Ada Kopi di Sobang



Mengenal Haring dan Sobang sebenarnya sudah cukup lama, sejak jalan menuju daerah ini masih berbatu, dan harus berkendara mobil terbuka, dengan berebut untuk naik, sambil posisi berdiri, disekitar tahun 2001.

Pada masanya, saat masih terdapat pasar Hariang yang cukup ramai, dan belum terdapat jembatan permanen seperti sekarang, Hariang di kenal sebagai gudang Gula Merah dan Durian. Namun saat ini, pasar sepi, tinggal menyisakan beberapa kios saja di pinggir jalan utama.

Belum mendengar terdapat petani setempat membudidaya kopi. Sampai di akhir tahun 2020, saya tertarik, mendengar cukup banyak petani Hariang dan Sobang menanam kopi, kabarnya sudah cukup lama, karena generasi awal penanam kopi di sana, sudah beberapa kali panen kopi, turun temurun.

Sejak kapan budidaya menanam kopi ada ? Teuing tahun sabaraha boa nya (tidak hapal dimulai sejak tahun berapa), ujar Abah Madi, salah seorang penanam kopi yang saya temui di bukit pesawahan Sobang. Abah Madi, jika ditaksir usianya sekitar 70 tahunan, memiliki hamparan kebun kopi tidak kurang dari 4 hektar, aih...

Saya beruntung, saya diajak berkeliling ke kebun-kebun kopi di Sobang dan Hariang ini. Saya diantar kang Rohmat, diantar menuju kebun Abah Madi tersebut, lokasinya setelah pesawahan terakhir di atas bukit Karimui, berbatasan dengan desa Jagaraksa kecamatan Muncang, di dekat lokasi tersebut, sebenarnya terdapat Curug (Air Terjun), Curug Karimuai, mungkin lain kali akan saya datangi.

Menurut cerita kang Rohmat, kopi yang dikembangkan kebanyakan jenis Arabika Ateng yang bibitnya berasal dari para pekerja asal Sobang yang bekerja di Medan, membawa bibit kopi jenis tersebut, yang kemudian ditanam luas di desa tersebut, bahkan sampai ke desa tetangga. Juga ada jenis kopi Robusta, dan varian jenis keduanya yang kemudian juga di tanam, termasuk kopi dari Palembang, dan lain-lain. Budidaya kopi sudah menjadi bagian hidup warga desa Sobang dan Desa Hariang.

Kopi Arabika Ateng, diketahui banyak dibudidayakan di daerah asalnya tersebut, karena mampu menghasilkan buah yang lebat dalam waktu yang cukup singkat, di samping kebutuhan pasar sangat menjanjikan. Ditambah penampilan tanaman yang pendek dan kekar serta buahnya yang lebat menarik minat banyak petani untuk mengembangkannya.

Kang Rohmat ini bagi saya, merupakan Petani Milenial, seorang Fasilitator Organic serta Penggiat Budidaya Kopi di Sobang dan Hariang ini. Awalnya mengembangkan potensi Gula Aren, menjadi varian baru Gula Semut bersama pamannya, pak Anwar, pemilik pengolahan Gula Semut Mandala Hariang. Kemudian kang Rohmat, sejak tahun 2011, mulai tertarik mengembangkan budidaya kopi di Sobang dan Hariang.

Menurut kang Rohmat, terdapat sekitar 100 petani kopi, sebenarnya hanya sambilan saja, dengan mata pencaharian utama sebagai petani sawah. Jenis budidaya lain yang cukup banyak ditemui, terdapat pula menanam karet, cengkeh, serta beberapa jenis kayu, ada Albasiah, yang cukup banyak jenis kayu Rasamala.

Belakangan, cukup banyak yang mulai tertarik, untuk ikut peduli dengan geliat petani kopi ini. Kang Rohmat, mulai membangun rumah jemur biji kopi, jika hanya dijemur di tempat terbuka, dengan hanya mengandalkan terik sinar matahari, biji bisa kering paling cepat sepekan, dengan rumah jemur bisa kurang dari sepekan sudah kering. Menurut penuturannya, rumah jemur tersebut, merupakan salah satu CSR bantuan kepedulian sosial perusahaan di Banten. Pemesan atau konsumen olahan biji kopinya juga sudah mulai banyak, dilirik beberapa cafe kopi di Banten.

