrol banyak dengan jaro Irawan. Saya tertarik, karena di Desa Margamulya ini, menurut jaro, sebelumnya terdapat ratusan warganya yang belum terbiasa buang air besar (BAB) di jamban alias Dolbon atawa masih Modol di Kebon. Waduh... Alhamdulillah setelah adanya pemberdayaan Desa Mandiri, warganya bisa lebih mandiri untuk melakukan kegiatan sehari-hari termasuk bisa merasakan BAB di jamban. Wow...

Setidaknya sampai tahun 2020 sebanyak 225 lebih, warganya masih belum memiliki akses sanitasi permanen dari jumlah penduduk 1.011 KK. Kesadaran masyarakat mengenai pola hidup sehat masih sangat rendah, mereka masih BAB sembarangan di kebun atau sungai (dolbon). Sehingga kemudian, ada beberapa kampung di Desa Margamulya yang kemudian dibentuk sebagai Desa Mandiri yaitu Kampung (Kp). Cisumur, Kp. Babakan, dan Kp. Cisape. Selain program perekonomian dan kesehatan, kebutuhan akan Sarana Air Bersih (SAB) dan MCK umum pun diperlukan untuk mendukung dua program tersebut.

Menurut jaro, Desa Mandiri merupakan desa yang digagas LAZ Harfa bersama MAI Foundation dengan melakukan kegiatan promosi kesehatan (promkes). Dimana melalui program ini, masyarakat diberikan edukasi, sosialisasi dan pendampingan terkait kesehatan secara berkesinambungan. Selama setahun membangun desa mandiri tersebut, kemudian, cukup banyak program yang dapat dilakukan, misal membuat CTPS, perbaikan dan pengelolaan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), dan program Community LED Total Sanitation (CLTS). Ada juga program untuk membangun kemandirian ekonomi dan meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat, yaitu dengan dibentuknya Kelompok Keuangan Mikro (KKM) dan program bedah rumah.

Program pemberdayaan ini, menurut jaro, berkaitan dengan capaian SDGs nomor 6 dan 8 (penasaran saya cari apa itu SDGs). Jadi, Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030, terutama pilar nomor 6 adalah tentang Air Bersih dan Sanitasi Layak serta pilar nomor 8 tentang Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang lebih baik.

Alhamdulillah, selama satu tahun ini, menurut jaro, banyak sekali manfaat yang didapatkan langsung oleh masyarakat, terutama mereka mampu mengelola keuangan yang efektif dan efisien, perilaku hidup bersih dan sehat, serta menyadari pentingnya kesehatan sanitasi dengan tidak Buang Air Bersih Sembarangan, sehingga mereka bisa mandiri dengan potensi dan kekuatannya sendiri.

Hasil kerjasama Program dan Kemitraan LAZ Harfa, melalui program pemberdayaan Desa Mandiri ditambah dengan kerja keras relawan yang leukeun (telaten), belakangan menghasilkan pembangunan jamban sebanyak 171 buah tanpa subsidi dengan pemicuan CLTS. Kemudian untuk KKM ada 2 yang disubsidi dan 3 kelompok yang melalui swadaya masyarakat. Tiap kelompok terdiri dari 20-30 orang. Kini mereka terlepas dari pinjaman-pinjaman atau rentenir dengan sistem riba yang semakin mencekik, dan jaro berharap, program ini dapat terus berjalan sesuai harapan.

Jaro Irawan juga berharap, program ini, bisa terus memberikan banyak manfaat dan tepat sasaran serta membawa perubahan yang lebih baik di masyarakat. Apalagi jauh sebelum pandemi Covid-19, MAI Foundation bersama LAZ Harapan Dhuafa, telah melakukan gerakan penyadaran kesehatan dan peningkatan kesejahteraan ekonomi untuk masyarakat, sehingga masyarakat setidaknya bisa lebih siap dan sigap menghadapi kondisi seperti saat ini. Alhamdulillah, masyarakat sudah terbiasa untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat dan tidak terlalu terguncang oleh kelesuan ekonomi. Setidaknya mereka sudah terbiasa untuk menerapkan PHBS dan mereka punya cadangan keuangan di saat kondisi ekonomi yang sedikit lesu dan terganggu akibat Covid-19 ini.

Disela-sela kami ngobrol, datang kastrol nasi liwet, beberapa panggang ikan, lalapan dan sambel kacang disuguhkan kepada kami. Udah mancingnya ditinggal aja, kita makan dulu, tukas jaro. Wah ... ternyata jaro irawan telah menyiapkan makan siang untuk kami (tadinya kami kira, ikan itu yang nanti akan dipanggang, ternyata sudah ada yang siap disantap, hehe). Rezeki anak sholeh, Aamiin

Sambil santap siang, kami lanjut ngobrol. Saya cukup kaget juga, ternyata program yang dilaksanakan oleh jaro Irawan, bukan hanya sisi kesehatan dan ekonomi saja, namun juga menyangkut infrastruktur desa. Beliau bercerita, setelah pontang panting, berhasil berkolaborasi membangun Jembatan Hati. Sebutan untuk jembatan yang dibangun di desanya, sebagai wujud kolaborasi alumni STAN 82, tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB), dan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI). Selain jembatan, para alumni STAN 82 juga mendirikan Rumah Baca.

Saya cukup terkesan dengan capaian jaro Irawan dalam membangun desanya, bukan hanya memanfaatkan Anggaran Dana Desa (ADD) dari pemerintah saja, namun juga terus mencari program bermanfaat melalui kerjasama dan bersinergi dengan berbagai pihak, yang dapat dilakukan dan dinikmati oleh warganya. Dan yang jelas, ujar jaro Irawan kepada saya, sambil berseloroh tertawa bahagia, Goodbye Dolbon... Ini-mah layak jadi jaro dua priode, tegas saya kepada beliau, sambil mengangkat dua jempol. Pooll....

Selesai mancing, ngobrol, makan dan sholat, saya beserta rekan mohon pamit pulang, melalui jalan yang berbeda, lewat jembatan Cikoeng, menyusuri jalan Desa Daroyon, tembus ke Desa Gumuruh, keluar di jalan raya Cileles. Sepanjang jalan, relatif cukup baik, walaupun beberapa titik masih terdapat jalan rusak berbatu dengan lubang disana-sini, semoga dapat segera diperbaiki.


Dian Wahyudi
Anggota Fraksi PKS DPRD Lebak

Posting Komentar

0 Komentar