Kontur tanah berbukit, dengan sumber air berlimpah, dengan ketinggin sekitar 600 mdpl. Tidak terlalu tinggi sebenarnya untuk budidaya kopi, namun cukup dingin lah, ngaweudweud (sangat dingin) kalau di malam hari.

Jalan utama menuju Sobang dan Hariang ini, selepas Hutan Adat desa Jagakarsa kecamatan Muncang, memasuki kecamatan Sobang, jalan agak berlubang disana sini.

Ditambah, sayangnya jalan menuju lokasi pesawahan dan kebun-kebun kopi berada di atas bukit sana, dapat berkendara menggunakan kendaraan roda dua sampai bukit, hanya saat kemarau saja. Disaat musim penghujan atau sesekali hujan, jalan masih ripuh kawalahan (susah banget), karena masih terdapat ruas jalan yang belum dibatu alias jalan tanah merah, walhasil jika dipaksakan, jika menggunakan motor matic ya.. jeblog jajadug bari kokoseran (kotor sekali, susah maju karena sering selip), hanya jenis motor tinggi, atau motor untuk cross yang dapat terus melaju.

Kadang kita orang kota, baru cukup merasa bangga dengan hasil panen padi berlimpah para petani di desa-desa di Lebak, kita seolah tidak peduli, belum pernah terbersit memikirkan, bagaimana dengan proses para petani mengolah sawah, langkanya pupuk, betapa susahnya jalan menuju sawah, bahkan untuk sekedar membawa pupuk ke sawah di atas bukit dan mengangkut hasil panen sampai ke kampung, tadi tea (itu tadi), kudu kokoseran di jalan setapak penuh lumpur.

Ayo, Departemen Pertanian RI atau OPD Dinas Pertanian Provinsi Banten, bisa berpartisipasi dengan membangun jalan usaha pertanian sejauh sekitar 5 kilo meter. Saya yakin petani sangat bahagia, jika ke depan, jalan menuju sawah menjadi nyaman. Membawa pupuk dan hasil panen teu kawalahan teuing (tidak terlalu susah lagi).

Budidaya kopi di Sobang dan Hariang ini sangat menarik, sudah menjadi keseharian para petani, tinggal diberi penyuluhan dan petunjuk cara menanam, merawat dan cara penen yang benar, agar kopi terus berbuah produktif dengan hasil bagus dan mengambil kopi yang telah matang saja agar harga dan kualitas kopi terjaga dan terjamin.

Saat berkeliling ke kebun-kebun kopi, di atas bukit, saya jatuh cinta dengan landscape alam Sobang, pemandangan kuasa Allah SWT yang luar biasa, jalan kaki, teu kaop eureun deui eureun deui (jalan kaki, selalu beberapa kali harus berhenti), karena selalu tergoda untuk berfoto ke indahan panorama Sobang. Amat sangat indah...

Saya yakin dan percaya, ke depan di kabupaten Lebak, Banten, dan mungkin masih terdapat desa lain yang telah memulai menanam kopi, akan menjadi sentra budidaya kopi terbaik di Banten.

Khusus bukit Sobang, ke dapan jika kepala desa dan pemuda bisa di ajak cacahan (ngobrol), di atas bukit sepertinya bisa dibuat cafe kopi Hariang Sobang sambil menikmati panorama alam. Jalan setapak roda dua, harus segera diperbaiki agar lebih nyaman.

Bukan hal yang mustahil budaya budidaya kopi akan menjadi hal yang menjanjikan jika dikelola dengan profesional, semoga petani kopi sejahtera. Aamiin

Dian Wahyudi
Anggota Fraksi PKS DPRD Lebak

Posting Komentar

0 Komentar